c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

02 Juli 2025

13:58 WIB

Trump Tak Berencana Perpanjang Penundaan Tarif

Penundaan tarif selama 90 hari untuk sebagian besar negara akan berakhir pada 8 Juli.

Penulis: Fin Harini

<p id="isPasted">Trump Tak Berencana Perpanjang Penundaan Tarif</p>
<p id="isPasted">Trump Tak Berencana Perpanjang Penundaan Tarif</p>

Presiden AS Donald Trump menunjukkan papan tarif resiprokal kepada 25 negara teratas, termasuk Indonesia di dalamnya, yang diklaim melakukan 'perdagangan tidak adil' di halaman Gedung Putih AS, Washington DC, Rabu (2/4). YouTube/The White House

WASHINGTON DC- Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa (1/7) mengumumkan tidak berencana untuk memperpanjang penundaan tarif perdagangan timbal balik yang akan berakhir pada 9 Juli.

"Tidak, saya tidak berpikir untuk memperpanjang (penangguhan tarif.red)," kata Trump kepada wartawan saat berada di dalam pesawat Air Force 1, dikutip dari Antara.

Trump juga menyebutkan pemerintahannya akan segera mengirim selembar surat kepada para mitra dagang AS, yang berisi ucapan selamat kepada mereka atas haknya untuk menjalin bisnis dengan Amerika Serikat.

Presiden AS itu menyatakan penerapan kebijakan tarif telah menghasilkan pendapatan sekitar US$129 miliar (sekitar Rp2 kuadriliun) bagi negaranya. Jumlah itu masih akan terus bertambah.

Pada 2 April, Trump menandatangani perintah eksekutif yang menjatuhkan tarif pada produk-produk impor dari negara lain. Tarif dasar ditetapkan sebesar 10%, dengan tarif yang lebih tinggi dikenakan ke 57 negara berdasarkan defisit perdagangan AS dengan setiap negara tertentu.

Baca Juga: Progres Negosiasi Tarif Dagang AS, Airlangga: RI Sudah Sampaikan Penawaran Kedua

Kemudian, pada 9 April Trump mengatakan tarif ekspor dari 75 lebih negara yang tidak melakukan aksi balasan akan dikurangi menjadi 10% selama 90 hari.

Penangguhan tarif selama 90 hari untuk sebagian besar negara akan berakhir pada 8 Juli. Sementara itu, penangguhan tarif selama 90 hari terhadap China, yang juga merupakan bagian dari skema ini akan berakhir pada 12 Agustus.

Sejak presiden menunda tarif per negara, ia dan timnya telah berulang kali menjanjikan banyak perjanjian yang akan menyeimbangkan kembali hubungan perdagangan yang telah lama ia sebut tidak adil bagi AS. 

Namun, sejauh ini hanya ada dua perjanjian yang merupakan kerangka kerja yang luas, yakni dengan Inggris dan China.

Pada Kamis (26/6), Trump mengumumkan AS telah menandatangani kesepakatan perdagangan dengan China pada hari sebelumnya.

Lalu, pada Selasa (1/7), Trump memperdalam kritiknya pada Tokyo karena tidak menerima ekspor beras AS. Ia juga mengatakan perdagangan otomotif antara kedua negara tidak seimbang.

“Jepang harus dipaksa untuk membayar 30%, 35% atau berapa pun jumlah yang kami tentukan, karena kami juga memiliki defisit perdagangan yang sangat besar dengan Jepang," kata Trump, dilansir dari Bloomberg.

Trump mengusulkan tarif 24% untuk barang-barang Jepang pada bulan April. Barang-barang tersebut telah dikenakan biaya 10% selama periode negosiasi.

"Saya tidak yakin kami akan membuat kesepakatan. Saya meragukannya dengan Jepang, mereka sangat tangguh. Anda harus mengerti, mereka sangat manja," kata Trump.

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Menguat Jelang Pencabutan Penundaan Kebijakan Tarif AS

Presiden terdengar lebih optimis tentang tercapainya kesepakatan dengan India. Ketika ditanya tentang prospek kesepakatan selama minggu depan, Trump berkata terdapat kemungkinan untuk meraih kesepakatan.

"Itu akan menjadi kesepakatan di mana kita dapat masuk dan bersaing. Saat ini, India tidak menerima siapa pun," katanya. "Saya pikir India akan melakukan itu, dan jika mereka melakukannya, kita akan memiliki kesepakatan dengan tarif yang jauh lebih rendah."

Menteri luar negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan minggu ini negaranya hampir menyelesaikan kesepakatan dengan AS, karena mereka berupaya mengatasi masalah pelik termasuk tarif khusus industri yang akan datang dan akses pasar untuk tanaman yang dimodifikasi secara genetik dari Amerika.

Pembicaraan telah diintensifkan, dengan kepala negosiator India Rajesh Agarwal memperpanjang masa tinggalnya di AS untuk menyelesaikan perselisihan.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar