29 Juli 2025
15:55 WIB
Ikon Lagu Anak Indonesia Terima Penghargaan Pemerintah
Lagu-lagu anak pada masa lalu sarat dengan pesan moral yang membentuk karakter dan nilai-nilai positif bagi anak anak Indonesia.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Pemerintah membeeri penghargaan kepada ikon-ikon lagu anak Indonesi dalam acara Harmoni Zaman: Penyanyi Cilik Era 70-an dan 80-an. Dok: Kemenbud.
JAKARTA - Sejumlah penyanyi lagu anak dari berbagai era menerima penghargaan dari Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) RI. Adi dan Iyut Bing Slamet, Fitria Elvy Sukaesih, hingga Chicha Koeswoyo digancar penghargaan atas kiprah mereka yang telah mewarnai hari-hari anak-anak di Indonesia.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi dari negara atas jasa para penyanyi dan pencipta lagu anak yang telah berdedikasi. Dia berharap generasi baru penyanyi cilik bisa terus hadir dan melahirkan lagu-lagu baru untuk anak-anak Indonesia.
"Semoga ke depan semakin banyak penyanyi cilik berbakat yang bermunculan, dan semakin banyak pula pencipta lagu yang menghadirkan karya-karya anak yang relevan dengan nafas dan semangat zamannya. Saya berharap kita semua dapat terus berkolaborasi dan bersinergi dalam menjaga keberlanjutan musik anak Indonesia,” ungkap Fadli dikutip dari siaran pers resmi Kemenbud, Selasa (29/7).
Penghargaan terhadap para legenda penyanyi cilik Indonesoa diberikan di antara rangkaian acara "Harmoni Zaman: Penyanyi Cilik Era 70-an dan 80-an" yang dinisiasi Kementerian Kebudayaan, digelar di Binakarna Ballroom, Bidakara Hotel, Jakarta pada Senin (28/7). Penghargaan ini menurut Fadli adalah bentuk apresiasi dan pelestarian warisan budaya musik anak-anak Indonesia.
Para penyanyi cilik yang hadir langsung dan menerima penghargaan termasuk Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Vien Is Haryanto,Iyut Bing Slamet dan Fitria Elvy Sukaesih.
Fadli Zon menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para penyanyi cilik legendaris yang tampil dalam kesempatan ini. Ia juga menyatakan bahwa penyelenggaraan Harmoni Zaman: Penyanyi Cilik Era 70-an dan 80-an merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada 23 Juli 2025 lalu.
"Harmoni Zaman yang sudah diselenggarakan sebanyak 4 kali oleh Kementerian Kebudayaan ini sebagai wujud penghargaan atas karya dan dedikasi para penyanyi bagi dunia musik Indonesia, termasuk para penyanyi cilik legendaris," ujar Fadli.
"Acara ini juga menjadi upaya kita bersama dalam memberi pengakuan atau acknowledgement kepada para musisi dari tahun 60-an, 70-an, 80-an, 90-an dan hingga kini. Mereka adalah aset bangsa kita atau national treasure yg berkontribusi besar dalam ekosistem musik dan pemajuan kebudayaan nasional," tambahnya.
Terkait lagu anak, Fadli menyampaikan bahwa lagu-lagu anak pada masa lalu sarat dengan pesan moral yang membentuk karakter dan nilai-nilai positif bagi anak anak Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa karya-karya lagu anak yang telah lahir sejak dahulu merupakan bagian tak terpisahkan dari perjalanan budaya bangsa yang patut dijaga dan dilestarikan.
Baca juga: Penetapan Hari Puisi 26 Juli Akui Peran Sastra Dalam Pemajuan Budaya
Acara Harmoni Zaman: Penyanyi Cilik Era 70-an dan 80-an diramaikan dengan penampilan spesial Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Vien Is Haryanto, Iyut Bing Slamet, dan Fitria Elvy Sukaesih. Para legenda ini membawakan kembali sejumlah lagu anak legendaris yang pernah mewarnai masa kecil generasi terdahulu, seperti "Mama Helly", "Bebek-Bebekk",, "Getuk Lindri", hingga "Kereta Kuda".
Seperti diketahui, Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo, Vien Is Haryanto, Iyut Bing Slamet, dan Fitria Elvy Sukaesih merupakan deretan penyanyi cilik yang mewarnai masa keemasan lagu anak-anak Indonesia pada era 1970-an hingga 1980-an. Melalui lagu-lagu populer seperti "Mak Inem Tukang Latah", "Helly", "Kupu-Kupu", "Sakit Gigi", “Scooby Doo” hingga "Si Kancil" mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan moral dan nilai-nilai pendidikan bagi anak Indonesia.
Fadli menekankan, kiprah mereka menjadi tonggak penting dalam sejarah musik anak Indonesia, yang hingga kini tetap dikenang sebagai simbol keceriaan dan pembentuk karakter bangsa.