11 Maret 2025
19:26 WIB
Wadirut Pertamina Angkat Bicara Soal Penurunan Pendapatan Kilang Minyak
Penurunan spread harga jual produk dengan harga bahan baku disebabkan oleh kondisi oversupply kilang-kilang minyak dunia.
Penulis: Yoseph Krishna
Editor: Fin Harini
Petugas melintas di depan jaringan pipa minyak di kilang unit pengolahan (Refinery Unit) V, Balikpapan, Kalimantan Timur, Rabu (23/10/2019). Antara Foto/Yulius Satria Wijaya
JAKARTA - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai Subholding Refining and Petrochemical PT Pertamina mengalami penurunan revenue pada tahun 2024.
Kala itu, pendapatan yang diraup oleh kilang-kilang kelolaan Pertamina hanya di angka US$28,4 miliar atau lebih rendah dari capaian revenue tahun 2023 sebesar US$31,7 miliar dan 2022 sebesar US$37 miliar.
Wakil Direktur Utama PT Pertamina Wiko Migantoro menyebut bisnis midstream minyak dan gas bumi (migas) pada tahun lalu pada dasarnya mengalami tekanan yang cukup sulit.
"Bisnis midstream tahun lalu memang mengalami tekanan yang cukup sulit, di mana spread antara harga jual produk dengan harga bahan baku mengalami penurunan," tutur Wiko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa (11/3).
Baca Juga: Prabowo Rencanakan Bangun Kilang Minyak Jumbo 1 Juta Barel Per Hari
Wiko menerangkan ada beberapa hal yang mengakibatkan kondisi tersebut. Salah satunya, ialah kondisi oversupply pada kilang-kilang minyak dunia.
Oversupply itu, tambah Wiko, terjadi sebagai imbas beberapa kilang baru di Afrika hingga Timur Tengah yang mulai onstream.
"Adanya oversupply pada kilang di dunia disebabkan oleh onstream kilang-kilang baru, seperti di Afrika dan Timur Tengah," sambung dia.
Di samping itu, Wiko juga tak menampik ada perlambatan atas pertumbuhan permintaan bahan bakar minyak (BBM) karena kampanye global terkait transisi energi.
"Termasuk ada perlambatan pertumbuhan demand BBM karena transisi energi. Kondisi inilah yang menekan bisnis kilang sehingga terjadi penurunan revenue dari tahun sebelumnya," katanya.
Tak hanya revenue, intake kilang juga menurun dari 341 juta barel pada 2023 menjadi hanya 323 juta barel tahun 2024 lalu. Penurunan intake kilang merupakan imbas dari dilaksanakan turn around dan perbaikan pada Kilang Balikpapan.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Bangun Kilang Minyak Jumbo Di Pulau Pemping
Meski begitu, dia mengungkapkan rerata yield valuable product berhasil ditingkatkan pada tahun 2024 lalu menjadi 83,2% dari tahun sebelumnya di angka 82,9%.
Yield valuable product sendiri merupakan tingkat kemampuan sebuah kilang untuk menghasilkan produk yang bernilai tinggi di atas harga beli bahan baku.
"Ini merupakan tren positif bagi kilang kita yang cukup kompetitif bila dibandingkan dengan kilang di dunia dari sisi kinerja operasional. Namun, ada parameter lain yang menjadi penentu nilai kilang yaitu adalah perolehan dari intake kilang tersebut," pungkas Wiko Migantoro.