13 Juni 2025
20:22 WIB
Wamen ESDM: Lifting Minyak RI Sudah Capai 610 Ribu Barel Per Hari
Kementerian ESDM melaporkan lifting minyak Mei 2025 sudah mencapai 610 ribu barel per hari. Dengan demikian, capaian ini sudah melampaui target yang termaktub dalam APBN, yakni 605 ribu bph.
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi - Kegiatan eksploitasi minyak di lepas pantai. Antara/HO-Pertamina
JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menyampaikan, lifting minyak pada Mei 2025 sudah mencapai 610 ribu barel per hari. Dengan demikian, capaian ini sudah melampaui target yang termaktub dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yakni 605 ribu bph.
“Ini sekarang rata-rata sudah di atas 600 ribu barel. Ini dilihat dari bulan ini sudah di atas 610 ribu barel,” ucap Yuliot ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (13/6) melansir Antara.
Baca Juga: Harga Minyak Stabil, Pasar Fokus Ke Negosiasi Dagang AS-China
Dengan demikian, terjadi peningkatan lifting apabila dibandingkan dengan capaian lifting pada kuartal I/2025 yang mencapai 580 ribu barel per hari (BPH).
Dengan capaian ini, Yuliot menyampaikan, Indonesia cukup percaya diri dalam menghadapi gejolak harga minyak dunia pasca-serangan Israel ke Iran.
Indonesia, lanjutnya, mengusahakan peningkatan produksi minyak dan gas bumi (migas) di dalam negeri, sehingga meminimalisir pengaruh gejolak internasional terhadap stabilitas ketersediaan energi di dalam negeri.
“Jadi, Indonesia ada ketahanan energi, kami mengusahakan ada peningkatan migas dalam negeri,” kata Yuliot.
Israel melakukan serangkaian serangan besar-besaran ke sejumlah target militer di Iran, termasuk ke beberapa individu yang dikabarkan memiliki koneksi dengan program nuklir negara tersebut.
Serangan Israel itu juga menargetkan sejumlah pemimpin militer Iran, demikian laporan RIA Novosti mengutip sejumlah sumber.
Otoritas Iran membatalkan seluruh penerbangan di bandara Imam Khomeini di Tehran menyusul serangan tersebut, lapor kantor berita ISNA mengutip juru bicara bandara.
Portal berita Israel Ynet, mengutip sumber dari pihak berwenang, mengeklaim pemimpin militer Iran, termasuk kepala staf umum, juga sejumlah ilmuwan nuklir kemungkinan tewas karena serangan Israel tersebut.
Menegangnya situasi di Timur Tengah diikuti oleh peningkatan harga minyak dunia hingga kisaran US$72-73 per barel, lebih tinggi apabila dibandingkan dengan rata-rata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) pada level US$65,29 per barel.
Konflik Iran-Israel 'Bakar' Harga Minyak Dunia
Bloomberg melaporkan, harga minyak melonjak hingga 13% setelah Israel melancarkan gelombang serangan terhadap Iran. Aksi ini meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang lebih luas di kawasan yang menyumbang sepertiga produksi minyak mentah global.
Minyak mentah Brent sempat mencapai US$78/barel, lonjakan intraday terbesar sejak Maret 2022 selama invasi Rusia ke Ukraina, sebelum memangkas kenaikan hingga mencapai US$75,14/barel. Harga gas alam Eropa yang juga merupakan ekspor utama Timur Tengah juga melonjak dan permintaan safe haven mendorong emas mendekati rekor.
Baca Juga: Perang Iran Vs Israel Bakal Ganggu Harga Minyak dan Inflasi
Dalam sebuah posting di Truth Social, Presiden AS Donald Trump mendesak Iran untuk membuat kesepakatan sebelum terlambat. Dia bahkan menyampaikan, serangan berikutnya yang direncanakan akan "Bahkan lebih brutal," kata Trump.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, serangan tersebut menargetkan program rudal balistik dan nuklir Iran dan operasi tersebut akan berlangsung hingga ancaman tersebut disingkirkan.
Adapun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan akan ada respons keras. Beberapa jam setelah serangan pertama Israel, Pasukan Pertahanan Israel menyebut, Teheran meluncurkan lebih dari 100 pesawat tanpa awak.
Kenaikan harga minyak yang cepat menghapus kerugian tahun ini yang disebabkan oleh ketegangan perdagangan global dan percepatan pemulihan produksi OPEC+. Namun, reaksi pasar tidak menunjukkan bahwa para trader mengantisipasi skenario terburuk.