c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

14 Juni 2025

17:20 WIB

Mendorong Digitalisasi Manuskrip Nusantara Di Universitas Leiden

Perpustakaan Univesitas Leiden menyimpan banyak manuskrip langka dan penting dari Nusantara. Naskah-naskah itu perlu didokumentasikan dan informasinya perlu didistribusikan secara lebih luas.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>Mendorong Digitalisasi Manuskrip Nusantara Di Universitas Leiden</p>
<p>Mendorong Digitalisasi Manuskrip Nusantara Di Universitas Leiden</p>

Manuskrip Indonesia di Perpustakaan Universitas Leiden. Dok: Kemenbud.

JAKARTA - Kementerian Kebudayaan RI berdialog dengan pihakPerpusatakaan Universitas Leiden, Beland, terkait potensi kolaborasi digitalisasi koleksi manuskrip. Dialog ini menyoroti pentingnya penguatan akses digital terhadap koleksi Indonesia yang tersimpan di Leiden, demi membuka akses publik lebih luas.

Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, Perpustakaan Univesitas Leiden menyimpan banyak manuskrip langka dan penting dari nusantara. Naskah-naskah bersejarah itu perlu didokumentasikan dan informasinya perlu didistribusikan secara luas, agar memperkaya pengetahuan sejarah.

Indonesia dalam hal ini mendorong keterbukaan akses koleksi tersebut bagi publik, khususnya manuskrip langka dan berbagai arsip terkait sejarah nasional.

"Leiden University Library adalah pusat pengetahuan dunia terlengkap tentang Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Kolaborasi dalam digitalisasi, pelatihan, dan keterbukaan akses sangat krusial krusial untuk menjembatani generasi masa kini dengan warisan intelektual bangsa," ungkap Fadli dalam keterangan tertulis, Sabtu (14/6).

Menteri Kebudayaan meninjau koleksi Indonesia di Perpustakaan Universitas Leiden sekaligus berdiskusi dengan Direktur Perpustakaan, serta pihak Universitas Leiden, Sabtu. Pihak Perpustakaan Leiden menjelaskan bahwa lebih dari separuh koleksi yang telah mereka digitalisasi berkaitan dengan Indonesia, termasuk koran, majalah, manuskrip dan naskah-naskah kuno.

Selama ini, koleksi tersebut banyak diakses oleh para peneliti, mahasiswa, seniman, hingga masyarakat umum dari Indonesia. Kolaborasi dengan PNRI (Perpustakaan Nasional RI) dan ANRI (Arsip Nasional RI) juga terus berjalan aktif, termasuk dalam program digitalisasi dan nominasi bersama UNESCO Memory of the World, seperti Hikayat Aceh (2023), Panji Manuskrip (2023), Babad Diponegoro (2013), La Galigo (2011), dan arsip surat-surat Kartini.

Teknologi mutakhir seperti IIIF (International Image Interoperability Framework) dan riset language model berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk membaca naskah lontar juga telah digunakan untuk membuka akses lebih luas bagi koleksi ini. Perpustakaan Leiden juga menawarkan beasiswa setiap tahun bagi peneliti Indonesia.

Dalam pertemuan itu, disepakati gagasan untuk membangun Indonesian Global Digital Library sebagai fasilitas satu pintu bagi akses koleksi digital Indonesia di dunia. Ditambah dengan penerjemahan metadata koleksi ke dalam Bahasa Indonesia agar lebih mudah dicari dan dimanfaatkan publik dalam negeri.

“Kami berharap kerja sama antara Kementerian Kebudayaan dan Perpustakaan Universitas Leiden dapat diperluas, baik dalam hal digitalisasi manuskrip, pengembangan riset, maupun pertukaran sumber daya dan keahlian. Penting untuk menjadikan warisan dokumenter Indonesia sebagai bagian integral dari lanskap pengetahuan global,” ujar Fadli.

Baca juga: BRIN Pastikan Kesiapan Kelola Benda Budaya Repatriasi Dari Belanda

Arsip-arsip langka Indonesia di Perpusatakaan Universitas Leiden di antaranya termasuk beberapa materi yang merupakan bagian dari inskripsi bersama Indonesia dan Belanda dalam UNESCO Memory of the World. Kemudian berbagai manuskrip penting seperti Babad Diponegoro, lukisan awal Pangeran Diponegoro, manuskrip laporan penangkapan Diponegoro oleh Jenderal De Kock (1830), serta surat-surat dalam bahasa Melayu untuk Sultan Sumenep.

Menbud secara khusus meminta agar salinan digital koleksi mengenai Pangeran Diponegoro dan Perang Jawa dapat dibagikan kepada Pemerintah Indonesia, untuk mendukung penyelenggaraan pameran nasional 200 Tahun Perang Diponegoro pada Juli 2025 mendatang.

Dalam rangkaian kunjungan ke Belanda, Menteri Kebudayaan Indonesia juga bertemu dengan Menteri Kebudayaan Belanda untuk mengukuhkan komitmen kerjasama ke depan terkait program repatriasi serta diplomasi budaya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar