c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

26 Juli 2025

11:19 WIB

Mengenal Penyebab Saraf Terjepit pada Remaja dan Penanganannya

Pada remaja, saraf terjepit karena beberapa faktor. Mulai dari kelebihan berat badan, salah duduk, kebiasaan menggunakan gadget yang buruk, trauma kecelakaan hingga riwayat dalam keluarga.

Penulis: Gemma Fitri Purbaya

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p dir="ltr" id="isPasted">Mengenal Penyebab Saraf Terjepit pada Remaja dan Penanganannya</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Mengenal Penyebab Saraf Terjepit pada Remaja dan Penanganannya</p>

Spesialis ortopedi tulang belakang Eka Hospital BSD dr. Asrafi Rizki Gatam dalam diskusi media di Bintaro, Jumat (25/7). Dok: Validnews/ Gemma F Purbaya.

JAKARTA - Saraf terjepit merupakan penyakit yang dikenal sebagai penyakit orang tua. Namun sekarang, penyakit ini juga telah banyak dialami oleh orang yang berusia lebih muda atau remaja.

Saraf terjepit sendiri adalah istilah untuk menggambarkan saraf yang terimpit dengan jaringan lunak lain, seperti diskus atau ligamen atau otot yang meradang dan bengkak. Penekanan pada saraf ini bisa menyebabkan rasa sakit pada bagian yang terdampak dan umumnya lebih sering terjadi di area saraf tulang belakang, leher, atau pergelangan tangan.

Pada remaja, saraf terjepit karena beberapa faktor. Mulai dari memiliki kelebihan berat badan atau obesitas, posisi duduk yang tidak ergonomis, duduk terlalu lama, kebiasaan menggunakan gadget yang buruk, olahraga secara berlebihan, mengalami trauma atau kecelakaan, hingga riwayat dalam keluarga.

"Siapa pun dapat mengalami saraf terjepit. Namun, orang yang berada di usia 25 tahun ke atas memang cenderung lebih berisiko karena pada usia ini mereka mulai memiliki kebiasaan duduk lama karena bekerja. Postur dan kebiasaan yang tidak ergonomis ini menyebabkan kelompok usia muda lebih rentan mengalami saraf terjepit," ungkap spesialis ortopedi tulang belakang Eka Hospital BSD dr. Asrafi Rizki Gatam dalam diskusi media di Bintaro, Jumat (25/7).

Untuk gejalanya sendiri tidak berbeda dengan orang dewasa. Perbedaannya ada pada letak atau area yang mengalami jepitan saraf. Umumnya, gejala saraf terjepit berupa kesemutan, rasa sakit yang menjalar ke bagian lain yang terdekat, sensasi panas terbakar, sensasi tajam seperti tersetrum, mati rasa, hingga kelemahan area kaki atau tangan tergantung saraf yang terdampak.

Bagaimana untuk penanganannya? Pada kondisi saraf terjepit ringan, anak mungkin tidak membutuhkan pengobatan khusus. Pengobatan konservatif seperti fisioterapi, peregangan, memperkuat otot, dan istirahat bisa dilakukan guna membantu meringankan gejalanya. Kendati begitu, pemantauan berkala tetap dibutuhkan agar kondisi tidak bertambah buruk.

Sedangkan pada saraf terjepit berat, operasi merupakan salah satu opsi terbaik, terutama jika metode konservatif tidak berhasil meredakan gejala yang dirasakan. Operasi minimal invasif menjadi yang paling direkomendasikan karena waktu pemulihannya lebih cepat dan risiko yang lebih ringan. Tentunya ini menjadi pertimbangan yang penting bagi pertumbuhan remaja.

"Metode BESS (Biportal Endoscopic Spine Surgery) misalnya, metode ultra minimal invasif yang menggunakan dua sayatan kecil berukuran 0,5 sampai 0,8 cm untuk mengatasi masalah tulang belakang dengan tingkat presisi yang cukup tinggi. Bekas luka sayatan yang lebih kecil memiliki risiko komplikasi yang lebih rendah. Pasien pun bisa lebih cepat kembali beraktivitas sehingga cocok untuk pasien remaja," jelas dr. Asrafi.

Baca juga: Kenali Metode 4+1+1 Untuk Menjaga Konsistensi Olahraga

Kendati begitu, menentukan metode apapun untuk mengatasi masalah saraf terjepit pada remaja tetap memerlukan pemeriksaan menyeluruh. Ini semua akan bergantung pada seberapa parah gejala yang muncul dan seberapa berat jepitan saraf yang terjadi. Untuk itu, konsultasikan dengan dokter apabila mengalami nyeri punggung bawah yang tidak kunjung hilang meski telah beristirahat.

Meski terdengar sepele, jika saraf terjepit tidak ditangani dengan baik bisa berdampak pada mati rasa atau kelumpuhan anggota gerak seperti tangan dan kaki, sulit mengendalikan buang air kecil atau buang air besar, dan kehilangan sensasi di area kelamin, dan berisiko jangka panjang.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar