08 Agustus 2025
08:58 WIB
Festival Bedhayan Ajang Merawat Dan Merayakan Warisan Budaya
Festival Bedhayan merupakan bentuk nyata pelestarian mahakarya budaya Nusantara serta menjadi wadah inspiratif bagi seniman, budayawan, akademisi, hingga generasi muda.
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi - Tari Bedhayan Endang Sejanila merupakan salah satu karya terbaru Maestro Tari Yoyok Bambang Priyambodo yang dibawakan oleh para siswa dan anggota Sanggar Greget Semarang dalam Gelar Tari Jawa Tengah. ANTARA/HO-Sanggar Greget.
JAKARTA - Festival Bedhayan kembali hadir untuk merayakan seni tari klasik Jawa, Bedhayan. Gelaran tahun ini mengusung tema bertajuk "Panca Utsava Bedhayan", digelar 9 Agustus di Gedung Kesenian Jakarta.
Ketua Umum Festival Bedhayan 2025 Aylawati Sarwono mengatakan, gelaran festival ini mengusung semangat refleksi dan kolaborasi. Gelaran ini menjadikan panggung budaya sebagai ruang bertemunya berbagai generasi dalam merawat warisan luhur bangsa.
"Bedhayan itu sangat tersegmentasi dan penggemarnya sangat terbatas. Kalau kami tidak mengadakan kegiatan-kegiatan seperti ini, saya khawatir akan punah, karena Festival Bedhayan hadir untuk mewadahi sanggar-sanggar dan para penari bedhayan, terutama generasi muda," ungkap Aylawati Sarwono, dikutip dari Antara, Jumat (8/8).
Festival yang telah digelar lima kali ini merupakan bentuk nyata pelestarian mahakarya budaya Nusantara serta menjadi wadah inspiratif bagi seniman, budayawan, akademisi, hingga generasi muda. Agenda yang diselenggarakan oleh Laskar Indonesia Pusaka, Jaya Suprana School of Performing Arts, dan Swargaloka ini kesempatan untuk menggali nilai-nilai filosofis, simbolis, dan spiritual dari tari Bedhayan.
Festival Bedhayan 2025 menghadirkan lokakarya "Bedhayan Hagoromo" sebelum hari H yang berlangsung pada 5 Agustus 2025. Lokakarya yang dibawakan oleh Didik Nini Thowok sebagai pembicara dan Maria Darmaningsih melibatkan perwakilan dari masing-masing grup penampilan Tari Enggang dibawakan oleh grup tari Armonia Choir Indonesia pimpinan Giok Hartono, yang merupakan kreasi baru yang mengacu pada budaya suku Dayak Kenyah.
Baca juga: Mahkota Siak, Simbol Kebesaran Melayu Kembali Ke Riau Setelah 80 Tahun
Selain itu terdapat penampilan komunitas dan sanggar seni dalam dua kategori yakni pelestarian tari Bedhayan tradisional dan pengembangan tari Bedhayan ciptaan baru.
Gelaran ini turut mendukung UMKM lewat Pasar UMKM yang melibatkan produk lokal, di antaranya lini makanan/minuman hingga batik.
Festival ini diharapkan mampu melestarikan seni tari Bedhayan sebagai warisan budaya takbenda Indonesia. Selain itu juga untuk meningkatkan apresiasi masyarakat dan edukasi budaya bagi generasi muda, serta mendorong pariwisata budaya dalam memperkuat posisi seni tradisional Indonesia di mata dunia.