18 November 2025
10:20 WIB
Kisah Enam Pahlawan Perempuan Dalam Teater Monoplay "Melati Pertiwi"
"Melati Pertiwi" menggabungkan enam monolog yang disusun menjadi satu rangkaian utuh, menceritakan kisah perjuangan pahlawan perempuan mulai dari S.K. Trimurti hingga Rasuna Said.
Editor: Andesta Herli Wijaya
(Kiri-kanan) Aktris Marcella Zalianty, Glory Hillary, Maudy Koesnaedi, dan Hana Malasan dalam acara konferensi pers, di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (17/11/2025). (ANTARA/Niswah Qintara Rahmani).
JAKARTA - Keana Production mempersembahkan karya teater monoplay bertajuk "Melati Pertiwi" yang mengangkat kisah pahlawan perempuan Indonesia. Karya ini diumumkan akan hadir di Gedung Kesenian Jakarta pada 25 November mendatang.
Sutradara "Melati Pertiwi", Wawan Sofwan mengatakan, karyanya membicarakan enam sosok pahlawan perempuan dari berbagai era. Karya ini diharapkan bisa menjadi medium edukasi dan apresiasi sejarah bagi publik.
"Kami tidak sekadar menceritakan ulang biografi, tetapi membongkar jiwa dari setiap karakter. Setiap pahlawan ini akan ‘berbicara’ langsung kepada penonton, membawa mereka ke momen-momen krusial yang menentukan," ungkap Wawan Sofwan di Jakarta, dilansir dari Antara, Senin (17/11). dalam konferensi pers di Gedung Kesenian Jakarta, Senin.
Menurut Sofwan, "Melati Pertiwi" menggabungkan enam monolog yang disusun menjadi satu rangkaian utuh. Produksi ini digagas sebagai bagian dari upaya memperkenalkan kembali narasi perjuangan perempuan, yakni S.K. Trimurti, Nyi Ageng Serang, Ratu Kalinyamat, Rasuna Said, Christina Martha Tiahahu, dan Laksamana Malahayati.
Produser sekaligus pemeran Laksamana Malahayati; Marcella Zalianty, mengatakan karya tersebut menghadirkan perspektif baru bagi masyarakat, khususnya generasi muda. Ia menilai pendekatan pertunjukan ini dapat memberi kedekatan emosional antara penonton dan tokoh sejarah.
"Kisah ini menggali kekuatan para pahlawan perempuan, pergulatan batin, dan makna identitas di tengah tekanan zaman. Kami ingin penonton memahami jiwa para tokoh, bukan hanya mengenal namanya," ujarnya.
Para pemeran menilai tokoh-tokoh yang mereka bawakan memiliki nilai perjuangan yang relevan untuk masa kini. Maudy Koesnaedi yang memerankan Nyi Ageng Serang mengatakan keterbatasan catatan sejarah menuntut pendalaman intensif.
"Referensinya tidak banyak dan lebih ditulis dalam bentuk umum. Itu menuntut usaha fisik dan emosional yang besar, terutama untuk menjaga konsentrasi dalam monolog panjang," katanya.
Baca juga: Metode Teater Putu Wijaya: “Bertolak dari yang Ada” Dan “Teror Mental”
Sementara itu, Glory Hillary menyebut semangat Christina Martha Tiahahu yang berjuang dalam usia belia dapat menginspirasi anak muda untuk lebih berani mengambil peran. Para aktris lainnya, termasuk Isyana Sarasvati, Tika Bravani, Hana Malasan, dan Marcella Zalianty, sepakat bahwa pahlawan perempuan menunjukkan perpaduan kekuatan, keberanian, dan ketajaman pemikiran.
Keana Production menyebut pemilihan enam tokoh lintas era itu bertujuan menegaskan luasnya spektrum perjuangan perempuan Indonesia, dari medan perang hingga diplomasi pemikiran. Pertunjukan tersebut juga mendapat dukungan Kementerian Kebudayaan sebagai bagian dari upaya pelestarian nilai-nilai kepahlawanan.
Monoplay "Melati Pertiwi" akan dipentaskan dalam dua sesi pada pukul 16.00 WIB dan 19.30 WIB pada 25 November 2025 di Gedung Kesenian Jakarta.