05 Oktober 2023
21:00 WIB
Penulis: Yoseph Krishna
JAKARTA - Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Yudo Dwinanda Priaadi menyebutkan pihaknya tengah fokus membangun rantai pasok untuk konversi sepeda motor konvensional menjadi motor listrik.
Upaya membentuk rantai pasok itu, sambung Yudo, berkenaan dengan program insentif konversi motor listrik sebesar Rp7 juta yang notabene tahun ini merupakan tahun pertama sehingga perlu waktu untuk menyosialisasikannya.
"Karena ini tahun pertama, kita bangun satu yang paling penting adalah rantai pasoknya, baterainya dari mana, lalu komponennya dari mana," imbuh Yudo saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Kamis (5/10).
Selain itu, Kementerian ESDM dalam bagian membangun rantai pasok juga akan meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia maupun bengkel konversi sepeda motor listrik.
Meski serapannya masih cenderung rendah, Kementerian ESDM saat ini masih terus menjalankan program konversi sepeda motor listrik, beriringan dengan memasifkan sertifikasi bengkel konversi.
"Kita bangun rantai pasok, bangun bengkel-bengkelnya. Setelah siap, baru kita lihat berapa yang ada dan kita evaluasi berapa yang bisa kita capai," kata dia.
Baca Juga: Pengamat: Kenaikan Insentif Motor Listrik Tak Jamin Dongkrak Serapan
Sebagaimana diketahui, pemerintah per 20 Maret 2023 meluncurkan program insentif bagi pembelian baru motor listrik maupun konversi motor listrik sebesar Rp7 juta per unit.
Bagi pembelian baru, ditargetkan program itu bisa tersalurkan pada 200.000 unit sepeda motor listrik. Sementara bagi konversi motor listrik, dialokasikan pada 50.000 unit.
Yudo mengatakan apabila target tahun ini tak tercapai, pemerintah akan melakukan take over ke tahun 2024. Hal itu menurutnya masuk akal mengingat bengkel-bengkel konversi pada tahun depan akan lebih siap dan kompeten dalam menyulap sepeda motor berbahan bakar minyak menjadi motor listrik.
"Kita harapkan juga sudah ada bengkel kelas A untuk pengujian, saat ini belum ada. Tahun depan, rantai pasok juga sudah terbentuk karena market berkembang, swasta juga bisa masuk lebih enak karena marketnya berkembang," jabar Yudo Dwinanda Priaadi.
Sebelumnya, Direktur Konservasi Energi Kementerian ESDM Gigih Udi Atmo menegaskan kegiatan konversi motor listrik terus digencarkan oleh pemerintah guna mengurangi stok dari sepeda motor berbahan bakar minyak (BBM).
Saat ini ada sekitar 120-an juta sepeda motor berbahan bakar minyak yang mengaspal di seluruh Indonesia. Apabila ditarik rata-rata konsumsi 1 liter Pertalite per hari per unit sepeda motor, total konsumsi BBM untuk sepeda motor lebih dari 650 ribu barel atau melebihi produksi minyak nasional.
Baca Juga: ESDM: Konversi Motor Listrik Diharapkan Tekan Jumlah Sepeda Motor BBM
Gigih menyebutkan kondisi itu berdampak pada ketahanan energi. Angka tersebut baru dihitung dari sepeda motor dan akan lebih tinggi apabila ditambah konsumsi bensin dari mobil, bus, ataupun truk.
Jika mengikuti tren penjualan kendaraan roda dua berbahan bakar minyak yang peningkatannya mencapai 5-6 juta unit per tahun, ketahanan energi nasional akan terganggu mengingat impor BBM yang sudah pasti terus bertambah.
"Importasi BBM akan terus bertambah setiap tahun. Anggaplah 1 barel setara US$80 per hari, kalau kita rupiahkan bisa Rp800 miliar," tandasnya di Surabaya pada Agustus 2023 lalu.
Untuk itu, bantuan pemerintah sebesar Rp7 juta dikucurkan beriringan antara pembelian baru sepeda motor listrik dan konversi sepeda motor listrik. Tujuannya, supaya masyarakat punya pilihan dalam menggunakan kendaraan listrik.
"Kalau konversi kelebihannya biaya yang dikeluarkan akan lebih ringan dibanding beli baru karena harga baru motor listrik plus baterai itu lebih dari Rp25 juta, sedangkan konversi paling mahal Rp17 juta dan belum dikurangi insentif dari pemerintah," pungkas Gigih Udi Atmo.