c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

07 Juli 2025

11:31 WIB

7 Juli Dirayakan Sebagai Hari Cokelat Sedunia

Dari suku Maya, Toltek, dan Aztek di Amerika, cokelat kemudian melintasi benua dan sampai ke Eropa. Spanyol tercatat sebagai negara pertama yang memasukkan cokelat ke dalam tradisi kulinernya. 

Penulis: Annisa Nur Jannah

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p>7 Juli Dirayakan Sebagai Hari Cokelat Sedunia</p>
<p>7 Juli Dirayakan Sebagai Hari Cokelat Sedunia</p>

Ilustrasi cokelat batangan. Shutterstock/ivan_kislitsin.

JAKARTA - Setiap tanggal 7 Juli, para pecinta cokelat di seluruh dunia merayakan Hari Cokelat Sedunia. Meski ada berbagai versi mengenai tanggal perayaannya, 7 Juli dipilih karena diyakini sebagai hari ketika cokelat pertama kali diperkenalkan ke Eropa pada abad ke-16.

Cokelat dikenal dalam berbagai jenis yang menggugah selera, mulai dari dark chocolate, milk chocolate, hingga white chocolate. Selain itu, ada pula varian seperti ruby chocolate berwarna merah muda alami, serta cokelat dengan isian atau campuran seperti kacang, buah kering, rempah, atau garam laut yang memberikan sensasi rasa unik.

Bahkan, keberagaman ini membuat cokelat kerap diolah menjadi beragam kreasi kuliner yang menggugah selera, mulai dari makanan penutup hingga minuman hangat. Sebelum mencicipi sepotong cokelat hari ini, ada baiknya meluangkan waktu sejenak untuk menyimak kisah menarik di balik kelezatannya.

Jejak Sejarah Cokelat dari Peradaban Kuno hingga ke Eropa

Melansir laman Britannica, pohon kakao telah dibudidayakan lebih dari 3.000 tahun lalu oleh peradaban kuno seperti suku Maya, Toltek, dan Aztek. Dari buahnya yang mengandung biji kakao, mereka menciptakan minuman khas yang kerap digunakan dalam upacara sakral.

Biji kakao juga memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan sebagai alat tukar dalam kehidupan sehari-hari. Bagi masyarakat Maya, cokelat bukanlah sembarang makanan, ia dianggap sebagai santapan para dewa.

Pohon kakao dipandang suci dan dalam tradisi pemakaman, para bangsawan kerap dikuburkan bersama mangkuk berisi cokelat sebagai bekal menuju alam baka. Penemuan kata "ka-ka-w" (cacao) dalam aksara peninggalan Maya yang berasal dari bahasa Olmek menjadi kunci penting dalam mengungkap sistem penulisan fonetik mereka.

Perjalanan cokelat kemudian melintasi benua dan sampai ke Eropa. Spanyol tercatat sebagai negara pertama yang memasukkan cokelat ke dalam tradisi kulinernya.

Awalnya, para penjelajah membawa biji kakao ke Eropa pada abad ke-16. Di sanalah cokelat mulai diolah dengan tambahan gula untuk mengurangi rasa pahit khas minuman kakao asli.

Dari sini, cokelat bertransformasi dari sajian eksklusif kalangan elite menjadi hidangan lezat yang dikenal dan digemari secara global. Dua nama besar yang kerap disebut dalam sejarah penyebaran cokelat ke Eropa adalah Christopher Columbus dan Hernan Cortes.

Columbus memang sempat membawa biji kakao ke Spanyol pada awal abad ke-16, tetapi saat itu keberadaannya belum mendapat banyak perhatian. Baru ketika Cortes berinteraksi langsung dengan peradaban Aztek dan memahami pentingnya kakao dalam budaya mereka, ia membawa pulang kakao ke Spanyol pada sekitar tahun 1528 dan memperkenalkannya kepada istana kerajaan.

Pada awalnya, minuman cokelat asli yang disebut xocolatl karena terasa terlalu pahit bagi lidah orang Eropa. Namun setelah diberi tambahan gula, madu, dan vanila, cita rasanya berubah menjadi sesuatu yang digemari oleh kalangan bangsawan.

Dalam waktu singkat, minuman ini menyebar dari Spanyol ke Prancis, lalu meluas ke seluruh Eropa. Selama berabad-abad, cokelat tetap identik dengan kemewahan.

Ia dikonsumsi dalam bentuk minuman panas oleh para elite dan bangsawan. Namun revolusi industri pada abad ke-19 membawa perubahan besar. Inovasi teknologi membuka jalan bagi bentuk baru cokelat yang lebih mudah diolah dan dinikmati secara massal.

Salah satu terobosan penting datang pada tahun 1828 dari seorang ahli kimia asal Belanda, Coenraad Johannes van Houten yang menciptakan alat pemeras kakao. Alat ini mampu memisahkan mentega kakao dari padatan biji, sehingga menghasilkan bubuk kakao dan memungkinkan pembuatan cokelat padat.

Baca juga: Intip Kandungan Kafein Dalam Matcha, Si Hijau Yang Sedang Naik Daun

Beberapa dekade kemudian, tepatnya tahun 1847, perusahaan Inggris J.S. Fry & Sons menciptakan batangan cokelat pertama yang bisa dimakan. Kemajuan pun terus berlanjut.

Pada tahun 1875, inovasi dari Daniel Peter dan Henri Nestle asal Swiss menghadirkan cokelat susu dengan mencampurkan kakao dan susu kental manis. Penemuan ini dilengkapi oleh Rodolphe Lindt yang memperkenalkan mesin conching pada tahun 1879. Mesin tersebut menyempurnakan tekstur cokelat, menjadikannya lebih halus dan meleleh sempurna di mulut.

Sejak itu, cokelat mengalami perkembangan luar biasa baik dari segi rasa, bentuk, maupun teknik penyajiannya. Beragam varian mulai bermunculan, dari cokelat berlapis isian hingga batangan padat, lalu ada cokelat aroma rempah hingga yang dicampur kacang atau buah kering.

Cokelat pun melampaui statusnya sebagai minuman eksklusif dan menjelma menjadi camilan universal yang digemari lintas generasi dan budaya hingga hari ini.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar