10 Oktober 2025
14:25 WIB
Tembus Rp9.138 T! Kemenkeu: Rasio Utang RI Juni Masih Aman
Realisasi utang pemerintah pusat Juni 2025 mencapai Rp9.138,05 triliun, setara 39,68% terhadap PDB per kuartal II/2025. Kemenkeu mengklaim rasio utang ini masih rendah-moderat dibanding banyak negara.
Penulis: Siti Nur Arifa
DJPPR Kemenkeu Suminto melaporkan realisasi utang pemerintah pusat per Juni 2025 mencapai Rp9.138,05 triliun, atau setara 39,68% terhadap PDB per kuartal II/2025, Bogor, Jumat (10/10). ValidnewsID/Siti Nur Arifa
JAKARTA - Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu Suminto melaporkan, realisasi utang pemerintah pusat per Juni 2025 mencapai Rp9.138,05 triliun, atau setara 39,68% terhadap PDB per kuartal II/2025.
Suminto menyebut posisi utang per Juni mengalami penurunan 0,43% secara bulanan dibandingkan Mei 2025 yang mencapai Rp9.177,48 triliun. Namun, rasio utang Indonesia per Juni 2025 sejatinya mengalami peningkatan dibanding periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 39,81%.
Dirinya menambahkan, posisi utang RI masih cukup rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia atau negara ASEAN lainnya.
"Rasio utang 39,86% suatu level yang cukup rendah, cukup sedang (moderat) dibanding banyak negara, termasuk negara tetangga," ujar Suminto dalam Media Briefing, Bogor, Jumat (10/10).
Baca Juga: Masih Bayar Utang, BI: Cadev September Turun Ke US$148,7 M
Sebagai gambaran, dirinya membeberkan rasio utang Malaysia yang mencapai 61,9% terhadap PDB; Filipina 62% terhadap PDB; Thailand 62,8% terhadap PDB; dan Vietnam 37,2% terhadap PDB pada 2024.
Suminto juga menegaskan, rasio utang RI saat ini masih berada pada level aman, lantaran masih berada di bawah batas 60% PDB sesuai UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
"Kita betul-betul melakukan utang secara hati-hati, secara terukur dan dalam batas kemampuan," tambahnya.
Jika dirinci, komponen utang negara Juni 2025 terdiri dari utang pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri dan Surat Berharga Negara (SBN).
Baca Juga: Utang Luar Negeri Tumbuh Melambat, Ekonom: Pemerintah Lebih Hati-hati
Utang pinjaman luar negeri juga menyumbang porsi paling sedikit yakni sebesar 12,1% atau setara Rp1.108 triliun, terdiri dari pinjaman bilateral, multilateral dan komersial. Diikuti pinjaman dalam negeri yang berkontribusi sebesar 0,5% atau setara Rp49 triliun.
Di lain sisi, SBN menyumbang proporsi utang paling besar mencapai 87,3% dari keseluruhan (setara Rp7.980 triliun). Dari jumlah tersebut, penerbitan SBN berdenominasi rupiah masih mendominasi dengan Rp6.484,12 triliun, sementara utang berdenominasi valas sebesar Rp1.496,75 triliun
"Jadi, per Juni total outstanding utangnya Rp9.138 triliun; pinjamannya Rp1.157 triliun dan SBN Rp7.980 triliun," urai Suminto.
Siap Lapor Utang RI Kuartalan
Dalam kesempatan sama, Suminto mengumumkan, ke depan pemerintah melalui BPS akan merilis penerbitan data utang pemerintah secara kuartalan.
Baca Juga: Kepada Siapa Sajakah Indonesia Berutang?
Pelaporan ini bertujuan memastikan statistik utang sesuai dengan ukuran PDB nasional dan tidak lagi didasari pada asumsi untuk menghitung rasio utang terhadap PDB.
"Supaya statistiknya lebih kredibel, agar rasio itu tidak berdasarkan asumsi, tapi berdasarkan realisasi nanti debt to GDP ratio setiap 3 bulan," ujar Suminto.