c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

21 September 2023

09:13 WIB

Tutup Penurunan Agustus, Indonesia Upsizing SUN September

Pemerintah meningkatkan kuota atau upsizing penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam dua periode lelang terakhir.

Penulis: Khairul Kahfi

Editor: Fin Harini

Tutup Penurunan Agustus, Indonesia <i>Upsizing</i> SUN September
Tutup Penurunan Agustus, Indonesia <i>Upsizing</i> SUN September
Ilustrasi. Ilustrasi government bond. Shutterstock/dok

JAKARTA - Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Suminto menyampaikan, pemerintah meningkatkan kuota atau upsizing penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam dua periode lelang terakhir. Strategi ini dilakukan untuk menutup lelang SUN yang mengalami shortfall pada Agustus 2023.

Dia merinci, pada 12 September 2023, pemerintah memenangkan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp9 triliun, dari target yang hanya Rp6 triliun. Kemudian, pada 19 September 2023, pemerintah memenangkan lelang SUN sebesar Rp15,8 triliun, dari target yang hanya Rp13 triliun.  

“Dengan demikian, kami melakukan upsizing SUN sebesar Rp5,8 triliun,” katanya menjawab wartawan dalam agenda APBN Kita Edisi September 2023, Jakarta, Rabu (20/9).

Baca Juga: Sri Mulyani: Ekonomi 2024 Masih Belum Aman dari Risiko Global

Kenaikan kuota lelang SUN September, lanjutnya, lebih dimaksudkan untuk menutup kekurangan akibat dua lelang SUN Agustus yang tidak mencapai target. Yakni, lelang pada 8 dan 22 Agustus dari target indikatif Rp13 triliun, masing-masing lelang hanya dapat dimenangkan Rp9,85 triliun dan Rp7,87 triliun. 

“Dengan demikian, terjadi short (lelang SUN) sebesar Rp8,28 triliun,” ujarnya.

Dari sisi strategi penerbitan atau issuance, pemerintah optimistis masih on the track. Ke depan, dalam menerbitkan SUN, pemerintah juga akan melakukannya secara fleksibel dan oportunistis, baik dari sisi instrumen, currency, tenor, maupun suku bunga.

“Tentu, konsiderasi yang kami gunakan adalah dengan terus melihat perkembangan kebutuhan pembiayaan APBN, kondisi market, juga terus memastikan pengelolaan portoflio utang yang optimal,” ujarnya.

Penurunan Pembiayaan
Pada kesempatan sama, Menkeu Sri Mulyani menyampaikan, pembiayaan anggaran atau utang Indonesia hingga 31 Agustus 2023 telah menurun tajam sebesar 40,4% (yoy), dari Rp332 triliun menjadi sebesar Rp198 triliun. Dirinya menekankan, turunnya penerbitan utang ini terjadi di tengah situasi yang menantang dari suku bunga global.

“Dibandingkan tahun lalu, kondisi di mana kecenderungan suku bunga tinggi dalam jangka yang panjang, sehingga APBN yang sehat bisa menekan risiko yang berasal dari situasi global yang tidak favorable,” ucap Sri.

Hingga 31 Agustus 2023, penerbitan SBN neto Indonesia mencapai Rp183 triliun yang mengalami pertumbuhan -42,3% (yoy) dibandingkan issuance SBN periode sama tahun lalu sebesar Rp317,3 triliun.

“Padahal tahun lalu Rp317,3 triliun itu sudah turun 44,1% (yoy). Jadi, kita terus menurun tajam dari sisi issuance SBN neto kita,” sebutnya.

Pada periode sama, dirinya juga menyampaikan, realisasi pinjaman neto Indonesia menurun sangat tajam menjadi sebesar Rp15 triliun atau tumbuh 2,6% (yoy), dari Rp14,6 triliun. Dilihat dari sisi below the line, APBN telah terus meningkatkan kekuatan, kemandirian dan kesehatannya dalam sisi pembiayaan.

“Sehingga, pada saat dunia mengalami perubahan yang begitu cepat dengan inflasi yang mendadak tinggi, dengan suku bunga yang dinaikkan secara drastis, APBN instrumen fiskal kita relatif bisa terjaga dan terlindungi,” jelasnya.

Baca Juga: Sri Mulyani: Defisit APBN 2,9% Masih Suportif Jaga Ekonomi 2024

Dirinya menyampaikan, terjaganya APBN dapat menjaga masyarakat sekaligus perekonomian dengan melaksanakan tugas stabilisasi, mendorong alokasi-efisiensi, dan memperbaiki distribusi.

“Ini adalah sebuah prestasi yang sangat baik,” paparnya

Kemenkeu mencatat, dalam dua bulan terakhir, pasar SBN domestik mengalami ouflow hingga mencapai Rp17,7 triliun. Namun, masih tercatat inflow sebesar Rp75,3 triliun (year-to-date/ytd). Pada Agustus outflow Rp8,9 triliun, dan hingga 14 September sebesar Rp8,8 triliun. 

Hal senada juga terjadi di pasar saham, pada Agustus terjadi outflow hingga Rp20,1 triliun dan September sebesar Rp1,6 triliun. Sepanjang tahun berjalan, terjadi outflow Rp2,8 triliun (ytd).

Tekanan tersebut kembali mendorong yield berada pada tren kenaikan dalam dua bulan terakhir, meskipun sempat membaik di awal September. Yield SBN 10 tahun naik 44 basis poin/bps dibanding akhir Juli menjadi 6,7%, sementara sepanjang tahun turun 21 bps (ytd).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar