30 Juni 2025
15:31 WIB
AI Tawarkan Kemudahan Bagi Penjual Online, Tapi Masih Ada Kesenjangan
Riset Lazada mengungkapkan, mayoritas penjual masih memiliki keraguan mengenai manfaat jangka pendek dari kegunaan AI dan investasi awal yang harus dikeluarkan dalam implementasinya.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Andesta Herli Wijaya
Pedagang menawarkan sepatu secara daring melalui siaran langsung di Pasar Tanah Abang, Jakarta, Sela sa (13/6/2023). Antara Foto/Aprillio Akbar.
JAKARTA - Pengembangan dan implementasi Artificial Intelligence (AI) digadang-gadang akan menjadi awal dari transformasi besar di dalam industri e-commerce yang terus berkembang. Pekerjaan yang sifatnya repetitif akan mulai digantikan dengan otomatisasi yang ditawarkan AI, sehingga meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Studi dari McKinsey & Company pada 2023 lalu menemukan bahwa bisnis yang berbasis AI dalam penjualan dan pemasaran, dapat meningkatkan pendapatan hingga 15% dan mengurangi biaya operasional hingga 20%.
Studi PwC 2025 juga memprediksi Implementasi AI akan secara signifikan meningkatkan pendapatan pada ekonomi global. Riset memproyeksikan peningkatan produk domestik bruto (PDB/ GDP) sebesar US$15 triliun hingga 2030.
Laporan tersebut setidaknya mengungkapkan 3 dampak yang dipicu dari hadirnya AI. Pertama, peningkatan produktivitas dari bisnis yang mengotomatisasi proses, termasuk penggunaan robot dan kendaraan otonom.
Kedua, peningkatan produktivitas dari bisnis yang melengkapi tenaga kerja yang ada dengan teknologi AI, serta ketiga peningkatan permintaan konsumen yang dihasilkan dari ketersediaan produk dan layanan yang ditingkatkan dengan AI yang dipersonalisasi dan/atau berkualitas lebih tinggi.
Namun, adaptasi teknologi AI masih belum merata di kalangan penjual di berbagai platform marketplace. Ada berbagai soal yang masih menghambat perkembangan perilaku baru dalam bisnis online ini, salah satunya soal wawasan dan perspektif pengguna teknologi itu sendiri.
Chief Executive Officer Lazada Group, James Dong mengungkapkan, integrasi teknologi baru belum familiar bukan hanya soal waktu dan usaha, namun juga karena perlu sediaan sumber daya yang tepat, panduan yang jelas, dan perencanaan yang matang agar dapat berhasil.
"Di Lazada, kami berkomitmen untuk mempermudah perjalanan ini bagi para penjual kami dengan menghadirkan inovasi kelas dunia dan alat berbasis AI canggih untuk mendukung kesuksesan mereka," ungkap James Dong dalam pernyataan resmi, Senin (30/6).
Riset bertajuk "Menjembatani Kesenjangan AI: Persepsi dan Tren Adopsi Penjual Online di Asia Tenggara", hasil kolaborasi Lazada dan Kantar pada 2025 menemukan bahwa penjual di Indonesia menyambut keberadaan AI secara positif. 91% dari responden lebih siap mengadopsi AI dalam kehidupan pribadi mereka, lebih tinggi dibandingkan pembeli yang sebesar 78%.
Indonesia sendiri juga menyimpan potensi besar untuk menjadi negara adidaya AI di Asia Tenggara. Saat ini, sudah 29% penjual online di Indonesia yang mahir mengintegrasikan AI di berbagai aspek operasional bisnis.
Meski begitu, mayoritas penjual masih memiliki keraguan mengenai manfaat jangka pendek dari kegunaan AI (68%) dan investasi awal yang harus dikeluarkan dalam implementasinya (69%). Riset ini menyebutkan bahwa biaya dan waktu menjadi salah satu faktor terbesar dalam implementasi AI. Keengganan untuk berubah juga menjadi penghambat lain yang mereka hadapi.
Selain itu faktor lainnya adalah rasa skeptis dengan kegunaan AI bagi manfaat bisnis sebesar 62% serta ketakutan akan risiko kebocoran data sebesar 57% juga dipertimbangkan oleh pengguna.
"Temuan ini menandakan perlunya sistem pendukung untuk mendorong penggunaan AI dan menjadikan Indonesia menjadi negara adidaya AI," ucap James.
Panduan AI Khusus Penjual Online
Menjawab kesenjangan AI antara para pelaku usaha di e-commerce, Lazada menyiapkan panduan bagi para penjual. Dibagi dalam tiga model kesiapan tahapan adopsi dan kesiapan AI, yakni AI Adepts (Pengguna lanjutan AI), AI Aspirants (Pengguna parsial AI), dan AI Agnostics (Pengguna minimal AI).
Integrasi AI sesuai dengan tingkat kesiapan ini dilakukan demi mendukung penjual dalam mengadopsi AI ke dalam operasional bisnis hingga bisa meraih kesuksesan di lanskap ekonomi digital yang terus berkembang.
"Lazada menyadari bahwa AI akan menjadi bagian integral dari ekosistem e-commerce. Oleh karena itu, Lazada mengembangkan berbagai fitur AI untuk menjawab kebutuhan penjual, mulai dari membuat daftar produk, mengelola hubungan dengan pelanggan, hingga meningkatkan konvensi penjualan," kata Head of Business Growth and Operations, Lazada Indonesia, Amelia Tediarjo.
Fitur-fitur ini diyakininya dapat dengan mudah diakses bagi penjual di Lazada untuk memaksimalkan performa dan efisiensi bisnis dalam ekosistem Lazada.
Pada tahap awal, penjual dapat memanfaatkan Lazada Business Advisor untuk wawasan tren pasar dan analitik performa toko, serta AI Smart Listing yang membantu penjual menciptakan product listing yang menarik dan dipersonalisasi, yang dibantu AI untuk menonjolkan fitur-fitur penting produk.
"Penjual kategori fesyen bahkan bisa menggunakan model AI dalam fitur ini untuk membuat produk jualannya semakin terlihat menarik," kata dia.
Untuk optimalisasi efisiensi operasional, tersedia Lazada IM Shop Assistant (LISA) yang mempercepat komunikasi dengan pelanggan, serta Lazada Sponsored Solutions yang menawarkan iklan berbasis AI dengan target audiens yang tepat.
Baca juga: AI Berdampak Pada Turunnya Kunjungan Ke Situs Berita
Dalam hal terobosan pengalaman pelanggan, Lazada menghadirkan inovasi seperti AI-Powered Skin Test yang menganalisis kondisi kulit menggunakan AR untuk rekomendasi produk lebih tepat, serta Virtual Try-On untuk pengalaman mencoba produk secara virtual.
Data yang dihasilkan saat pelanggan mencoba fitur ini terkoneksi dengan chatbot AI Lazzie yang akan memberikan rekomendasi yang dipersonalisasi.
"Semua fitur ini dirancang untuk membantu penjual meningkatkan peluang konversi ke penjualan agar mereka mampu mengembangkan bisnis mereka secara efektif dan kompetitif," tambah Amelia.
Amelia menekankan bahwa Lazada akan terus berkomitmen dalam pengembangan teknologi, termasuk investasi pada AI, sebagai katalisator pertumbuhan dan pemberdayaan penjual.
"Menerapkan AI bukan berarti hanya mengikuti arus perubahan, melainkan menjadi yang terdepan. Penjual yang siap mengadopsi AI adalah penjual yang siap menghadapi masa depan," pungkas Amelia.