c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

01 September 2025

20:30 WIB

Sweet Sundae, Kisah Sukses Hilirisasi Beragam Produk Susu

Inovasi produk dan adaptasi bisnis jadi kunci Sweet Sundae tetap eksis sejak dirintis 2008 silam. Upaya ini sukses menghadapi berbagai tantangan, mulai dari black campaign hingga covid-19.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Khairul Kahfi

<p dir="ltr" id="isPasted">Sweet Sundae, Kisah Sukses Hilirisasi Beragam Produk Susu</p>
<p dir="ltr" id="isPasted">Sweet Sundae, Kisah Sukses Hilirisasi Beragam Produk Susu</p>

Varian rasa produk es krim Sweet Sundae. Dok.Sweet Sundae

JAKARTA - Kalau Sobat Valid jalan-jalan ke Yogyakarta, kira-kira mau bawa oleh-oleh apa? Pasti langsung kepikiran memboyong bakpia, geplak, yangko, clorot, bahkan gudeg yang semuanya terasa manis bagi sebagian besar lidah masyarakat Indonesia.

Tapi pernah enggak kepikiran buat bawa pulang es krim dari Kota Pelajar? Memang ada? Ada dong! 

Salah satunya milik Sweet Sundae Dairy Indonesia yang memproduksi es krim natural besutan Andromeda Sindoro Soekarno (38) dan Yuki Rahmayanti (37). Es krim ini lahir dari ketidaksengajaan ketika bantu memberdayakan peternak sapi.

Produk yang dijajakan Sweet Sundae bukan cuma es krim, tapi produk susu sapi murni lainnya. Ada susu, gelato, mentega, unsalted butter, yoghurt, susu evaporasi, hingga kental manis yang juga sebagai produk lainnya.

Yuki menjamin, produk olahan susu ini enggak dicampur air sama sekali. Bukan apa-apa, di pasaran, sudah tertanam di benak publik air cukup sering digunakan untuk menekan cost produksi sehingga bisa dijual lebih terjangkau.

"Kami enggak, (produk olahan) kita 100% (susu sapi segar). Arti kata, misalnya, margin cuma 50%, itu enggak apa-apa," cerita Yuki kepada Validnews setengah berpromosi, Jakarta, Jumat (29/8).

Baca Juga: Pemerintah Targetkan Konsumsi Susu Per Kapita Naik Jadi 20,1 Kg/Tahun

Untuk menjaga pasar, UMKM asal Yogyakarta ini mengandalkan kejujuran dan tak mau asal membuat produk karena menarget bisa dikonsumsi segala kalangan usia. Selain itu, Sweet Sundae menggaransi produknya bebas pengawet-bahan sintetis, hanya menggunakan buah asli, dan sudah mengantongi sertifikat Halal MUI.

"Kita komitmen halal dari awal buka usaha. Pertama kali sertifikasi yang kita punya adalah halal, bukan yang lain dulu. Bagi kami, halal nomor satu. Karena itu mencangkup semua. Sampai sekarang memang kita komitmen halal," ungkapnya.

Tak ketinggalan, Sweet Sundae bertekad menggunakan bahan lokal, sehingga Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)-nya berhasil mencapai di atas level 90%. 

"Mungkin yang bukan lokal cuma packaging. Kalau misal ada industri plastik lokal, ya saya pilih lokal, tapi belum ada sekarang," jelas dia.

Proyek Dosen Bantu Peternak Sapi Perah
Yuki mengenang, Sweet Sundae dibentuk pertama kali bersama Andro pada 2008 silam. Kala itu, mereka masih berkuliah di Semester IV Jurusan Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan UGM yang diminta membantu proyek dosen membina peternak sapi perah di daerah Cangkringan, Kaliurang. 

Klise, para peternak sapi selalu mengeluh dengan harga susu yang selalu ambrol saban hari. Kebetulan, salah satu mapel adalah praktikum pembuatan es krim susu sapi segar. Potensi pasar terbuka di tengah kejelian keduanya yang melihat jarangnya penjual es krim di kampus, kalaupun ada lokasinya terbatas dan variannya itu-itu saja.

Bermodal Rp60 juta dari tabungan pribadi dan hadiah saat menang kompetisi pekan karya mahasiswa, keduanya sepakat menyeriusi wirausaha dengan membeli mesin sekaligus bahan untuk membuat es krim yang dengan pede menjajakan es krim cone ramah kantong mahasiswa di area kampus. 

