09 Agustus 2025
08:18 WIB
Ajang Lari Sering Picu Sampah, Kesadaran Pelari Perlu Ditingkatkan
Di balik euforia dan sorak kemenangan, ada permasalahan seperti munculnya tumpukan sampah setelah acara lari berakhir.
Penulis: Gemma Fitri Purbaya
Editor: Andesta Herli Wijaya
Sejumlah pelari beradu kecepatan saat mengikuti LPS Monas Half Marathon 2024 di kawasan Simpang Sema nggi, Jakarta, Minggu (30/6/2024). Antara Foto/Bayu Pratama S.
JAKARTA - Ajang lari kini semakin populer di berbagai kota, mulai dari Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Bali, dan masih banyak lagi. Ajang lari pun menjadi wadah masyarakat untuk hidup sehat.
Sayangnya, di balik euforia dan sorak kemenangan, ada permasalahan seperti munculnya tumpukan sampah setelah acara lari berakhir. Mulai dari botol minum sekali pakai, kemasan energi gel, sampai bungkus makanan ringan, menjadi jejak sampah yang kerap ditinggalkan oleh para pelari di sepanjang rute.
Semisal, dalam gelaran lari Pocari Sweat Run 2025 menghasilkan sekitar 14 meter kubik sampah, atau setara satu truk sedang dan dua truk kecil. Maka itu, Marketing Director PT Amerta Indah Otsuka Puspita Winawati mengatakan pentingnya kesadaran pelari terhadap kebersihan, khususnya selama berlari.
"Kami berharap pelari lebih teredukasi lagi terhadap kebersihan saat dan setelah balapan, dan itu yang selalu kami coba terapkan. Memang susah kalau berlari dan harus membuang sampah yang benar. Itu menjadi tantangan untuk pelari, tetapi dengan awareness yang kami coba bangun terus harapannya kesadarannya bisa lebih baik," cerita Puspita saat ditemui beberapa waktu lalu.
Dia tidak menampik, memilah sampah juga menjadi tantangan dalam meningkatkan awareness di kalangan pelari. Padahal sampah yang tidak dipilah akan menjadi sangat sulit untuk didaur ulang. Maka dari itu, memilah sampah plastik, organik, dan anorganik menjadi sangat penting.
Pocari Sweat pun melalui ajang Pocari Sweat Run 2025 berkomitmen untuk selalu recycle dan mendaur ulang agar hanya residu yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Mereka bekerja sama dengan komunitas anak muda untuk melakukan gerakan memungut sampah bersama, sambil terus mengedukasi para pelari untuk membuang sampah di tempatnya selama ajang berlari berlangsung.
Dengan begitu, diharapkan sampah yang dibuang oleh pelari atau yang ada di sepanjang jalan dapat didaur ulang. Sejak tahun 2022 sendiri sampai 2024, mereka sudah mengumpulkan lebih dari 11,4 ton sampah dan didaur ulang.
Baca juga: Strategi Lari Cerdas, Aman Dan Nyaman Saat Marathon
Setiap sampah yang dikumpulkan didaur ulang menjadi kursi yang digunakan di sekolah-sekolah. Mereka berpikir ingin membuat medali dari sampah plastik sehingga ada inovasi baru dan lebih banyak sampah yang dimanfaatkan.
"Jadi kami terus-terusan berpikir apa yang mungkin berguna dan berkontribusi ke masyarakat apa. Kami terus mencari bentuk upcycle yang menarik apa dan kemungkinan berpikir bisa menjadi medali (untuk acara race) dari sampah plastik," imbuh Puspita.
Sampah plastik yang sulit terurai memang masih menjadi permasalahan lingkungan yang meresahkan. Laporan World Bank di 2016 menyebut ada 242 juta ton sampah plastik di dunia dan angka tersebut akan terus naik jika masyarakat terus abai dan tidak mengubah gaya hidup mereka menjadi lebih ramah lingkungan. Sementara total sampah nasional sendiri mencapai 68,5 juta ton di 2021 berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).