07 April 2025
19:56 WIB
Waspada Trading Halt di Pembukaan Perdagangan IHSG Besok
IHSG diperkirakan melemah tajam pada hari pertama perdagangan usai libur, dan diperkirakan BEI akan memberlakukan trading halt.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Pegawai melintas di depan layar pergerakan Indeks Harga Saham Global (IHSG) di Gedung Bursa Efek, Jakarta, Kamis (28/3/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan
JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) akan kembali membuka perdagangan saham pada Selasa (8/4), setelah libur panjang Lebaran. IHSG besok diperkirakan akan mengalami penurunan tajam.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memperkirakan IHSG berpotensi melemah hingga 7%. Pelemahan ini berpotensi membawa BEI untuk kembali menghentikan sementara aktivitas perdagangan atau trading halt akibat tekanan signifikan di pasar.
“IHSG kemungkinan besar terkena suspend atau trading halt dalam perdagangan besok. Ada potensi penurunan sebesar 5-7%," ujar Ibrahim kepada Validnews, Senin (7/4).
Menurut Ibrahim, pelemahan IHSG ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap pengenaan tarif resiprokal oleh Amerika Serikat terhadap Indonesia sebesar 32%, yang akan mulai berlaku pada Rabu, 9 April 2025.
Baca Juga: Ditekan Tarif Resiprokal, Bitcoin Turun Di Bawah US$80.000
“Kebijakan Trump yang tidak berpihak pada pasar telah menciptakan gejolak yang luar biasa dan menjadi sentimen negatif bagi investor," jelas Ibrahim.
Selain itu sentimen lainnya adalah ketakutan bahwa akan terjadi krisis ekonomi secara global sehingga menimbulkan fluktuasi pada indeks harga saham gabungan terlalu tinggi.
“Sehingga pemerintah SRO (Self-Regulatory Organization) perlu melakukan suspend,” kata dia.
Ia menilai, trading halt menjadi langkah menjaga stabilitas pasar saham sembari memberi waktu bagi investor untuk menyesuaikan strategi sehingga dapat mencegah panic selling yang berlebihan.
“Tujuan yang paling utama faktornya adalah agar investor kembali percaya tersebut sehingga ada keputusan pasti dari SRO untuk menghentikan transaksi, supaya apa? Supaya kerugian tidak terlalu banyak,” terangnya.
Baca Juga: Lebih Buruk Dari Perkiraan, Tarif Resiprokal Trump Bikin Bursa Rontok
Secara terpisah Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menyatakan kinerja bursa negara di Asia tidak mengalami dampak negatif signifikan pasca dikenakan tarif tinggi oleh AS. Tetapi justru bursa negara Eropa dan Amerika yang terdampak sangat besar.
“Kalau kita lihat data, maka bursa bursa negara Asia yang dikenakan tarif tinggi tidak mengalami dampak negatif yang signifikan. Tetapi justru bursa negara Eropa dan Amerika yang berdampak signifikan,” katanya dikutip, Senin (7/4).
Sebagai informasi, pasca pengumuman tarif Trump Indeks NASDAQ merosot 11,44%, S&P500 melorot 10,53%, serta indeks Dow Jones anjlok 9,26% pada Jumat (4/4).
Selain itu bursa saham Kanada terjun 8,35%, Polandia merosot 9,11%, Jerman anjlok 7,81%, juga diikuti oleh Swiss menurun 7,46% dan Prancis terperosok 7,43%.
“Kami menyarankan agar investor tidak panik. Lakukan analisis secara cermat dan mengambil keputusan investasi secara rasional,” ujar Jeffrey.