"Dulu jajanan yang 'segar-segar' jarang banget, terus orang pingin makan es krim itu di tempat-tempat tertentu, (misal), harus ke swalayan. Terus yaudahlah kita bikin es krim dengan harga terjangkau, teman-teman juga bisa dapetin semua di lingkungan kampus," ujarnya.

Baca Juga: Cerita Soal Segelas Susu

Berbekal izin dekan berjualan di sebuah stand area kampus, produknya meledak diminati mahasiswa dan dosen Fakultas Peternakan sampai ke fakultas tetangga. Masalah muncul karena produknya sepi peminat saat momen puasa dan kampus ditinggal liburan semester. Dari sini, keduanya berinisiatif mengemas es krim ke dalam cup dan mulai sporadis menitipkan produknya ke banyak kantin fakultas lain, hitung-hitung ekspansi pasar. Beruntung, strateginya moncer diterima pasar fakultas lain.

"Kita titip jual ke kantin-kantin fakultas lain, jadi melebar. Kalau di UGM, Fakultas Teknik itu kan satu lingkungan. Yaudah jadi nembak satu (lokasi), dapat semua (pasar)," ujarnya.

Seriusi Bisnis Es Krim
Setelah menyelesaikan kuliah 2011, keduanya makin mantap menata bisnis di bawah bendera Sweet Sundae Dairy Indonesia, dengan membuka pabrik di Sleman yang yang ditempati hingga kini. Di sisi lain, pasangan ini juga membuka peluang menjajakan es krim di luar lingkungan kampus, yakni secara business to business ke berbagai hotel, restoran, katering, dan kafe.

Di 2015, suasana bisnis makin menantang lewat kehadiran pesaing dari negara tetangga yang menawarkan es krim dengan harga miring dan bentuk beraneka macam. Bahkan, Sweet Sundae juga pernah kena black campaign di titik penitipan kantin langganan bahwa produknya tak punya izin edar BPOM, yang padahal sudah dilengkapi sedari lama.

Baca Juga: Sejarah Terciptanya Es Krim

Gelap, misi si penghasut berhasil karena membuat pihak kantin ketakutan karena takut kena pidana menjual barang tak jelas juntrungannya. Pihaknya responsif melapor ke BPOM, yang meski sudah dilakukan tetap berdampak signifikan dengan penurunan pasar signifikan hingga 80%.

Tak mau menyerah, Sweet Sundae mulai melancarkan serangan balasan lewat kehadiran memberikan produk berkualitas, bukan intimidasi. Di titik ini, pihaknya malah kreatif menelurkan produk gelato yang secara bertahap kembali membangkitkan bisnis. 

Ujian Pandemi Covid-19
Baru mulai bangkit, pandemi covid-19 menerpa tanah air dan implikasi pembatasan sosial (social distancing). Situasi ini memaksa Sweet Sundae tidak dapat menjual es krim dan gelato ke horeka dan lokasi pariwisata. Yuki mengibaratkan, jika pelaku usaha tiarap karena kuman kala ini, Sweet Sundae malah sudah mendelep.

Hal ini juga terdampak pada pengiriman produk yang sudah menjangkau Aceh dan Makassar dengan bantuan reseller yang sementara waktu juga harus terputus. Beralasan, ketimbang mengirim es krim, logistik mengutamakan pengiriman obat, vaksin, dan alat kesehatan.

Semua ini berimbas pada pendapatan Sweet Sundae, sampai-sampai Yuki mesti menguras seluruh tabungan sampai biaya melahirkan demi mempertahankan bisnis dan menggaji seluruh karyawan.

"Suka duka jelas, yang pertama karena kami istilahnya bukan pewaris, kami merintis kan. Jadi pertama modal. Modal tuh benar-benar istilahnya yang sampai abis, uang sekolah anak, aset, mobil, dan lain-lain semua dijual. Kita juga pernah punya hutang, riba," jelasnya.

Dari 25 karyawan yang ada, beberapa memutuskan pergi dan beberapa tetap tinggal. Karyawan Sweet Sundae yang memilih tetap bertahan menginisiasi sistem kerja shifting dan gaji dipotong 50%. Dia bersyukur, bisnis mulai berjalan meski terseok-seok.

Baca Juga: Ini Yang Wajib Diketahui Soal Konsumsi Susu Segar

Di tengah keterpurukan ini, entah dari mana datangnya, ada konsumen setia yang menanyakan produk susu segar dengan sembilan rasa dalam kemasan masing-masing 1 liter, yang tanpa ba-bi-bu langsung disanggupi.

Peluang ini pun tak disiakan dengan mengiklankannya ke WhatsApp Story, yang tak lama kemudian mendapat tanggapan positif dan viral. Ponselnya kebanjiran pesanan produk susu pasteurisasi yang meningkat konsumsinya selama pagebluk. Susu dipercaya dapat memenuhi asupan gizi demi menjaga kekebalan tubuh.

Dari sini juga, Sweet Sundae mulai coba mengalihkan model bisnis secara langsung (business to consumer/B2C). Meski tak langsung untung, pesanan yang datang cukup menutup kerugian sedari awal pandemi. Penjualan susu pasteurisasi juga menjadi titik balik, karena pelanggan meminta produk yoghurt. Barangkali kedua produk inilah yang paling gacor sepanjang 2020. 

Di 2021, bisnis pariwisata dan bisnis catering mulai bangkit perlahan dengan permintaan produk 5-10 liter es krim. Kalau mau dibandingkan, ini belum ada apa-apanya ketimbang kegiatan satu event katering saat normal bisa mencapai 60 literan es krim. Tapi karena tak mau menyiakan kesempatan, Yuki yang baru lahiran anak kedua bersama seluruh karyawan membantu proses produksi.

"Saya sampe ikut (produksi) juga, sambil gendong anak saya yang nomor dua. Sampai yang bener-bener yang saya posisi abis melahirkan. Selesai melahirkan, seminggu itu saya sudah aktif lagi di kantor," tuturnya.

Perluas Pasar Dengan Ekspor
Usai sukses menjajaki B2C, Yuki dan Andro terpikir untuk mengembangkan sayap bisnis lebih luas lagi dengan memanfaatkan ekspor, rencana yang sudah lama terpendam sejak 2012. Ekspor tak semudah rencana, mulai dari tak pernah pemerintah undang untuk business matching sampai tak pernah lolos kurasi.

"Kita positif thinking mungkin karena produk kita berisiko tinggi kali ya. Jadi mereka mengambil yang aman, yang kering gitu," kenangnya.

Tak mau berputus asa, Yuki dan Andro kembali memutar otak agar produk Sweet Sundae bisa dikenal di kancah mancanegara. Hingga akhirnya di 2021, terlahirlah produk susu evaporasi yang dikemas dalam kaleng. Dari produk ini, Sweet Sundae mulai dilirik dan mendapat tawaran ikut kurasi produk untuk dijajakan di World Expo Dubai 2020. 

Setelah melalui berbagai persyaratan, Sweet Sundae menerima kabar bahwa produk lolos kurasi di akhir 2023. Pada pertengahan 2025, Sweet Sundae akhirnya pecah telor menembus ekspor dengan pasar utama di Uni Emirat Arab (UEA). Produk yang dikirim adalah susu evaporasi dengan nilai transaksi mencapai sekitar Rp439 juta.

"Jadi, Sweet Sundae itu tidak menciptakan produk baru cari pasar. Jadi, kita melihat permintaan pasar itu apa, baru kita buat," ungkapnya.

Pelanggan Sweet Sundae amat meminati mentega, susu, dan gelato. Dalam sebulan, kini Sweet Sundae dapat memproduksi 500 kg hingga 1 ton mentega. Adapun, 100 liter susu hanya menjadi 5 kg mentega. Artinya, untuk membuat butter untuk memenuhi kebutuhan bulanan saja membutuhkan lebih dari 10 ribu liter susu. 

Baca Juga: Lima Manfaat Es Krim Yang Jarang Kita Ketahui

Jumlah itu akan membludak jika memasuki momen Ramadan dan Lebaran. Permintaan terkait butter terbanyak datang dari bakery, restoran, dan ibu-ibu yang memiliki anak untuk kebutuhan mpasi.

"Kita prosesnya murni, enggak pakai fermentasi. Karena memang ada beberapa teman-teman yang membuat produk butter difermentasi. Kalau kita enggak," tegas dia.

Sedangkan untuk gelato, Sweet Sundae rata-rata dapat memproduksi sebanyak 500 kg per bulan, yang produksinya bisa melonjak tajam jadi lebih dari 1 ton saat momen libur akhir tahun, lebaran, dan liburan sekolah. Permintaan gelato terbanyak ada di tempat wisata, seperti Candi Prambanan dan Bandara DIY.

Sementara untuk susu, Sweet Sundae minimal memproduksi 500 liter yang dipasok dari 97 ekor sapi yang dimiliki. Jumlah sapi akan bertambah 52 ekor dari Australia pada Oktober 2025 mendatang.

Selain dari sapi peternakan sendiri, Sweet Sundae juga memenuhi kebutuhan produksi susu dengan bekerja sama dengan satu koperasi aktif dan peternak sekitar atau perorangan yang bisa menyuplai 100-150 liter susu per hari.

"Apalagi kalau butter pas lagi tinggi-tingginya itu. Kadang yang bikin pusing itu pembagian susunya kan. Sedangkan konsumen mintanya cepet," beber dia.

Kini, Sweet Sundae memiliki sembilan karyawan tetap yang menempati posisi berbeda, di antaranya empat orang di bidang operasional atau produksi, satu orang di bidang administrasi, tiga orang di bidang marketing, dan satu orang asisten.

Tak hanya mempekerjakan karyawan tetap, Sweet Sundae juga turut mempekerjakan karyawan lepas atau pihak eskternal yang berjumlah lebih dari 20 orang, terdiri dari anak magang dan mantan anak magang.

Saat ada pameran atau bazar, Sweet Sundae juga akan menggunakan pekerja freelance. Begitu pula saat produksi melebihi batas, dia akan menggunakan jasa tambahan.

Sweet Sundae juga sudah menggunakan bantuan mesin untuk mempercepat dan memaksimalkan produksi. Kuantitas mesin terbanyak adalah mesin pemasak susu untuk mengolah susu pasteurisasi. Sebab, semua olahan produk bermula dari susu pasteurisasi. Sedangkan untuk pemasaran, Sweet Sundae saat ini masih berfokus pada penjualan offline, lantaran pasarnya bukan di marketplace.

Jadi Pemasok Susu MBG
Selain ekspor, Sweet Sundae yang merupakan UMKM binaan Bank Indonesia (BI) Yogyakarta ini juga berperan langsung di program unggulan presiden, yakni Makan Bergizi Gratis (MBG). Yuki selaku owner menjelaskan, keterlibatan usahanya dalam program MBG justru datang tanpa rencana.

"Awalnya tidak direncanakan. Tapi pihak MBG datang sendiri, banyak tamu datang sekitar Desember (2024)," kata Yuki.

Ia bercerita, sejak 28 Februari 2025, Sweet Sundae resmi menyalurkan produk ke sejumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Menurutnya, proses kerja sama berlangsung cukup ketat. 

Baca Juga: Bank Indonesia Catat 70 UMKM Binaan Di Yogyakarta

Dalam pelaksanaan, pihak Sweet Sundae menerapkan aturan pembayaran tunai. Yuki menyebut langkah ini diambil karena sempat mengalami kendala keuangan pada Februari lalu. Sweet Sundae rata-rata memasok antara 3.000-3.600 porsi susu per SPPG setiap hari. Namun, hal itu tergantung lagi dengan keinginan SPPG.

Adapun saat ini, Yuki mencatat, sudah ada sebanyak 17 SPPG yang bermintra dengan Sweet Sundae, beberapa di antaranya berada di Magelang, Purworejo, Cilacap, Kudus, Semarang, dan Pacitan. 

Secara umum, Yuki mengira-ngira, Sweet Sundae dapat mencetak omzet bulanan mencapai Rp200 juta. Omzet ini di luar pendapatan dari pemasok susu MBG dan gelato.

Ke depan, Yuki dan Andro tak menutup keinginan untuk terus memperlebar sayap bisnisnya. Tak hanya fokus ekspor ke UAE, Sweet Sundae juga akan mencoba untuk ekspor ke Eropa. Dalam waktu dekat, Sweet Sundae juga berencana memindahkan pabrik ke Yogyakarta. Dengan begitu, pabrik yang berada di Sleman akan otomatis ditutup alias tidak beroperasi lagi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar