c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

KULTURA

01 Agustus 2025

20:53 WIB

Awas Terlalu Intim, Obrolan Dengan ChatGPT Tak Selamanya Rahasia

Obrolan dengan ChatGPT bisa dijadikan alat bukti di pengadilan untuk mengungkap suatu kasus. Hal ini dimungkinkan karena tak ada hukum kerahasiaan yang melindungi percakapan di platform tersebut.

Editor: Andesta Herli Wijaya

<p id="isPasted">Awas Terlalu Intim, Obrolan Dengan ChatGPT Tak Selamanya Rahasia</p>
<p id="isPasted">Awas Terlalu Intim, Obrolan Dengan ChatGPT Tak Selamanya Rahasia</p>

Seseorang sedang mengoperasikan Chatbot AI atau layanan komunikasi dengan kecerdasan buatan. Shutter stock/Ascannio.

JAKARTA - Artificial intelligence (AI) kini sudah semakin lekat dalam keseharian banyak orang. Berbagai model kecerdasan buatan digunakan untuk mendukung pekerjaan, menjelajahi data dan informasi hingga menjadi teman mengobrol.

Kini, semakin lazim orang-orang mengandalkan model chatbot seperti ChatGPT untuk mencari informasi sehari-hari. Bahkan lebih jauh, semakin lazim bagi sebagian orang menjadikan ChatGBPT sebagai teman mengobrol tentang hal-hal yang sifatnya rahasia dan personal.

Chatbot kini mulai diposisikan seperti psikiater ataupun penasihat pribadi, menjadi "sosok" yang selalu bisa menjadi tempat mengadu, mengeluh dan menceritakan perasaan bahkan rahasia-rahasia terdalamnya. Fenomena ini menandai era baru hubungan manusia dengan mesin.

Meski merasa nyaman dengan chatbot, para pengguna hari ini perlu meninjau kembali 'batasan' antara dirinya dengan mesin. Pasalnya, ruang percakapan di platform yang kadung dianggap aman dan rahasia, sejatinya juga berpeluang terekspos. Tak selamanya apa yang diungkapkan di ruang itu tersimpan sebagai rahasia antara manusia dengan mesin.

Tidak seperti berbicara dengan dokter atau psikiater yang dinaungi hukum kerahasiaan, percakapan dengan ChatGPT bisa jadi tidak akan tetap bersifat pribadi jika OpenAI terkena tuntutan hukum. Hal ini diakui sendiri oleh Sam Altman, CEO Open AI yang memiliki model ChatGPT. 

"Jadi, kalau kita bicara dengan ChatGPT tentang hal-hal paling sensitif kita, lalu ada gugatan hukum atau semacamnya, kita bisa diminta untuk melaporkannya, dan menurut saya itu sangat kacau," ujar Altman kepada podcaster Theo Von dalam sebuah episode baru-baru ini, dilansir dari Business Insider.

Altman menjelaskan, saat ini, jika seseorang berbicara dengan terapis, pengacara, atau dokter tentang masalah-masalah personalnya, perlindungan hukum untuk memastikan kerahasiaan percakapan tersebut.

Baca juga: Kecerdasan OpenAI Setara Juara Emas Olimpiade Matematika Internasional

Altman menyatakan AI atau ChatGPT saat ini tak memiliki perlindungan semacam itu. Dia sendiri berpendapat seharusnya ada "konsep privasi yang sama untuk percakapan Anda dengan AI seperti yang kita lakukan dengan terapis" dan bahwa hal itu harus "ditangani dengan urgensi."

Berbeda dengan percakapan pada layanan pesan terenkripsi seperti WhatsApp atau Signal, OpenAI dapat membaca obrolan antara pengguna dan ChatGPT. Hal ini termasuk penggunaan percakapan oleh staf untuk menyempurnakan model AI dan pemantauan penyalahgunaan.

Perlu dicatat, menurut kebijakan penyimpanan data OpenAI, obrolan yang dihapus di ChatGPT Gratis, Plus, dan Pro akan dihapus secara permanen dalam waktu 30 hari kecuali perusahaan diharuskan menyimpannya karena "alasan hukum atau keamanan".

Baca juga: Prediksi Bos Meta: Orang Tanpa Kacamata AI Bakal Merugi

Belakangan masalah privasi menjadi mencolok setelah pada bulan Juni, The New York Times dan sejumlah penggugat mengajukan perintah pengadilan terhadap OpenAI yang meminta perusahaan tersebut untuk menyimpan semua log pengguna ChatGPT, termasuk obrolan yang dihapus, tanpa batas waktu. Perintah tersebut, yang sedang diajukan banding oleh OpenAI, merupakan bagian dari gugatan hak cipta, di mana pengembangan Open AI disebut banyak menggunakan artikel media massa.

Ketika terjadi polemik hukum seperti itu, publik pengguna ChatGPT bisa menjadi sangat rentan. Pasalnya, jika saja gugatan New York Times dikabulkan, maka percakapan pribadi orang-orang dengan ChatGPT akan bisa diungkap di persidangan. Hakim dan semua orang yang terlibat dalam persidangan akan mendapatkan akses ke obrolan-obrolan pengguna, mulai dari obrolan tentang informasi tertentu, cerita kesehatan mental hingga asmara, semuanya bisa diekspos untuk pembuktian perkara pihak yang sepenuhnya asing bagi setiap pengguna.

Kondisi itu relatif berbeda dengan kasus pengungkapan percakapan atau rekam medis pasien di dunia kedokteran. Undang-undang di berbagai negara menjamin kerahasiaan rekam medis pasien, dan hanya bisa diungkap untuk keperluan persidangan jika berdasarkan permintaan resmi dari penegak hukum dalam rangka penegakan hukum.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar