17 November 2025
14:19 WIB
Mempromosikan Karya Ukir Jepara Sebagai 'Art'
Kemenbud menginisiasi "Pameran Tatah 2026" yang direncanakan hadir di Galeri Nasional, untuk menampilkan kekayaan ukir Jepara dengan nilai artistik tinggi, bukan sekadar gurat hiasan mebel.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Pekerja menyelesaikan pengerjaan mimbar khutbah ukiran khas Jepara di Desa Bukir, Kecamatan Kraton, Pasuruan, Jatim, Selasa, (17/12). ATARA FOTO/Adhitya Hendra/EI/ed/Spt/13.
JAKARTA - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengungkapkan perlunya paradigma seni dalam membicarakan karya ukir Jepara yang terkenal. Dia menekankan bahwa ukiran tersebut dapat dipandang sebagai 'art' atau karya seni layaknya lukisan maupun patung di museum.
Karena itu, Fadli pun mendorong segenap pelaku industri mengangkat ukiran Jepara tak hanya sebagai produk mebel, tapi juga sebagai karya seni dengan ragam estetika dan kilasan nilai budaya di dalamnya. Dengan begitu, karya ukir tersebut mendapat nilai apresiasi yang lebih besar.
Hal itu disampaikan Fadli saat melakukan kunjungan ke Sanggar Seni Ukir Kayu di Senenan, Jepara pada Sabtu (15/11). Dalam kesempatan tersebut, Fadli menegaskan dukungan terhadap pelestarian dan pengembangan seni ukir Jepara sebagai salah satu kekuatan budaya bangsa yang memiliki nilai sejarah, artistik, dan ekonomi yang tinggi.
"Di sini kita bisa lihat karya-karya ukir Jepara mendapatkan apresiasi yang tinggi. Banyak pesanan dari luar negeri. Kita ingin karya ukir Jepara bukan hanya sekadar kerajinan, tapi menjadi artwork, karya seni," ungkap Fadli sebagaimana disiarkan Antara, dilansir Senin (17/11).
Dalam upaya mempromosikan karya ukir Jepara sebagai seni, Kemenbud menggelar "Pameran Tatah 2026" yang direncanakan hadir di Galeri Nasinoal. Pameran ini dirancang untuk menampilkan kekayaan ukiran Jepara yang benar-benar mengedepankan nilai artistik tinggi, menggambarkan pencapaian seni ukir di Indonesia.
"Ada karya yang dikerjakan berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Ada ekspresi seni luar biasa dari para pengrajinnya. Ini yang harus terus kita dorong agar ukiran Jepara menjadi karya seni, bukan hanya produk kerajinan massal," ujarnya.
Lebih lanjut Fadli menuturkan bahwa "Pameran Tatah 2026" dipersiapkan bukan sekadar pameran kerajinan sehingga standar artistik, imajinasi, dan kurasinya akan mengedepankan nilai seni yang lebih kuat.
Baca juga: R.A. Kartini, Creative Director Seni Ukir Jepara Era Kolonial
Selain memberikan apresiasi kepada para maestro ukir yang telah mendedikasikan hidup, tenaga, dan pikiran mereka untuk seni ukir Jepara, Fadli juga menyoroti pentingnya regenerasi. Ia mengatakan, regenerasi sangat penting agar tradisi ukir Jepara tidak hanya terjaga, tetapi juga terus berkembang melalui generasi baru yang dibekali keterampilan dan pemahaman budaya sejak dini.
Fadli berharap "Pameran Tatah 2026" menjadi wadah strategis untuk menampilkan kualitas terbaik ukiran Jepara dalam konteks seni rupa, sekaligus memperkenalkan warisan budaya tersebut kepada publik nasional dan internasional.
“Karena itu, Pameran Tatah 2026 harus menjadi wadah karya seni ukir Jepara dengan kurasi yang kuat," katanya.