c

Selamat

Sabtu, 15 November 2025

EKONOMI

17 Oktober 2025

15:29 WIB

Tembus US$66,81/Barel! Konflik Rusia-Ukraina Picu Kenaikan ICP

Peningkatan tensi geopolitik Rusia-Ukraina, serta Timur Tengah jadi penyebab naiknya rerata harga minyak mentah Indonesia ICP September, dari US$66,07 menjadi US$66,81 per barel.

Penulis: Yoseph Krishna

<p>Tembus US$66,81/Barel! Konflik Rusia-Ukraina Picu Kenaikan ICP</p>
<p>Tembus US$66,81/Barel! Konflik Rusia-Ukraina Picu Kenaikan ICP</p>

Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mengontrol kerangan pipa produksi yang berasal dari sumur menuju stasiun pengumpul minyak mentah Central Gathering Station (CGS) 10 Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau. Antara Foto/Nova Wahyudi

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan rerata harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) periode September 2025 sebesar US$66,81 per barel.

Penetapan tersebut termaktub dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 336.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan September 2025 yang ditandatangani pada 8 Oktober 2025.

Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman lewat keterangan tertulisnya mengungkapkan nilai ICP tersebut mengalami kenaikan dari periode Agustus 2025 yang dipatok di level US$66,07 per barel.

"Kenaikan ICP September 2025, juga naiknya Brent (ICE) dan Basket OPEC, dipengaruhi oleh peningkatan risiko geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan kekhawatiran gangguan pasokan," kata Laode, Jakarta, Jumat (17/10).

Baca Juga: Rerata Harga Minyak RI Agustus 2025 Turun Jadi US$66,07/Barel

Laode menerangkan, serangan Ukraina yang dilancarkan sejak Juni 2025 lalu berdampak pada 17% kilang Rusia yang tidak bisa beroperasi.

Paralel, terdapat juga ajakan dari Presiden AS Donald Trump kepada Uni Eropa untuk mengenakan tarif 100% kepada China dan India demi mengerek biaya ekonomi dan memaksa Rusia mengakhiri perang. Kondisi tersebut berdampak pada naiknya ICP periode September 2025.

Faktor lain yang memperkuat kenaikan ICP adalah meningkatnya tensi gopolitik di Timur Tengah. Hal itu pun turut menyeret Brent dan Basket OPEC menguat pada periode September 2025.

International Energy Agency (IEA) telah merevisi proyeksi pertumbuhan permintaan minyak periode 2025 secara tahunan menjadi 740 ribu barel per haari (BOPD) dari publikasi bulan lalu di angka 680 ribu BOPD.

Namun di tengah kenaikan rata-rata sejumlah harga minyak mentah, beberapa mengalami penurunan, seperti Dated Brent dan WTI (Nymex) akibat meningkatnya pasokan dari OPEC+.

Baca Juga: Pantau Sumur Rakyat Muba, Bahlil: Pengeboran Wajib Sesuai Aturan

Laode mengatakan, OPEC+ telah menyepakati tambahan suplai mulai Oktober 2025 sebesar 137 ribu barel per hari, sedangkan produksi Agustus 2025 mengalami kenaikan menjadi 509 ribu barel per hari, terutama dari Arab Saudi dan Irak.

"Untuk kawasan Asia Pasifik, perubahan harga minyak mentah juga dipengaruhi peningkatan harga Crack Naphta Asia, rencana perawatan sejumlah kilang di Timur Tengah, dan potensi peningkatan minyak di India pasca berakhirnya musim hujan," paparnya.

Adapun perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada September 2025 dibandingkan Agustus 2025 mengalami perubahan sebagai berikut:

a. Dated Brent turun sebesar US$0,19/barel menjadi US$68,02/barel.
b. WTI (Nymex) turun sebesar US$0,49/barel menjadi US$63,53/barel.
c. Brent (ICE) naik sebesar US$0,31/barel menjadi US$67,58/barel.
d. Basket OPEC naik sebesar US$0,72/barel menjadi US$70,45/barel.
e. Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia naik sebesar US$0,73/barel menjadi US$66,81/barel.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar