c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

07 Juni 2025

16:32 WIB

BRIN Pastikan Kesiapan Kelola Benda Budaya Repatriasi Dari Belanda

Dengan segala teknologi dan SDM yang ada, BRIN memastikan pihaknya siap untuk mengelola benda-benda bersejarah dan warisan budaya yang akan dipulangkan dari Belanda. 

<p>BRIN Pastikan Kesiapan Kelola Benda Budaya Repatriasi Dari Belanda</p>
<p>BRIN Pastikan Kesiapan Kelola Benda Budaya Repatriasi Dari Belanda</p>

Delegasi Komite Koleksi Kolonial Belanda melakukan kunjungan penting ke fasilitas riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kebun Raya Bogor dan KST Soekarno, Cibinong, Rabu (28/5).Foto: brin.go.id.

JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) punya peran sangat vital sebagai simpul riset kebudayaan yang mampu menjembatani masa lalu, masa kini, dan masa depan, melalui pendekatan berbasis ilmu pengetahuan dan inovasi. Hal ini sebagai penegasan akan kesiapan Indonesia dalam pemulangan benda-benda warisan budaya yang selama ini tersimpan di Belanda.

Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah BRIN, Sasa Sofyan Munawar menyatakan, BRIN memiliki mandat strategis dalam pengelolaan koleksi ilmiah nasional. Karenanya, berbagai fasilitas yang dimiliki diyakini mampu untuk menjalankan mandat tersebut.

"BRIN memiliki fasilitas yang mampu mengelola koleksi ilmiah, termasuk untuk artefak-artefak yang akan kembali dari Belanda ke tanah air," tegasnya, seperti dikutip dari laman brin.go.id

Pada Rabu (28/5), Delegasi Komite Koleksi Kolonial Belanda melakukan kunjungan penting ke fasilitas riset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Kebun Raya Bogor dan KST Soekarno  Kunjungan ini merupakan bagian dari kerja sama diplomatik dalam proses pemulangan sekitar 28.000 benda budaya Indonesia yang selama ini tersimpan di berbagai museum di Belanda. 

Delegasi meninjau infrastruktur konservasi koleksi ilmiah dan laboratorium penelitian yang dimiliki BRIN sebagai salah satu langkah untuk menyambut koleksi yang akan kembali ke tanah air.

Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN, Sofwan Noerwidi menekankan, diskusi bilateral telah dilakukan sebelumnya dengan tim repatriasi Kementerian Kebudayaan, mencakup aspek teknis pemindahan, konservasi paska repatriasi, serta jaminan keberlanjutan penelitian. 

"Delegasi Belanda ingin memastikan bahwa Indonesia memiliki sistem yang baik dan berkualitas untuk menyimpan koleksi ilmiah dengan nilai sejarah tinggi. Delegasi ini sebelumnya juga telah mengunjungi Perpustakaan Nasional dan Museum Nasional. Karena yang rencananya akan kembali tidak hanya artefak dan ekofak berupa fosil, tetapi ada juga manuskrip kuna serta koleksi lainnya seperti arca dan prasasti,” ujar Sofwan.

Delegasi yang dipimpin oleh Ketua Komite Koleksi Kolonial Belanda, Lilian Gonçalves-Ho Kang You,  mengunjungi Kawasan Sains dan Teknologi Soekarno (KST Soekarno) di Cibinong khususnya berbagai fasilitas seperti Laboratorium Genomik, Cryo-EM, serta koleksi xylarium, herbarium, bank biji, zoologi, dan arkeologi BRIN. 

Salah satu sorotan kunjungan adalah teknologi Mikro-CT, alat pemindaian 3D beresolusi tinggi yang mampu merekam struktur internal artefak seperti keris, arca, hingga tulang tanpa merusak benda asli. Koordinator Laboratorium Cryo-EM, Arbi Dimyati, menjelaskan bahwa teknologi ini juga membuka jalan bagi konservasi digital dan penciptaan replika 3D yang dapat digunakan untuk edukasi maupun pameran internasional.

"Kami tidak hanya punya teknologi canggih, tapi juga SDM lokal yang mampu mengoperasikannya dengan mandiri dan terampil," ujar Arbi menegaskan peran penting kapasitas nasional dalam konservasi berbasis riset.

Gonçalves pun menyampaikan kekagumannya. "Fasilitas yang kami lihat di BRIN hari ini sangat luar biasa. Koleksinya beragam dan unik. Tidak semua negara memiliki infrastruktur seperti ini," ucapnya.

Kunjungan ini memperkuat harapan publik bahwa Indonesia akan segera menjadi tuan rumah koleksi budayanya sendiri yang telah lama menjadi bagian dari museum-museum di Eropa. Kunjungan delegasi sebelumnya ke Perpusnas dan Museum Nasional juga menunjukkan bahwa proses repatriasi ini melibatkan berbagai institusi strategis.

Rencana repatriasi ini juga membawa dimensi diplomasi budaya yang kuat. Selain sebagai bentuk pemulihan identitas bangsa, proses ini mencerminkan komitmen bersama untuk menghormati warisan budaya sebagai milik umat manusia, bukan sekadar kepemilikan institusional.

Melalui kunjungan Delegasi Belanda ini, dunia menyaksikan kesiapan Indonesia melindungi warisan budaya bukan hanya dengan semangat nasionalisme, tetapi juga keterbukaan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sebuah langkah besar menuju pemulihan martabat sejarah dan penguatan jati diri bangsa.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar