14 Juli 2025
14:51 WIB
Utang Luar Negeri RI Tumbuh Melambat Pada Mei Jadi US$435,6 M
Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2025 tumbuh melambat menjadi sebesar US$435,6 miliar.
Penulis: Fitriana Monica Sari
Editor: Fin Harini
Ilustrasi hutang luar negeri. Shutterstock/maradon 333
JAKARTA - Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny melaporkan, posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Mei 2025 tumbuh melambat menjadi sebesar US$435,6 miliar.
Capaian ini tumbuh 6,8% secara tahunan (year on year/yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan Utang Luar Negeri pada April 2025 sebesar 8,2% (yoy).
Adapun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$408,02 miliar, ULN Indonesia di Mei 2025 ini naik sekitar US$27,58 miliar.
"Posisi ULN Indonesia pada Mei 2025 tercatat sebesar US$435,6 miliar, atau secara tahunan tumbuh 6,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada April 2025 sebesar 8,2% (yoy)," kata Denny dalam keterangan resmi, Jakarta, Senin (14/7).
Bank Indonesia menjelaskan, perkembangan posisi ULN pada Mei 2025 disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ULN di sektor publik dan kontraksi pertumbuhan ULN swasta.
Secara keseluruhan, Denny menegaskan bahwa struktur ULN Indonesia tetap sehat didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya.
"Struktur ULN Indonesia tetap sehat, didukung oleh penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaannya," ujarnya.
Hal ini tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjaga sebesar 30,6%, serta didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 84,6% dari total ULN.
Dalam rangka menjaga agar struktur ULN tetap sehat, Bank Indonesia dan Pemerintah terus memperkuat koordinasi dalam pemantauan perkembangan ULN.
Selain itu, menurutnya, peran ULN juga akan terus dioptimalkan untuk menopang pembiayaan pembangunan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
"Upaya tersebut dilakukan dengan meminimalkan risiko yang dapat memengaruhi stabilitas perekonomian," tutur Denny.
Baca Juga: BI: Utang Luar Negeri RI Naik Lagi, Kuartal I/2025 Tembus US$430,4 Miliar
ULN Pemerintah US$209,6 Miliar
Sementara itu, Denny menuturkan, ULN pemerintah tumbuh lebih rendah. Posisi ULN pemerintah pada Mei 2025 sebesar US$209,6 miliar, atau tumbuh sebesar 9,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 10,4% (yoy) pada April 2025.
"Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh pembayaran jatuh tempo Surat Berharga Negara (SBN) internasional, di tengah aliran masuk modal asing pada SBN domestik, seiring tetap terjaganya kepercayaan investor global terhadap prospek perekonomian Indonesia di tengah ketidakpastian perekonomian global," ungkapnya.
Sebagai salah satu instrumen pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), pemanfaatan ULN terus diarahkan pada program prioritas dalam mendukung stabilitas dan momentum pertumbuhan ekonomi dengan tetap memperhatikan aspek keberlanjutan pengelolaan ULN.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN pemerintah dimanfaatkan antara lain untuk mendukung Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (22,3% dari total ULN pemerintah); Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib (18,7%); Jasa Pendidikan (16,5%); Konstruksi (12,0%); serta Transportasi dan Pergudangan (8,7%).
"Posisi ULN pemerintah tersebut tetap terjaga karena didominasi utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total ULN pemerintah," terang Denny.
Baca Juga: Utang Luar Negeri RI Terus Naik, Ekonom: Tanda Kepercayaan Investor
ULN Swasta US$196,4 Miliar
Di sisi lain, ULN Swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan. Pada Mei 2025, posisi ULN swasta tercatat sebesar US$196,4 miliar, atau mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,9% (yoy), lebih besar dibandingkan kontraksi bulan sebelumnya sebesar 0,4% (yoy).
"Perkembangan tersebut bersumber dari ULN lembaga keuangan yang mencatat perlambatan pertumbuhan dari bulan sebelumnya sebesar 2,8% menjadi 1,2% pada Mei 2025, dan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan (nonfinancial corporation) yang mencatat kontraksi pertumbuhan sebesar 1,4% (yoy), lebih besar dibandingkan kontraksi 1,2% (yoy) pada April 2025," katanya.
Berdasarkan sektor ekonomi, ULN swasta terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan; Jasa Keuangan dan Asuransi; Pengadaan Listrik dan Gas; serta Pertambangan dan Penggalian, dengan pangsa mencapai 80,2% dari total ULN swasta.
"ULN swasta tetap didominasi oleh utang jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,5% terhadap total ULN swasta," tutup Denny.