c

Selamat

Rabu, 5 November 2025

EKONOMI

10 Oktober 2025

09:45 WIB

Tutup Keran Impor Solar 2026, Bahlil Siap Mandatkan B50

Bahlil menegaskan program mandatori campuran biodiesel 50% ke dalam minyak solar (B50) bakal dijalankan pada 2026. Kebijakan B50 digadang jadi instrumen penting untuk mensubstitusi impor solar.

Penulis: Yoseph Krishna

<p>Tutup Keran Impor Solar 2026, Bahlil Siap Mandatkan B50</p>
<p>Tutup Keran Impor Solar 2026, Bahlil Siap Mandatkan B50</p>

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memberi paparan di Jakarta, Kamis (9/10/2025). Antara/Putu Indah Savitri

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan, program mandatori campuran biodiesel 50% ke dalam minyak solar (B50) bakal dijalankan pada 2026 mendatang.

Dalam satu sesi forum yang digelar di Jakarta, Eks-Ketua Umum HIPMI itu mengungkapkan, mandatori B50 jadi cerminan komitmen pemerintah untuk mencapai kedaulatan energi. Bahkan, program tersebut bakal dijadikan instrumen penting untuk mensubstitusi impor solar.

"Atas arahan Bapak Presiden, sudah diputuskan bahwa 2026, insya Allah akan kita dorong ke B50, dengan demikian tidak lagi kita melakukan impor solar ke Indonesia," tegas Bahlil mengutip siaran pers, Jakarta, Kamis (9/10).

Baca Juga: Airlangga: Pemerintah Sedang Uji Jalan B50 di Kereta-Kapal 6 Bulan

Secara teknis, B50 dirancang untuk menutup sisa kuota impor solar yang masih ada pada kebijakan B40 yang saat ini tengah bergulir. Catatan Kementerian ESDM menunjukkan, impor minyak solar di 2025 diprediksi masih berada di kisaran 4,9 juta kiloliter (kl) atau setara 10,58% dari total kebutuhan nasional.

Bahlil menilai, implementasi B50 bakal mendongkrak porsi bahan bakar nabati, dalam hal ini Fatty Acid Methyl Ester (FAME) ke dalam minyak solar secara lebih masif. Dengan begitu, B50 bisa menggantikan sepenuhnya volume impor solar.

Karenanya, peningkatan kapasitas produksi FAME menjadi syarat mutlak untuk mengimplementasi B50. Pasokan FAME yang saat ini berada di kisaran 15,6 juta kl harus bisa mencapai 20,1 juta kl dalam rangka menyukseskan kebijakan tersebut.

Baca Juga: Siap Berlaku 2026, Kementerian ESDM Mantapkan Implementasi B50

Tak hanya berdampak pada sektor energi, peningkatan produksi FAME digadang-gadang juga bisa menciptakan efek berganda pada perekonomian lewat serapan tenaga kerja sekitar 2,5 juta orang di sektor perkebunan dan 19 ribu tenaga kerja di pabrik pengolahan.

"Dengan B50, kita maksimalkan potensi sawit dalam negeri, kita perkuat ekonomi petani, dan yang terpenting kita pastikan ketahanan energi nasional berada di tangan kita sendiri. Ini adalah langkah menuju kemandirian sejati," tambahnya.

Lebih lanjut, Bahlil menekankan, langkah untuk menjalankan kebijakan B50 tak lepas dari keberhasilan program biodiesel yang tiap tahun persentasenya terus meningkat. Mandatori biodiesel itu terbukti ampuh menekan ketergantungan impor, sekaligus menghemat devisa negara secara signifikan.

"Ini adalah sebuah keputusan strategis dan bentuk keberpihakan negara terhadap kedaulatan energi kita," kata dia.

Baca Juga: Biodiesel B50 Terancam, B45 Akan Jadi Pilihan di 2026

Mengutip data Kementerian ESDM, pemanfaatan biodiesel selama lima tahun terakhir, yakni 2020-2025 telah menghemat devisa sampai US$40,71 miliar. Penerapan B50 yang direncanakan berlangsung 2026 pun ditaksir bisa menambah penghematan devisa US$10,84 miliar.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar