c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

KULTURA

14 Juli 2025

17:25 WIB

Agar Baterai Kendaraan Listrik Tidak Menjadi Limbah

Di balik tujuannya untuk mengurangi emisi karbon, kendaraan listrik menyisikan kekhawatiran soal limbah berbahaya baterai. Perlu pendekatan dari hulu ke hilir. 

Penulis: Nuzulia Nur Rahma

Editor: Satrio Wicaksono

<p id="isPasted">Agar Baterai Kendaraan Listrik Tidak Menjadi Limbah</p>
<p id="isPasted">Agar Baterai Kendaraan Listrik Tidak Menjadi Limbah</p>

Ilustrasi pengguna mobil listrik sedang mengisi daya. Foto: Freepik.

JAKARTA - Seiring meningkatnya penggunaan kendaraan listrik (EV) di Indonesia, perhatian terhadap dampak lingkungan dari baterai bekas pun semakin besar. Salah satu isu krusial adalah potensi baterai kendaraan listrik menjadi limbah berbahaya jika tidak dikelola dengan benar.

Kendaraan listrik memang menjadi solusi masa depan untuk mengurangi emisi karbon dan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Namun, di balik manfaatnya, baterai lithium-ion yang digunakan menyimpan tantangan besar jika tak dikelola secara berkelanjutan.

Periset dari Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Evy Kartini menjelaskan, kendaraan listrik memang dapat mengurangi emisi karbon dioksida, tujuannya untuk membuat lingkungan lebih bersih. 

Tetapi hal ini berdampak terhadap banyaknya baterai yang akan menjadi limbah di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir, mulai dari desain, penggunaan, hingga daur ulang.

"Ada tiga metode daur ulang baterai yaitu hidrometalurgi, pirolisis, dan daur ulang langsung. Kami tidak menggunakan metode pirolisis yang menghasilkan asap hitam. Kami menggunakan metode daur ulang langsung dengan menggunakan air,” ungkap Evy dalam pernyataan resmi, Senin (14/7).

Baca juga: Tips Agar Mobil Tak Alami "Hydro Lock" Saat Terpaksa Terjang Banjir

Dijelaskan Evy, Baterai jenis Litium Besi Fosfat (LFP) saat ini sedang menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Selain baterai LFP, terdapat baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt). 

Dirinya mengatakan di dalam baterai terdapat baja, krom, dan nikel yang digunakan sebagai bahan katoda. Selain itu, konektor baterai terbuat dari bahan nikel, ataupun aluminium.

"NMC dan LFP memiliki perbedaan keluaran tegangan dan arus. Untuk NMC memiliki tegangan 3,7 volt (V) dengan kapasitas 2500 milliampere per jam (mAH). Sementara itu, LFP memiliki tegangan 3,2 V dan 1800 mAH," terang Evy.

Selanjutnya, Evy mengatakan baterai LFP memiliki siklus hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan baterai NMC. Untuk itu, pengguna kendaraan listrik perlu mengetahui jenis baterai yang digunakan sebelum membeli mobil Listrik.

"Keselamatan baterai merupakan hal yang krusial karena suhu baterai akan meningkat jika digunakan. Selain itu plastik pemisah blok baterai bisa menyebabkan kebocoran yang dapat menimbulkan ancaman," tutupnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar