Tingkatkan Ekspor Ke Korsel, KBRI Fasilitasi Business Matching 60 Pelaku Usaha
Sebanyak 60 pelaku usaha asal Indonesia memperoleh fasilitasi business matching dari KBRI dan ASEAN Korean Centre.
Petugas mengawasi aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Ahmad Yani Ternate, Maluku Utara, Rabu (16/10/2024). Antara Foto/Andri Saputra
JAKARTA - Kedutaan Besar RI untuk Korea bekerja sama dengan ASEAN Korean Centre telah melakukan fasilitasi perdagangan, berupa business matching atau pertemuan bisnis untuk mencari mitra dagang.
Menurut Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag Fajarini Puntodewi, business matching tersebut merupakan langkah untuk memperluas pasar ekspor Indonesia ke Korea Selatan. Di sisi lain, program yang sama juga mendukung fokus Kemendag, utamanya untuk perluasan pasar ekspor dan UMKM Bisa Ekspor.
"Dengan adanya ASEAN Korean Centre ini, kita membantu implementasi dari perundingan-perundingan yang sudah kita lakukan dengan memfasilitasi kegiatan misi dagang dan business matching nanti," ungkapnya saat ditemui di sela acara ASEAN-Korea Trade & Investment Facilitator Mission to Indonesia, Jakarta, Senin (20/1).
Baca Juga: Indonesia Dorong Peluang Peningkatan Ekspor Ke Korea SelatanLebih lanjut, Puntodewi berharap, business matching tersebut bisa mendongkrak perdagangan internasional RI via ekspor sehingga dapat mencapai pertumbuhan ekonomi 8% di 2029. Oleh karena itu, ia menargetkan pertumbuhan ekspor menjadi 7,1% di tahun 2025, dan naik menjadi 9,6% di tahun 2029.
"Di Kemendag, kita sudah membuat target peningkatan ekspor tahun ini 7,1%. Itu bertahap untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8%," ucap Puntodewi.
Perlu diketahui, perjanjian ekonomi Indonesia dengan Korea Selatan telah dilakukan melalui Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (
IK-CEPA) yang mulai diimplementasikan sejak Januari 2023.
Dalam perjanjian tersebut, ditetapkan sebanyak 11.267 pos tarif Korsel atau sebanyak 92% tarifnya dieliminasi menjadi 0%. Lalu, sebanyak 420 pos tarif Korsel atau 3,4% dari total pos tarif dieliminasi tarifnya secara bertahap dalam 20 tahun ke depan.
Kerja sama ekonomi tersebut meliputi sektor industri, pertanian, perikanan, dan kehutanan. Adanya eliminasi pos tarif Korsel ini berpotensi memberikan peningkatan kesejahteraan senilai US$21,9 miliar, meningkatkan pertumbuhan ekonomi 2,43%, peningkatan ekspor 19,8% dan impor 13,8%.
"Penanaman modal dari Korea (Selatan) di Indonesia diperkirakan akan meningkat menjadi US$3,63 miliar di tahun kelima implementasi IK-CEPA, dengan pertumbuhan rata-rata 15,59%," tulis dokumen resmi Kemendag.
Baca Juga: Cumi Beku RI Jadi Primadona di Pameran Boga Bahari Korea SelatanAdapun sektor yang berpotensi ke depannya untuk dikembangkan dalam kerja sama ekonomi Indonesia dan Korsel adalah sektor otomotif, kimia, logam, energi, teknologi, dan infrastruktur.
Kemendag mencatat, total perdagangan Indonesia-Korea Selatan selama lima tahun terakhir atau 2019-2023 tumbuh sebesar 12,51%.
Korea Selatan merupakan negara tujuan ekspor ke-8 dan negara asal impor ke-6 bagi Indonesia. Komoditas ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan, yaitu batu bara, gas alam, bijih tembaga, LCD dan LED, serta amonia.
Sedangkan produk impor utama Indonesia dari Korea Selatan, yaitu bahan bakar diesel otomotif, bagian sirkuit elektronik terpadu, stationwagon dan mobil sport, penggerak motor, serta prosesor sirkuit elektronik terpadu.
BPS mencatat, per Desember 2024, pertumbuhan ekspor nonmigas Indonesia ke Korea Selatan cukup impresif sebesar 19,71% (mtm) atau setara US$129,2 juta, naik dari US$655,1 juta menjadi US$784,3 juta.
Secara kumulatif, Januari-Desember 2024, Indonesia berhasil mengekspor produk nonmigas ke Korsel senilai US$9,10 miliar. Jumlah ini tumbuh 5,89% (
cumulative-to-cumulative/ctc) dari capaian ekspor nonmigas tahun sebelumnya yang sebesar US$8,60 miliar.
Di sisi lain, pada Januari-Desember 2024, Indonesia tehitung mengimpor produk nonmigas ke Korsel senilai US$8,60 miliar. Jumlah ini tumbuh minus 10,05% (ctc) dari capaian impor nonmigas tahun sebelumnya yang sebesar US$9,56 miliar.