08 April 2023
15:49 WIB
Penulis: Mahareta Iqbal
Editor: Satrio Wicaksono
JAKARTA - Indonesia punya ribuan desa, dengan keunikan dan karakteristiknya masing-masing. Tidak sedikit di antaranya yang belakangan bertransformasi menjadi desa wisata.
Tak sebatas kearifan lokal masyarakat setempat, letak geografis juga bisa menjadi daya tarik wisata. Ada beberapa desa wisata yang lokasinya berada di di dataran tinggi.
Dengan keuntungan kondisi geografis seperti ini, tentunya desa-desa wisata tersebut memiliki nilai tambah tersendiri, yaitu memberikan tawaran pemandangan lanskap alam kepada wisatawan dari ketinggian.
Keindahan alam serta kearifan lokalnya tentu menjadi paket wisata lengkap yang dapat menarik kunjungan wisatawan, baik dalam maupun luar negeri. Dilansir dari berbagai sumber, berikut lima desa wisata tertinggi di Indonesia.
Menparekraf Sandiaga Uno memotong rambut gimbal peserta tradisi potong rambut gimbal di Telaga Cebong kawasan dataran tinggi Dieng, Desa Sembungan. ANTARA FOTO/Anis Efizudin Baca juga: Desa-desa Wisata Terbaik di Indonesia
Berada di ketinggian 2.300 mdpl, Desa Sembungan berlokasi di Kecamatan Kejajar, Wonosobo, Jawa Tengah. Desa ini memiliki bentang alam indah serta kearifan lokal yang masih terjaga hingga sekarang, dan pernah menyabet juara 1 Kategori Desa Wisata Rintisan ADWI 2022.
Di sini, wisatawan bisa menikmati berbagai destinasi wisata populer yang memesona. Mulai dari Puncak Sikunir, Gunung Pakuwaja, Telaga Cebong, hingga Curug Sikarim. Selain pemandangan alam yang memesona, budaya di Desa Sembungan juga masih dilestarikan.
Satu kearifan lokal yang ada di desa tertinggi di Pulau Jawa ini adalah Ruwat Gimbal yang diadakan setiap tanggal 1 dalam kalender Jawa Suro. Ruwat Gimbal adalah upacara adat pemotongan rambut pada anak berambut gimbal untuk membersihkan diri dari hal-hal buruk. Biasanya acara ini digelar antara bulan Agustus hingga September.
Pemandangan di Desa Ranupani di Senduro, Lumajang, Jawa Timur. Sumber: jadesta.kemenparekraf.go.id Baca juga: Desa Wisata Nyarai, Dari Ekowisata Lokal Ke Internasional
Desa Ranupani berada di Kecamatan Senduro, Lumajang, Jawa Timur dengan ketinggian 2.100 mdpl. Desa ini dijadikan sebagai basecamp resmi pendakian ke Gunung Semeru.
Berbicara soal daya tarik dari segi kekayaan alamnya, Desa Ranupani memiliki danau tertinggi di Indonesia yaitu Danau Ranupani yang memiliki luas sekitar 7.500 meter persegi. Air di danau ini sangat dingin, bahkan mencapai 14 derajat celcius.
Tak hanya alam, di desa wisata ini juga terdapat Rumah Budaya Ranupani yang kerap digunakan untuk pagelaran tari dan musik tradisional.
Menariknya lagi, desa ini masih menjaga adat istiadat leluhur dengan rutin menggelar tradisi Unan-unan setiap 5 tahun sekali, tepatnya pada tahun "Landung" menurut penanggalan tradisional. Tradisi ini berupa menanam kepala kerbau yang ditujukan untuk membersihkan desa agar selamat dari malapetaka.
Pemandangan di Kampung Bena Inire, Nusa Tenggara Timur. Sumber: kemenparekraf.go.id Di Nusa Tenggara Timur (NTT) ada Kampung Bena Inire. Kampung ini berada di Kabupaten Ngada, Flores, tepatnya di kaki Gunung Inerie dengan ketinggian mencapai 2.245 mdpl.
Daya tarik utama dari desa ini adalah rumah-rumah adat yang sudah ada sejak Zaman Batu Besar atau Megalitikum. Berbeda dengan bangunan rumah pada umumnya, rumah adat di Kampung Bena Inire masih sangat tradisional. Bahkan atap rumah pun terbuat dari alang-alang dan lantai rumahnya terbuat dari bebatuan gunung.
Di tengah-tengah kampung terdapat sebuah bangunan yang biasa disebut oleh masyarakat lokal Bena dengan sebutan nga’du dan bhaga. Keduanya merupakan simbol leluhur kampung yang berada di halaman. Tempat upacara adat digelar untuk berkomunikasi dengan leluhur mereka disebut kisanatapat.
Nga’du berarti simbol nenek moyang laki-laki dan bentuknya menyerupai sebuah payung dengan bangunan bertiang tunggal dan beratap serat ijuk, hingga bentuknya mirip pondok peneduh. Sedangkan, bhaga berarti simbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai bentuk miniatur rumah.
Tiang nga'du biasanya terbuat dari jenis kayu khusus yang keras karena sekaligus berfungsi sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika pesta adat.
Foto udara Desa Argosari di Lumajang, Jawa Timur. Shutterstock/Jhon Images Baca juga: Potensi Serius Wisata Air Terjun Way Campang
Selanjutnya ada Desa Argosari yang berada di kaki Gunung Bromo, tepatnya di Senduro, Lumajang, Jawa Timur. Desa ini berada di ketinggian 2.000 mdpl.
Desa Argosari terkenal dengan pemandangan "Negeri di Atas Awan"-nya yang mampu memukau wisatawan yang berkunjung.
Menjadi salah satu tempat tinggal Suku Tengger, warga Desa Argosari juga masih sangat kental dengan adat istiadat. Salah satunya adalah Upacara Karo yang diadakan pada bulan ke-2 Tahun Saka Hindu Tengger.
Upacara Karo bertujuan untuk mengembalikan kesucian dan penghapusan dosa warga Suku Tengger. Kearifan lokal satu ini menjadi daya tarik wisata bagi Desa Wisata Argosari.
Kete' Kesu salah satu destinasi wisata unggulan di Toraja Utara yang memadukan wisata budaya dan ala m. ANTARA Foto/ Suriani Mappong Berada di Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Desa Kete Kesu termasuk salah satu desa tertinggi di Indonesia yang menarik untuk dikunjungi. Berada di Kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Sanggalangi, Toraja Utara, lokasi Desa Kete Kesu berada di lereng-lereng pegunungan dengan ketinggian sekitar 1.400 mdpl.
Selain menikmati pemandangan menawan di lereng-lereng pegunungan, wisatawan bisa menyaksikan budaya leluhur warga Desa Kete Kesu yang masih terawat sampai saat ini. Salah satu kearifan lokal yang masih lestari hingga sekarang adalah pemakaman adat yang diletakkan di gua-gua atas tebing. Banyak wisatawan yang terkadang datang hanya untuk mengkhususkan diri melihat pemakaman adat.
Di samping itu, wisatawan juga bisa melihat rumah tradisional Toraja yaitu Tongkonan. Sebuah rumah panggung yang memiliki atap seperti tanduk kerbau menjulang. Kunjungan tersebut akan semakin lengkap sembari menyaksikan keseharian masyarakat setempat.
Itulah lima desa wisata tertinggi di Indonesia. Meski ada beberapa desa wisata tertinggi yang butuh waktu dan tenaga ekstra untuk mengunjunginya, dijamin semua hal tersebut terbayarkan saat sampai di lokasi desa-desa wisata.