c

Selamat

Senin, 17 November 2025

EKONOMI

14 November 2023

17:32 WIB

Tanpa Langkah Komplet, Transisi Energi Bebani Pertumbuhan Ekonomi

Upaya Indonesia meninggalkan energi konvensional menuju energi baru-terbarukan (EBT) berpeluang menurunkan pertumbuhan ekonomi ke depan.

Penulis: Khairul Kahfi

Tanpa Langkah Komplet, Transisi Energi Bebani Pertumbuhan Ekonomi
Tanpa Langkah Komplet, Transisi Energi Bebani Pertumbuhan Ekonomi
Ilustrasi PLTU. Pekerja berada di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Lelilef Sawai, Kecamatan Weda Tengah, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara. Antara Foto/Andri Saputra

JAKARTA - Peneliti INDEF Ahmad Heri Firdaus menyampaikan, upaya Indonesia meninggalkan energi konvensional menuju energi baru-terbarukan (EBT) berpeluang menurunkan pertumbuhan ekonomi ke depan. Potensi ini dihitung menggunakan skema Computable General Equilibrium (CGE).

Hal ini bisa terjadi, apabila langkah transisi tersebut tidak diiringi dengan peningkatan konsumsi energi di sektor pengguna industri. Karenanya, penting untuk Indonesia bisa meningkatkan Sektor Rancang Bangun Industri (Engineering, Procurement, and Construction/EPC).

“Jika hanya meninggalkan sumber energi yang dianggap beremisi (karbon) seperti batu bara…Maka dampaknya itu negatif, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi bisa turun minus 0,028%,” jelasnya dalam agenda ‘Mengupas Sektor Rancang Bangun Industri Menuju NZE Di Indonesia’, Jakarta, Selasa (14/11).

Lebih lanjut, skema ekonominya juga menunjukkan, penurunan konsumsi energi konvensional juga akan menurunkan pertumbuhan investasi PMTB senilai -0,445%; konsumsi rumah tangga -0,026%; ekspor -0,076%; neraca dagang -0.004%; hingga upah riil tenaga kerja -0,071%. Sedangkan impor agregat naik sekitar 0,099%.

“Artinya, delta perubahannya itu negatif. Kalau business as usual ekonomi kita tumbuh 5%, tapi (jika) kita hanya meninggalkan energi beremisi karbon itu akan berkurang pertumbuhannya jadi 4,9 sekian persen,” urainya.

Baca Juga: Pemerintah Kedepankan Aspek Adil-Terjangkau dalam Transisi Energi

Berbeda halnya jika langkah transisi energi yang ditempuh Indonesia diiringi dengan peningkatan konsumsi EBT pada sektor industri pengguna EPC. 

Hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan berbagai sektor penyertanya akan mengalami kenaikan.

Heri menjabarkan, list industri pengguna EPC mencakup pertambangan migas dan panas bumi; industri batu bara dan kilang migas; industri kimia, farmasi dan obat tradisional; industri logam dasar; ketenagalistrikan; konstruksi; serta informasi dan komunikasi.

“Dampaknya akan menambah pertumbuhan ekonomi sebesar 0,75%; kemudian pertumbuhan konsumsi rumah tangganya juga akan bertambah 0,283% dari titik baseline; kemudian investasi agregatnya (PMTB) juga akan tumbuh 0,295%,” ujarnya.

Pertumbuhan juga terjadi pada sisi ekspor sebesar 0,017%; neraca dagang naik 0.001%; upah riil tenaga kerja naik 0,064%; dan impor agregat tumbuh negatif senilai -0,021%.

“Jadi (pengurangan energi konvensional) memang perlu diiringi (konsumsi EBT industri). Artinya, perlu ada upaya-upaya (konkret) disertai dengan pembangunan infrastruktur EBT yang juga komprehensif,” katanya.

Baca Juga: Pemerintah Jadikan Industri Hijau Sebagai Sarana Transisi Energi

Selain dari sisi makroekonomi, upaya yang sama juga bisa berimplikasi langsung pada capaian pertumbuhan output sektor industri pengguna EPC. 

Seperti pertumbuhan industri informasi dan komunikasi bisa bertambah di kisaran 0,608%; konstruksi 0,468%; dan ketenagalistrikan 0,865%.

Lalu, pertumbuhan industri logam dasar bisa bertambah 0,523%; industri kimia, farmasi dan obat tradisional naik 0,165%; industri batu bara dan kilang migas bertambah maksimal hingga 1,139%; serta industri pertambangan migas dan panas bumi 0,016%.

“Artinya, transisi energi ini sebenarnya peluang baru untuk meningkatkan produktivitas ekonomi di setiap sektor-sektor pengguna EPC,” ujarnya.

Dirinya berharap, estimasi dari model ekonomi dari transisi energi konvensional bisa mendongkrak konsumsi EBT sektor industri. 

Meski dirinya mengakui, selama ini pelaku industri melihat upaya transisi energi membutuhkan berbiaya tinggi atau investasi mahal, sehingga belum banyak yang memulai.

“Tapi ternyata secara hitung-hitungan model ekonomi…Ini bisa meningkatkan produktivitas dan output sektor pengguna EPC seperti (industri) batu bara, kilang, industri logam dasar, ketenagalistrikan, dan seterusnya,” paparnya. 


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar