30 September 2024
17:52 WIB
Tripatra Investasikan Sumber Daya Teknologi Biofuel Generasi Kedua
Green Energy Development Director Tripatra, Ananto Wardono, mengatakan investasi tersebut akan digunakan untuk memproduksi biofuel generasi kedua secara massal.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi bio diesel. Shutterstock/EVANATTOZA
JAKARTA - PT Tripatra Engineers and Constructors (Tripatra), akan menginvestasikan sumber daya untuk mengembangkan teknologi dan infrastruktur di dalam ekosistem biofuel.
Green Energy Development Director Tripatra, Ananto Wardono mengatakan, investasi tersebut akan digunakan untuk memproduksi biofuel generasi kedua secara massal.
"Biofuel generasi kedua merupakan jenis bahan bakar nabati yang dihasilkan dari proses pengolahan bahan baku yang lebih kompleks dibandingkan dengan biofuel generasi pertama," ujar Ananto dalam Tripatra Media Forum 2024, di Jakarta, Senin (30/9).
Sementara itu, dia menjelaskan, biofuel generasi pertama umumnya menggunakan bahan pangan. Maka dari itu, biofuel generasi kedua memanfaatkan bahan baku non-pangan, seperti limbah pertanian, biomassa lignocellulose seperti kayu, serbuk gergaji, dan alga.
Baca Juga: Akademisi Sebut Bahan Bakar Nabati Bisa Jadi Jembatan Transisi Energi
Dia mengatakan, melalui berbagai inisiatif yang telah dilakukan, perusahaan tidak hanya berkontribusi pada upaya transisi energi di Indonesia, tetapi juga membuka peluang bisnis baru dan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
"Karena itu, kami memiliki peran dalam pengembangan ekosistem biofuel di Indonesia, termasuk dalam memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF), yaitu bahan bakar penerbangan yang berkelanjutan dengan sumber terbarukan yang dapat mengurangi emisi karbon secara signifikan dibandingkan dengan bahan bakar fosil konvensional," kata dia.
Perusahaan penyedia solusi berbasis rekayasa teknik di Indonesia ini menyatakan telah berperan dalam pengembangan biofuel, termasuk membangun fasilitas pabrik produksi dan distribusi.
"Kami berkomitmen untuk membangun solusi berkelanjutan dalam mengaplikasikan praktis efisiensi energi dan transisi dari energi bahan bakar fosil ke energi terbarukan. Ini sebagai upaya meminimalisasi emisi karbon, serta mendukung komitmen pemerintah menuju net zero emissions tahun 2060," jelasnya.
Namun, bukan tanpa tantangan. Ananto menuturkan, terdapat dua kendala untuk mengembangkan sumber energi terbarukan ini. Pertama, dari sisi teknologi. Menurutnya dengan kondisi sekarang, dirasa masih sulit untuk menyesuaikan dengan kondisi investasi di Indonesia.
"Karena teknologinya belum ada, kita sosialisasikan dari sisi itu. Sehingga kemudian kami mencari teknologi partner tadi, yang memang sesuai dengan kondisi yang ada di Indonesia," ucapnya.
Kedua, Indonesia tidak memiliki feedstock atau bahan mentah yang digunakan sebagai basis dalam pembuatan biofuel. Meski begitu, dia bilang pihaknya berusaha mengidentifikasi feedstock lain dan disesuaikan dengan penggunaan di Indonesia.
"Karena pada waktu kami bergerak untuk melakukan misalnya main plan dan melakukan misalnya analisa dari feedstock ini yang pertama kami coba kami lakukan adalah mengamankan feedstock itu sendiri," terang dia.
Baca Juga: Tripatra Dapat Kontrak FEED Untuk Proyek LNG di Papua New Guinea
Pihaknya sendiri menyatakan telah melakukan identifikasi dari sumber daya lain sehingga bisa mendukung teknologi yang ada untuk bisa segera dikomersilkan.
"Jadi kalau punya short term, kami juga punya persediaan untuk penggunaan feedstock yang memastikan bahwa pabrik ini juga bisa survive 30 sampai 40 tahun ke depan," ujarnya.
Dengan fokus pada energi terbarukan, kimia hijau, dan mitigasi karbon, Ananto menyatakan pihaknya siap untuk menghadapi tantangan dan peluang pada masa depan. Dia melihat peluang terbesar Indonesia adalah mengembangkan teknologi pengolahan biofuel yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
"Kedepannya Tripatra akan terus mengincar peluang sektor energi hijau, salah satunya pengembangan infrastruktur biofuel, serta terus mendorong inovasi solusi rekayasa teknik yang berkelanjutan. Dengan begitu, kita bisa bersaing di pasar global dan memberikan kontribusi bagi energi bersih,” tambah Ananto.