04 November 2025
09:46 WIB
Cermin Satir Hidup Di "Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done"
Karya ini memadukan teater dengan seni musik serta karya visual dari JDF 2025, mengajak penonton menelusuri memori demi menemukan kembali semangat hidup yang hilang dan alasan untuk bertahan.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Pertunjukan "Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done" di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia West Mall lantai 8, Jakarta, Minggu (2/11). Dok: Jakarta Doodle Fest.
JAKARTA - Puncak gelaran Jakarta Doodle Fest (JDF) ditutup dengan pertunjukan "Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done" di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia West Mall lantai 8, Jakarta pada Minggu (2/11). Pertunjukan ini memadukan seni teater dengan visual yang menjadi fokus JDF.
Musikal produksi Jakarta Art House (JAH) bekerja sama dengan JDF dan didukung oleh Indonesia Kaya ini mengangkat inspirasi awal dari ilustrasi karya salah satu peserta pameran JDF 2025, Sherchle. Karyanya sekaligus menjadi dasar tampilan visual pertunjukan musikal ini.
"Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done" sebuah karya pertunjukan nan satir dan penuh gelak tawa. Namun karya ini diam-diam menyentuh hati siapa pun yang pernah merasa terjebak dalam rutinitas hidup dan mencari alasan untuk terus melangkah.
Berkisah tentang seorang bernama Vina, pekerja urban yang merasa mulai kehilangan makna hidupnya. Kesehariannya terasa datar, dan ia mulai menemukan dirinya berbincang dengan makhluk alam khayalan.
Karya ini memadukan teater dengan seni musik serta seni visual dari JDF 2025 dan mengajak penonton menelusuri memori demi menemukan kembali semangat yang hilang dan alasan untuk bertahan.
Selama 60 menit, para penonton dihibur dengan lima lagu yang diproduksi di bawah arahan praktisi musik Amir Gita dan Achi Hardjakusumah. Lagu-lagu itu bernuansa sama dengan cerita utama, yaitu satir yang memantik perenungan, dengan judul-judul seperti "Sumpah Palapa", "Pelan tapi Party" hingga "Ragam Ulahnya, Ragam Lezatnya".
Para pemain menari dan bernyanyi dengan piawainya di atas panggung. Mereka sebelumnya diarahkan oleh pengarah vokal Maruf Andi. Para pemain yang dihadirkan merupakan pelaku seni muda yang sudah akrab di pentas teater musikal, seperti Made Aurellia, Uyo, Pila, Mike Frans, Arsy Fadillah, Nadhira Nasution, Medina Anzani, Devina, Ghatfaan, dan Janitra Diva.
"Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done" disutradarai oleh kreator visual Aulion, dengan naskah dan lirik pertunjukan ditulis oleh Palka Kojansow. Sementara koreografi yang menari di antara kegelisahan dan kelucuan digarap oleh Andita Mardhiaputri.
Baca juga: "Guan Yin The Musical" Bawa Pesan Welas Asih Universal
Relate Dengan Kondisi Anak Muda
Sherchle mengungkapkan bahwa inspirasi dari ilustrasi yang menjadi judul musikal ini berawal dari masa-masa lelahnya menanggapi kehidupan dan segala permintaan yang datang tak berhenti. Saat itu, Sherchle mengaku sedang suka mendengarkan lagu-lagu musisi asal Jepang Joji. Di tengah rasa lelahnya, mendegarkan dan melihat Joji dengan wajahnya yang menurutnya terkesan tanpa semangat, justru menghadirkan inspirasi buatnya berkarya.
"Pas kulihat mukanya sempat terpikir, 'gila capek banget muka ini orang, but he keeps going'. Dari situ aku jadi ingat pepatah 'hidup segan, mati tak mau', terus aku plesetin aja," terang seniman visual bernama asli Michelle Sherrina saat ditemui usai pertunjukan.
Dipilihnya karya “Hidup Segan but I’m Not Done” sebagai tema utama ini menurut Sherchle juga karena rasanya orang-orang akan bisa relate dengan sentimen yang dibawa. Menurut dia, banyak yang mengalami kondisi seperti yang dialami oleh tokoh utama dalam cerita.
"Berhubung dalam hidup ada saja nggak sih momen di mana rasanya susah, tapi manusia menolak menyerah," ungkapnya.
Sebagai seniman visual yang karyanya diadaptasi ke karya seni lain, Sherchle mengaku cukup terpukau saat menjalani proses produksi pertunjukan musikal ini. Dari saat ia duduk bareng para seniman teater, melihat bagaimana skrip dibuat, set design dirancang hingga menjadi sebuah pertunjukan yang memukau.
Dia menjelaskan, pementasan ini juga merupakan rangkaian dari kelas Musical Roadshow 2.0 yang digagas Jakarta Art House bersama sejumlah kolaborator, termasuk Galeri Indonesia Kaya. Kelas itu Dalam kelas tersebut menjaring kalangan mahasiswa untuk mempelajari materi seputar seni pertunjukan. Beberapa mahasiswa juga terpilih terjun langsung dan menjadi pendukung di belakang layar pementasannya.
Sementara pihak penyelenggara JDF menyatakan, "Musikal Absurd: Hidup Segan But I’m Not Done" menjadi tanda komitmen mereka untuk menghadirkan ruang berekspresi bagi kreator muda serta membuka kesempatan kolaborasi antar disiplin seni. Festival ini diharapkan menjadi wadah yang tidak hanya merayakan karya visual, tetapi juga memperluas ekosistem seni pertunjukan Indonesia melalui pengalaman artistik yang inklusif, segar, dan relevan.