c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

24 Juli 2025

14:30 WIB

Zulhas: Solar Panel di 80 Ribu Desa Bisa Hemat Subsidi Listrik Rp399 T

Zulhas menyampaikan pemerintah berencana menyiapkan 80 ribu Koperasi Desa Merah Putih untuk punya solar panel. Langkah ini dinilai akan menghemat anggaran subsidi listrik Rp399,37 triliun/tahun.

Editor: Khairul Kahfi

<p>Zulhas: Solar Panel di 80 Ribu Desa Bisa Hemat Subsidi Listrik Rp399 T</p>
<p>Zulhas: Solar Panel di 80 Ribu Desa Bisa Hemat Subsidi Listrik Rp399 T</p>
Menko Pangan Zulkifli Hasan atau Zulhas ditemui usai menghadiri acara Green Impact Festival di Jakarta, Kamis (24/7/2025). Antara/Maria Cicilia Galuh

JAKARTA - Menko Pangan Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah akan menyiapkan 80 ribu Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDMP) untuk pembangunan sarana Energi Baru Terbarukan (EBT) berupa solar panel agar mendukung kemandirian energi. 

Nantinya, Zulhas mengutarakan, koperasi desa tidak hanya sebagai fasilitas simpan-pinjam, tetapi juga pusat kegiatan ekonomi yang berada di desa, termasuk mempersiapkan EBT.

"Sedang kita kaji, di 80 ribu desa yang nanti kita akan bangun 1-1,5 hektare solar panel, berbasis desa, kecamatan dan kabupaten. Jadi punya energi yang mandiri," kata Zulhas dalam acara Green Impact Festival di Jakarta, Kamis (24/7), melansir Antara.

Baca Juga: Pemerintah Taksir Subsidi Listrik 2025 Membengkak Sampai Rp90,32 Triliun

Menko Pangan mengatakan, setiap tahun negara memberikan subsidi listrik sekitar US$25 miliar dolar AS atau setara lebih dari Rp399,37 triliun (kurs Rp15.975 per dolar AS).

Adapun pembangunan solar panel membutuhkan modal sebesar US$100 miliar atau setara lebih dari Rp1,57 kuadriliun. Meski modalnya besar, dia mengungkapkan, investasi ini akan menguntungkan Indonesia di tahun kelima lantaran tak perlu lagi memberikan subsidi listrik di desa-desa.

"Memang diperlukan kira-kira US$100 miliar, sudah dihitung. Artinya kalau US$100 miliar, 4 tahun subsidi. Itu sudah bisa bayar, berarti kita tahun kelima dan tahun keenam enggak perlu subsidi (listrik di desa) lagi," katanya. 

Baca Juga: Pesan ESDM Untuk PLN: Listrik Desa Harus Dapat Subsidi

Lebih lanjut, Zulhas mengatakan dengan adanya solar panel di tiap desa, kecamatan dan kabupaten, maka tidak lagi membutuhkan transmisi yang panjang seperti PLN. Sehingga skema ini akan lebih efisien bagi listrik di desa.

"Yang diperlukan tentu nanti baterai penyimpanan. Jadi sekali lagi... ini potensi yang luar biasa," ujar Zulhas.

 Pemanfaatan Teknologi Kunci Ketahanan Pangan
Dalam kesempatan sama, Zulhas juga menyampaikan, pemanfaatan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, sensor cuaca dan sistem irigasi otomatis dapat mendukung terwujudnya ketahanan pangan.

Menurutnya, penggunaan teknologi modern merupakan sebuah investasi jangka panjang, yang nantinya dapat mendukung program prioritas swasembada pangan.

"Memang kita mengatakan teknologi itu mahal, tapi sebetulnya tidak. Karena teknologi itu adalah investasi," ucapnya.

Dia mencontohkan, China secara masif telah menggunakan teknologi modern untuk membangun sistem cadangan pangan nasional, seperti memperluas lahan pertanian dengan smart farming atau sistem pertanian yang mengintegrasikan teknologi digital dan otomatisasi.

Selain itu, China juga telah lebih dahulu memanfaatkan kecerdasan buatan untuk memprediksi cuaca, dan olah tanah.

Dengan bantuan teknologi, hasil panen menjadi lebih banyak. Lewat penggunaan teknologi, China dapat menghasilkan 10 ton padi/ha, sementara tanpa teknologi hanya sekitar 5 ton.

Baca Juga: Bikin Lebih Cuan, Teknologi Dorong Minat Anak Muda Kerja di Pertanian

Hal yang sama juga dilakukan oleh Brasil dalam memproduksi gula. Negara Samba tersebut menggunakan teknologi untuk pembibitan, sehingga mampu panen dengan durasi yang panjang hingga 7-10 tahun.

"Sekali lagi karena teknologi," ujar dia. 

Zulhas mengatakan Indonesia sedang berupaya untuk lepas dari ketergantungan impor pangan. Oleh karena itu, secara bertahap pertanian di Indonesia mulai menggunakan teknologi seperti penggunaan drone untuk pupuk dan combine harvester untuk mendukung pertanaman padi.

"Memang masih jauh, tapi kita juga mulai mengembangkan 'smart green house', yang dapat mengatur suhu, kelembaban, penyiraman otomatis," sebutnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar