c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

23 September 2025

17:05 WIB

Biodiesel B50 Terancam, B45 Akan Jadi Pilihan di 2026

Ada kemungkinan program biodiesel tak memenuhi ekspektasi pemerintah di 2026. Pemerintah menargetkan B50, tetapi kini ada kajian baru untuk terlebih dahulu menjalankan program B45 di 2026.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Khairul Kahfi

<p>Biodiesel B50 Terancam, B45 Akan Jadi Pilihan di 2026</p>
<p>Biodiesel B50 Terancam, B45 Akan Jadi Pilihan di 2026</p>

Ilustrasi Biosolar. Dok Kementerian ESDM

JAKARTA - Pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus menjalankan program campuran minyak nabati ke dalam minyak solar atau biodiesel.

Pada tahun ini, campuran minyak nabati berbentuk Fatty Acid Methyl Ester (FAME) berada di kisaran 40% ke dalam minyak solar. Program itu dinamakan B40 dan bersifat mandatori alias wajib.

Tapi pada tahun depan, ada kemungkinan program biodiesel tak memenuhi ekspektasi pemerintah. Mulanya, pemerintah menargetkan B50 dapat dimandatorikan di 2026. Tetapi, kini ada kajian baru untuk terlebih dahulu menjalankan program B45 di 2026.

"Kita lagi pemetaan apakah pada tahun 2026 itu dilakukan mandatori untuk B45 atau B50, kita melihat ketersediaan," kata Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung dalam gelaran Green Energy Summit 2025, Jakarta, Selasa (23/9).

Baca Juga: Meski Belum Road Test, Dirjen EBTKE Jamin Implementasi B50 Tetap Tahun Depan

Salah satu yang menjadi pertimbangan pemerintah soal besaran mandatori biodiesel tahun depan adalah ketersediaan FAME sebagai bahan campuran minyak solar.

Pada program B40 di tahun ini, diperkirakan kebutuhan FAME mencapai 15,6 juta kiloliter (kl). Lalu untuk B45 diperkirakan membutuhkan FAME sebesar 17 juta kl, sedangkan B50 di kisaran 19 juta kl.

Saat ini, pemerintah tengah melakukan assesment atas ketersediaan FAME sebelum akhirnya memutuskan antara B45 atau B50 yang bakal dijalankan pada tahun 2026 mendatang.

"Dari assesment ini (ketersediaan FAME) ya kita melakukan pemetaan apakah itu bisa (mandatori biodiesel), tapi kita dorong implementasinya adalah B50 untuk 2026," sambung dia.

Baca Juga: Siap Berlaku 2026, Kementerian ESDM Mantapkan Implementasi B50

Pada dasarnya, Yuliot menjelaskan, program mandatori biodiesel dilaksanakan untuk memberi sejumlah manfaat ekonomi. Salah satunya, penghematan devisa negara.

Sebagai contoh, program B40 di tahun ini ditaksir bisa menghemat devisa mencapai US$9,33 miliar atau setara Rp147,5 triliun. Capaian ini lebih besar dari B35 tahun sebelumnya yang hanya memberi penghematan US$7,86 miliar.

Di samping itu, program mandatori biodiesel juga berdampak pada peningkatan nilai tambah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO). Lewat B35 di 2024, nilai tambah CPO dapat meningkat hingga Rp17,68 triliun, sementara B40 tahun ini di angka Rp20,98 triliun.

"Juga, termasuk menciptakan lapangan kerja sekitar 2 juta lapangan kerja yang terkait dengan mandatori biodiesel ini," ujar Yuliot.

Belum Ada Kajian Teknis B45
Sementara itu, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi mengakui, saat ini pihaknya belum memiliki kajian teknis seputar campuran 45% minyak nabati ke dalam minyak solar (B45).

"Tetapi kalau hanya angka-angka saja, angka keekonomian ya, itu baru dikaji memang ada B35, B45 gitu, angka-angka itu ada," terang Eniya.

Baca Juga: Diimplementasikan 2026, Pemerintah Uji Teknis B50

Meski terdapat angka-angka kelipatan 5% dalam program biodiesel, ia menegaskan, kenaikan mandatori harus di kelipatan 10%. Artinya, jika biodiesel yang dijalankan pada 2025 adalah B40, maka tahun 2026 menjadi B50.

Secara teknis, terdapat beberapa skenario untuk memenuhi campuran 50% minyak nabati ke dalam minyak solar. Misalnya, memanfaatkan Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) sebagai campuran tambahan biodiesel.

"Jadi ada B35 dan 15 HVO, (atau) B40 ditambah 10 HVO untuk mencapai 50% (B50), atau 50% full farming. Nah, step berikutnya ini tes di mobil atau kendaraan, seperti biasa kita akan melakukan tes itu," jabar Eniya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar