c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

02 Mei 2025

11:03 WIB

Waswas Tarif AS, Rupiah Kembali Melemah Ke Rp16.602/Dolar AS

Rupiah terpantau melemah terkait potensi kesepakatan tarif AS dengan India, Korea, Jepang dan China. Kesepakatan tarif dagang ini diharap akan meredakan potensi resesi ekonomi AS.

Editor: Khairul Kahfi

<p id="isPasted">Waswas Tarif AS, Rupiah Kembali Melemah Ke Rp16.602/Dolar AS<strong><br></strong></p>
<p id="isPasted">Waswas Tarif AS, Rupiah Kembali Melemah Ke Rp16.602/Dolar AS<strong><br></strong></p>

Petugas menunjukan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Bank BSI, Jakarta, Selasa (3/9/2024). Antara Foto/Muhammad Adimaja/Spt.

JAKARTA - Analis mata uang dan komoditas Doo Financial Futures Lukman Leong memprediksi, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS melemah, seiring pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump atas potensi kesepakatan tarif dengan sejumlah negara.

“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang menguat secara luas merespons pernyataan Trump akan potensi kesepakatan tarif dengan India, Korea, Jepang dan China,” ujarnya melansir Antara, Jakarta, Jumat (2/5).

Baca Juga: Sri Mulyani: Pelemahan Rupiah Tak Gambarkan Kekuatan Ekonomi RI

Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Jumat pagi di Jakarta melemah sebesar 25 poin atau 0,15 persen menjadi Rp16.602 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.577 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, per 2 Mei 2025 pukul 10.33 WIB, rupiah terpantau menguat di hadapan dolar AS sebesar 0,6% atau sekitar Rp99 rupiah ketimbang sebelumnya. Saat ini rupiah bernilai kisaran Rp16.478 per dolar AS.

Bloomberg memperkirakan, pergerakan rupiah terhadap dolar AS hari ini akan bergerak pada kisaran antara Rp16.472-16.604 per dolar AS.

Lukman melanjutkan, kesepakatan tarif dagang AS dengan negara-negara tersebut diharapkan akan meredakan potensi resesi pada ekonomi AS.

Presiden Peterson Institute for International Economics (PIIE) Adam Posen, Lukman sampaikan, baru-baru ini menempatkan risiko resesi AS sebesar 65%, dengan menyoroti ketidakpastian kebijakan AS.

Sementara itu, Peneliti senior nonresiden di PIIE Gary Clyde Hufbauer juga memprediksi resesi AS akan terjadi pada paruh kedua tahun ini. Sejalan dugaannya terhadap sentimen konsumen yang suram dan ketidakpastian dunia usaha akan membebani kinerja ekonomi AS di kuartal II/2025.

The Kobeissi Letter, sebuah publikasi finansial, turut mencatatkan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS awal pada kuartal I/2025 tercatat negatif 0,3%, perkiraan ini jauh di bawah ekspektasi 0,3%. 

Proyeksi tersebut menandakan angka PDB negatif terendah AS dan pertama sejak kuartal II/2022. Artinya, kontraksi PDB ekonomi di AS telah dimulai dan berbagai indikator kini menunjukkan resesi menjadi skenario dasar pada 2025.

“Fokus investor saat ini lebih besar pada perkembangan seputar tarif (dagang AS),” ucap Lukman.

Baca Juga: Rupiah Menguat Di Tengah Ketidakpastian Perang Dagang AS-China

Bloomberg menyampaikan, aktivitas manufaktur di sebagian besar negara Asia mengalami kontraksi pada April, dengan perusahaan-perusahaan berjuang menghadapi melemahnya permintaan dan menghentikan pesanan baru karena menghadapi tarif dasar 10% dari Presiden AS Donald Trump.

Survei S&P Global menunjukkan, indeks manajer pembelian untuk raksasa pabrik di Asia, termasuk Korea Selatan dan Taiwan, merosot tajam karena ketidakpastian perdagangan global menyebabkan penurunan pesanan baru dan pengurangan produksi.

Di Asia Tenggara, aktivitas pabrik juga menyusut di Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Filipina menjadi yang paling menonjol pada April, karena pemilihan umum daerah yang akan datang mendorong PMI-nya ke wilayah ekspansi di angka dari 49,4 poin menjadi 53 poin.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar