27 November 2023
18:42 WIB
Penulis: Erlinda Puspita
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan (Zulhas) mulai mewaspadai kinerja kinerja neraca perdagangan Indonesia. Pasalnya, meskipun saat ini neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus sejak Mei 2022, dan mencatatkan surplus akumulatif periode Januari-Oktober 2023 sebesar US$31,22 miliar, namun tantangan global yang multidimensi perlahan menipiskan surplus tersebut.
Tantangan multidimensi tersebut antara lain, perang antarnegara, isu lingkungan, isu pangan, energi, hingga proteksi pangan masing-masing negara. Perlambatan kinerja perdagangan dan perekonomian juga dirasakan berbagai negara di dunia, dan cenderung semakin melambat dibanding tahun lalu. Beberapa di antaranya kata Zulhas yaitu China dan Uni Emirates Arab (UEA).
“Meskipun tren surplus neraca perdagangan masih berlanjut hingga Oktober 2023, Indonesia harus mewaspadai menipisnya surplus perdagangan, seiring dengan melemahnya harga komoditas di pasar global,” ujar Zulhas dalam pemaparannya di Rapat Kerja Komisi VI dengan Kemendag, Senin (27/11).
Baca Juga: BPS: Capai US$3,48 M, Surplus Neraca Perdagangan Bertahan 42 Bulan
Diketahui, total ekspor Indonesia sepanjang Januari-Oktober 2023 sebesar US$214,41 miliar. Jumlah tersebut mengalami penurunan sebesar 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni mencapai US$244,06 miliar. Sedangkan secara kumulatif periode Januari-Oktober 2023, nilai ekspor minyak gas (migas) Indonesia mencapai US$201,2 miliar.
“Penurunan terbesar dari sektor pertambangan dan lainnya, yaitu sebesar 20,8% yang disumbang oleh menurunnya ekspor batu bara,” kata dia.
Zulhas juga melaporkan, ekspor non migas ke Tiongkok mengalami penurunan hampir 0,64% jika dibandingkan ekspor tahun lalu. Padahal Tiongkok merupakan negara tujuan ekspor yang memiliki peranan terbesar, yaitu 25,42% dengan komoditas utama yang diekspor adalah besi baja, lignit, dan batu bara. Lalu negara tujuan utama ekspor non migas lainnya adalah Amerika sebesar 9,5%, dan India 8,17%.
Di sisi lain, ekspor ke beberapa negara tujuan selain negara utama disebutkan Zulhas mengalami kenaikan, antara lain ke Bulgaria dan Meksiko yang masing-masing tumbuh 45% dan 96% secara tahunan.
Lebih lanjut, Zulhas ini menyampaikan, pemerintah dalam upaya menekan laju penurunan ekspor, maka pada September 2023, Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 24 Tahun 2023 tentang Satuan Tugas (Satgas) peningkatan ekspor nasional.
Keppres ini diharapkan menjadi payung hukum kementerian/lembaga terkait untuk menjaga dan meningkatkan kinerja ekspor nasional, memperkuat neraca perdagangan sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Jadi andalan Indonesia itu Atase Perdagangan ITPC. Tapi anggarannya kurang, bukan ditambah. Tugasnya ditambah, tapi anggarannya dikurangi. Terus gimana?,” ungkap Zulhas.
Baca Juga: Pengamat: Tetap Waspada, Meski Neraca Perdagangan Suplus
Lebih lanjut, salah satu Anggota Komisi VI DPR RI, Darmadi Durianto menanggapi perihal pembentukan satgas tersebut hanya membuang-buang anggaran.
“Saya juga bingung dengan satgas peningkatan ekspor ini. Tugasnya nanti seperti apa supaya efektif. Saat ini satgas di Indonesia banyak sekali, ada satgas impor, ekspor, nanti bikin lagi satgas ekspor-impor, ini terus satgas macam-macam lagi. Ini biaya menimbulkan cost yang tinggi untuk pemerintah, tapi tugasnya apa? Yang efektif dan efisien,” kata Darmadi.
Isi Kepres 24/2023
Adapun secara rinci, Keppres 24/2023 tersebut bertujuan untuk:
1. Melakukan substitusi negara-negara utama tujuan ekspor dengan menggarap pasar-pasar baru
2. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian dan Menteri Perdagangan segera bentuk tim
3. Pasar non-tradisional, seperti pasar India, Asean, Afrika, dan Amerika Latin
4. Mempercepat penyelesaian perjanjian perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (khususnya IEU-CEPA), jajaki CEPA dengan India
5. Tingkatkan daya saing, identifikasi potensi dan petakan produk-produk ekspor potensial Indonesia
6. Informasi mengenai peluang pasar harus betul-betul dapat diakses oleh para eksportir Indonesia.
7. Pastikan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) dan para Atase Perdagangan untuk digerakkan karena peran mereka saat ini sangat penting.