30 September 2025
20:06 WIB
Aplikasi Pupuk Hayati dengan Drone Spray Untuk Pertanian Berkelanjutan
Inovasi biofertilizer atau pupuk hayati dengan teknologi drone spray, bisa menjadi solusi tepat untuk pertanian yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Penulis: Arief Tirtana
Editor: Andesta Herli Wijaya
Ilustrasi rancangan drone untuk pertanian. Sumber foto: BRIN.
JAKARTA - Pertanian masa depan dituntut bukan hanya harus bisa menyediakan pangan yang cukup, melainkan juga sehat untuk dikonsumsi. Tuntutan itu menjadi tantangan tersendiri, di tengah masalah perubahan iklim, degradasi lahan, dan kebutuhan efisiensi yang terus terjadi.
Plh. Kepala ORPP BRIN, Setiadi Marwanto meyakini bahwa inovasi teknologi bisa menjadi solusinya. Hal itu ia kemukakan dalam sesi presentasi daring HortiActive seri ke-20 dengan tema "Inovasi Biofertilizer dengan Teknologi Drone Sprayer dalam Mewujudkan Pertanian Cerdas dan Presisi yang Ramah Lingkungan", beberapa waktu lalu.
Setiadi mengungkapkan bahwa inovasi biofertilizer atau pupuk hayati dengan teknologi drone spray, bisa menjadi solusi tepat untuk pertanian masa depan. Penekanannya pada penggunaan teknologi yang membuat proses pemupukan bisa lebih efisien.
"Dengan dukungan teknologi drone, aplikasi biofertilizer bisa dilakukan lebih presisi dan hemat sumber daya. Perpaduan bioteknologi dan digitalisasi bukan hanya mengurangi biaya produksi, tetapi juga meningkatkan produktivitas pertanian berkelanjutan," jelasnya dikutip dari halaman BRIN, (30/9).
Pada aspek penggunaan pupuk, biofertilizer berbasis mikroba mampu meningkatkan penyerapan hara, memperkuat ketahanan tanaman, sekaligus mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Oleh karena itu, pemanfaatan biofertilizer alias pupuk hayati yang dipadukan dengan drone sprayer dinilai merupakan langkah nyata menuju pertanian presisi, atau tepat dosis, waktu, dan sasaran. Dengan pendekatan ini, produksi pangan diharapkan bisa lebih efisien sekaligus berkelanjutan.
Hanya saja, tantangan ada pada bagaimana memastikan bahwa drone sprayer yang digunakan tidak akhirnya merusak tanaman. Oleh karena itu, penting untuk memastikan, penyesuaian tanaman dan juga ukuran baling-baling drone, agar sesuai dan justru tidak merusak.
Baca juga: Produk Oral Care Dengan Ekstrak Temu Hitam Buatan Peneliti IPB
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Peneliti Ahli Muda PR Hortikultura, Lidia Kristina Panjaitan ditemukan perhitungan yang tepat untuk menyesuaikan tanaman dan ukuran baling-baling drone ini. Penelitian difokuskan pada dua varietas bawang, Batu Ijo dan Birma, dengan menguji kekuatan dan kelenturan daun agar drone tidak merusak tanaman. Uji laboratorium menunjukkan varietas Batu Ijo memiliki daun lebih lemah dibanding Birma. Data ini menjadi dasar perancangan baling-baling agar efek downwash drone tetap aman.
Sementara melalui simulasi aerodinamika (Computational Fluid Dynamics/CFD), diperoleh desain drone yang tepat, yaitu dalam konfigurasi hexarotor dengan airfoil NACA 4415, delapan bilah, throttle 66%, daya 870 watt, dan thrust lebih dari 200 Newton. Hasilnya, dengan ketinggian terbang optimal berada di 2 meter, drone tersebut cukup untuk mendistribusikan pupuk secara merata tanpa merusak daun bawang merah.
"Dengan desain ini, drone sprayer dapat mempercepat distribusi pupuk sekaligus mengurangi biaya tenaga kerja," jelas Lidia.