c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

14 Mei 2025

19:26 WIB

Utang Paylater Capai Rp22,78 T, Ekonom Ingatkan Potensi Gagal Bayar

Ekonom mengingatkan kenaikan utang paylater yang dialami kelompok kelas menengah ini bisa menjadi sinyal buruk bagi ekonomi Indonesia.

Penulis: Fitriana Monica Sari

<p id="isPasted">Utang <em>Paylater</em> Capai Rp22,78 T, Ekonom Ingatkan Potensi Gagal Bayar</p>
<p id="isPasted">Utang <em>Paylater</em> Capai Rp22,78 T, Ekonom Ingatkan Potensi Gagal Bayar</p>

Chief Economist Permata Bank Josua Pardede di Jakarta, Rabu (14/5). ValidNewsID/Fitriana Monica Sari

JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan, utang masyarakat Indonesia di Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater perbankan per Maret 2025 telah mencapai Rp22,78 triliun. Angka ini meningkat tipis dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar Rp21,98 triliun.

Pertumbuhan kredit paylater perbankan bulan ini cukup tinggi. OJK mencatat, baki debit kredit BNPL Maret 2025 tumbuh sebesar 32,18% (yoy), dari sebelumnya sebesar 36,60% (yoy). Adapun, porsi paylater dari keseluruhan penyaluran kredit perbankan sebesar 0,29%.

Menanggapi hal tersebut, Chief Economist Permata Bank Josua Pardede tak menampik kenaikan utang paylater ini turut disumbang oleh kelompok masyarakat kelas menengah. Menurutnya, hal ini dapat disebabkan oleh badai pemutusan hubungan kerja (PHK) yang kian marak terjadi.

"Kalau misalkan kita bicara kelas menengah yang memang terpengaruh dengan adanya PHK di industri padat karya," kata Josua di Jakarta, Rabu (14/5).

Baca Juga: Wow! Utang Paylater Bank Warga RI Di Maret 2025 Melonjak Jadi Rp22,78 T

Lebih lanjut, ia menjelaskan, kenaikan utang paylater segmen kelompok kelas menengah ini terjadi karena untuk memenuhi kebutuhan hidup akibat hilangnya pendapatan.

"Kemungkinan dia akan menggunakan paylater tersebut untuk kebutuhan mendesaknya dia saat ini, karena ada kebutuhan, karena pendapatannya dia terbatas, sedangkan ada keperluan mendesak keluarganya yang harus dipenuhi saat ini," ungkapnya.

Josua mengingatkan adanya kenaikan utang paylater yang dialami kelompok kelas menengah ini bisa menjadi sinyal buruk bagi ekonomi Indonesia. Pasalnya, di tengah badai PHK ini, keputusan untuk mengambil utang paylater berisiko tinggi.

"Kita perlu worry karena ada kecenderungan bahwa risiko kredit dari produk paylater tersebut," tutur dia.

Apalagi, jumlah kelas menengah di Indonesia terus mengalami penyusutan sejak pandemi covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah kelas menengah turun menjadi 47,85 juta pada 2024 dari 57,33 juta orang pada 2019.

"Kalau kita bicara tren tadi yang saya sudah sampaikan bahwa tren kelas menengah masyarakat kita yang menyusut dalam kurang mungkin lima tahun terakhir. Sehingga, mau tidak mau masyarakat menggunakan tabungannya untuk menghidupi kehidupannya sehari-hari," tegas dia.

Kendati demikian, Josua menegaskan tren kenaikan utang masyarakat di layanan paylater ini perlu dikaji lebih mendalam. Lantaran, tren kenaikan utang paylater ini bisa menjadi sinyal positif jika utang digunakan untuk jenis kredit produktif bukan konsumtif.

"Jadi kita tidak bisa simpulkan bahwa paylater itu is a negative signal, is a positive signal," tandasnya.

Baca Juga: Transaksi Paylater Kredivo Naik 10% Selama Ramadan 2025

40 Ribu Pekerja Kena PHK 
Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mencatat lebih dari 40.000 pekerja terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) hingga April 2025. Bahkan, Apindo memproyeksikan angka ini bisa mencapai 70.000 hingga akhir tahun.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani mengungkapkan jumlah korban PHK di Indonesia sudah mengkhawatirkan.

Tercatat, industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, serta sektor jasa lainnya menjadi sektor yang paling terdampak hingga April 2025.

Industri padat karya dan manufaktur juga sangat terdampak, termasuk perusahaan besar seperti Sritex. Utamanya, karena melemahnya permintaan domestik dan global. Kemudian, industri media juga mengalami PHK massal.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar