c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

23 September 2025

15:21 WIB

Bagini Cara Amuba Masuk Dan Menginfeksi Otak Manusia

Amuba pemakan otak atau Naegleria fowleri bisa masuk ke otak melalui saraf penciuman dan menyebabkan kerusakan jaringan otak yang dapat berujung kematian.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Bagini Cara Amuba Masuk Dan Menginfeksi Otak Manusia</p>
<p id="isPasted">Bagini Cara Amuba Masuk Dan Menginfeksi Otak Manusia</p>

Fotomikrograf yang menggambarkan karakteristik histopatologis yang terkait akibat parasit Naegleria fowleri, dengan perbesaran 504 kali dan menerapkan teknik pewarnaan antibodi fluoresen langsung (DFA). ANTARA/HO-phil.cdc.gov/am.

JAKARTA - Wilayah Kerala di India baru-baru ini melaporkan perkembangan kasus infeksi serus akibat serangan amuba. Kasus-kasus kematian dilaporkan terjadi karena infeksi dari "amuba pemakan otak" Naegleria fowleri yang dilaporkan menyerang dan menginfeksi otak.

Apa itu amuba pemakan otak? Organisme bersel satu ini biasanya ditemukan di air tawar yang hangat dan di tanah. Bakteri ini dapat masuk ke dalam hidung saat seseorang berenang atau mandi di perairan yang terkontaminasi seperti danau, kolam, dan lainnya

Dokter spesialis neurologi dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto dr. Sholihul Muhibbi, SpN mengingatkan bahwa "amuba pemakan otak" Naegleria fowleri bisa masuk ke tubuh manusia saat berenang di kolam atau danau air tawar di daerah yang beriklim tropis dan hangat. Itu berarti, kasus serupa pun bisa terjadi di Indonesia.

Dilansir dari Antara, dokter Sholihul menyebut spesies ameba tersebut bisa masuk ke otak melalui sel saraf penghidu atau penciuman di bagian atap rongga hidung.

Ia mengatakan bahwa tubuh manusia sebenarnya memiliki sistem pertahanan tubuh tambahan yang kuat untuk melindungi otak, yang disebut Blood-brain Barrier (BBB) atau sawar darah-otak. Sistem yang ada dalam sistem saraf pusat sebagian besar vertebrata tersebut memisahkan darah dari cairan ekstraseluler otak.

Sistem ini berperan penting dalam mengatur transportasi zat-zat penting untuk fungsi otak sekaligus melindunginya dari zat asing dalam darah yang dapat merusak otak, termasuk bakteri dan kuman yang masuk ke pembuluh darah.

Namun demikian, amuba Naegleria fowleri  bisa masuk ke otak melalui saraf penciuman dan menyebabkan kerusakan jaringan otak yang dapat berujung kematian.

"Kemampuan ini yang menjadikan spesies N. fowleri berbahaya," katanya.

Paparan amuba berbahaya tersebut berpeluang terjadi di wilayah Indonesia yang beriklim tropis dan hangat. Oleh karena itu, dokter Sholihul mengatakan, demi keamanan lebih baik menggunakan bahan seperti klorin untuk membersihkan air kolam sebelum berenang.

Dia juga menganjurkan pengolahan air tawar dari alam untuk memastikan air yang diminum bebas dari kontaminasi kuman berbahaya.

"Pada umumnya air mentah langsung dari alam yang sudah diberikan perlakuan sehingga bisa dikonsumsi seperti dimasak dengan dididihkan, difiltrasi dengan sinar UV atau dengan bahan kimia cenderung aman dan tidak mengandung bakteri yang berbahaya," ia menjelaskan.

Baca juga: Parasit Cacing Dapat Ganggu Irama Jantung

Serangan amuba Naegleria fowleri  menyebabkan belasan orang meninggal dunia di Kerala, India. Hingga Selasa (23/9), laporan Kementerian Kesehatan India yang disiarkan Times of India menyebut total ada 69 kasus infeksi, dengan 19 di antaranya menyebabkan kematian.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) setempat mengungkap faktor risiko infeksi amuba pemakan otak meliputi paparan air tawar saat berenang, atau saat menggunakan air keran untuk membersihkan hidung, yang bisa langsung menyerang otak melalui saraf penciuman, menghancurkan jaringan otak dan menyebabkan pembengkakan.

Sementara itu, gejala amuba pemakan otak biasanya muncul dalam tiga hingga tujuh hari meliputi demam, sakit kepala, muntah, halusinasi, kebingungan, kejang, dan perubahan indra penciuman atau perasa.

CDC mengatakan karena gejala tidak spesifik dan perkembangannya berlangsung cepat, kematian biasanya terjadi dalam lima hari atau 1-18 hari sejak gejala muncul.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar