c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

KULTURA

07 Agustus 2025

11:57 WIB

Mahkota Siak, Simbol Kebesaran Melayu Kembali Ke Riau Setelah 80 Tahun

Mahkota Siak kembali ke tanah asalnya, tanah Melayu di Riau setelah 80 tahun tersimpan di Museum Nasional, Jakarta. Mahkota ini dipamerkan secara publik dari 7 hingga 10 Agustus mendatang.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Mahkota Siak, Simbol Kebesaran Melayu Kembali Ke Riau Setelah 80 Tahun</p>
<p id="isPasted">Mahkota Siak, Simbol Kebesaran Melayu Kembali Ke Riau Setelah 80 Tahun</p>

Mahkota Siak. Dok: Media Center Riau.

JAKARTA - Mahkota asli Kesultanan Siak Sri Indrapura akhirna diboyong dari Museum Nasional ke Riau. Untuk pertama kalinya setelah lebih 80 tahun, mahkota simbol kemegahan masyarakat Melayu ini kembali ke tanah asalnya untuk dipamerkan ke hadapan masyarakat Riau.

Mahkota Siak tiba di Pekanbaru dan disambut dengan prosesi adat di Balai Adat Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) pada Rabu petang (6/8). Prosesi tersebut menjadi penanda kembalinya simbol kejayaan Kerajaan Siak ke tanah asalnya.

Gubernur Riau Datuk Seri Setia Amanah Abdul Wahid menyebutkan kehadiran Mahkota Kerajaan Siak di Pekanbaru sebagai momen bersejarah yang sarat makna. Ia menegaskan bahwa mahkota bukan sekadar benda pusaka, tetapi simbol kemuliaan dan perjuangan bangsa Melayu untuk Republik Indonesia.

Dia menyebut bahwa Mahkota Siak merepresentasikan lebih dari sekadar lambang kekuasaan. Mahkota itu merupakan simbol keikhlasan dan komitmen besar Sultan Syarif Kasim II terhadap kemerdekaan Indonesia.

"Yang diserahkan kepada Republik Indonesia bukan hanya kekuasaan, tetapi juga kemuliaan, keikhlasan, dan perjuangan. Bahkan Sultan Syarif Kasim II menyumbangkan satu juta Gulden untuk kemerdekaan bangsa ini," ungkap Wahid dilansir dari laman Media Center Riau, Kamis (7/8).

Mahkota Siak tiba di Pekanbaru bersama dua artefak lainnya, yakni pin dan pedang peninggalan Sultan Siak. Ketiganya diarak dari bandara menuju Balai Adat dengan pengawalan ketat.

Kehadiran benda pusaka ini menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi ke-68 Provinsi Riau dan untuk pertama kalinya dipamerkan di Riau sejak lebih dari 80 tahun silam tersimpan di Museum Nasional, Jakarta.

Pameran Mahkota Sultan Siak akan digelar pada tanggal 7–10 Agustus 2025 di Jalan Sultan Syarif Kasim II, tepatnya di depan Masjid Raya Annur, Pekanbaru. Masyarakat dapat melihat langsung mahkota, pin, dan pedang Sultan Siak secara gratis.

Wahid menekankan pentingnya kehadiran pusaka ini sebagai sarana edukasi bagi generasi muda. Ia ingin agar anak-anak muda Riau mengenal jati diri sejarahnya, serta memahami bahwa bangsa Melayu adalah bangsa besar, berdaulat, dan beradab.

"Kita ingin generasi muda tidak merasa asing dengan sejarahnya sendiri. Kita ingin mereka bangga, bahwa leluhurnya bukan hanya berbudaya tinggi, tapi juga rela berkorban demi persatuan bangsa," ucapnya.

Baca juga: Pantun, Dari Tradisi Tutur Melayu Jadi Ekspresi Budaya Populer

Simbol Kebesaran Sultan Syarif Kasim I

Mahkota Kerajaan Siak Sri Inderapura yang kini diakui sebagai salah satu benda pusaka paling sakral dalam sejarah kerajaan Melayu, yang dibuat langsung di Siak atas perintah Sultan Syarif Kasim I.

Menurut Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Datuk Seri Taufik Ikram Jamil, pembuatan mahkota tersebut tercatat dalam penelusuran sejarah yang dilakukan oleh sejarawan dan budayawan Dadang Irham. Disebutkan bahwa Sultan Syarif Kasim I memerintahkan pembuatan mahkota kerajaan sekitar akhir abad ke-19, dengan mendatangkan seorang ahli perhiasan dari Jawa bernama Raden Mas Singo Sarwali. Di lingkungan istana, pengrajin ini dikenal dengan nama Pangeran Ali.

"Pangeran Ali termasuk golongan Hamba Raja Dalam yang diberi kepercayaan tinggi oleh Sultan. Ia kemudian dibantu anak-anaknya seperti Karto dan Saribun dalam proses pembuatan mahkota," ujar Taufik mengutip catatan lisan keluarga dalam elu-eluannya.

Mahkota dibuat dari emas seberat sekitar dua kilogram dan dihiasi dengan taburan batu mulia berupa intan dan rubi. Proses pembuatannya dilakukan di lingkungan istana Siak sendiri, menjadikan mahkota ini sebagai karya lokal yang memiliki nilai budaya tinggi. Selain sebagai simbol kekuasaan, mahkota tersebut juga mengandung makna spiritual dan simbolis yang mendalam.

Dalam naskah kuno Ingatan Jabatan yang ditemukan oleh peneliti Universitas Nasional Singapura, Timothy P. Barnard, Mahkota Kerajaan Siak bahkan menempati posisi pertama dalam daftar 17 harta utama kerajaan.

Sultan Syarif Kasim I yang memerintah sejak tahun 1864 dikenal sebagai tokoh pembaharu di Siak. Selain membuat mahkota, ia juga memerintahkan pembuatan kursi emas untuk keperluan istana. Ketika wafat, beliau dianugerahi gelar kehormatan Marhum Mahkota sebagai bentuk penghormatan atas kontribusinya terhadap kerajaan, termasuk dalam pembuatan mahkota yang kini menjadi simbol kebesaran Kerajaan Siak.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar