03 November 2025
13:28 WIB
Surplus Dagang Sampai September US$33,48 M, AS-India Donatur Utama
BPS melaporkan neraca dagang barang kumulatif Januari-September 2025 naik US$11,30 miliar menjadi US$33,48 miliar. AS dan India menjadi 'donatur' surplus neraca dagang tertinggi sejauh ini dengan RI.
Penulis: Erlinda Puspita
Ilustrasi - Suasana aktivitas bongkar muatan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Antara Foto/Asprilla Dwi Adha
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, neraca perdagangan barang Indonesia pada September 2025 mengalami surplus senilai US$4,34 miliar. Surplus ini menjadi yang ke-65 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan, surplus neraca dagang tersebut ditopang paling besar dari ekspor nonmigas senilai US$5,99 miliar. Sedangkan, ekspor migas tetap menyumbang defisit sebesar US$1,64 miliar.
“Komoditas (nonmigas) penyumbang surplus utamanya adalah lemak dan minyak hewani atau nabati (HS15), kemudian bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72),” ungkap Pudji dalam Rilis BPS, Jakarta, Senin (3/11).
Baca Juga: Ekspor RI Naik 8,14%, Terdongkrak Industri Pengolahan-Pertanian
Adapun penyumbang defisit terbesar pada ekspor sektor migas berasal dari minyak mentah dan hasil minyak.
Lebih lanjut, Pudji menjelaskan, kondisi neraca perdagangan barang kumulatif Januari-September 2025 naik US$11,30 miliar dibanding periode sama tahun sebelumnya. Tercatat, surplus neraca dagang naik dari US$22,18 miliar di Januari-September 2024 menjadi US$33,48 miliar.
Secara rinci, kenaikan surplus kumulatif tersebut berasal dari ekspor nonmigas yang mengalami kenaikan US$9,95 miliar, dari tahun lalu senilai US$37,25 miliar menjadi US$47,20 miliar di tahun ini.
Sedangkan, defisit ekspor migas secara kumulatif tahun ini menurun sebesar US$1,36 miliar, dari tahun lalu US$15,07 miliar mengecil jadi US$13,71 miliar.
Negara-Kawasan Penyumbang Surplus Dagang RI Sampai September
Pudji juga membeberkan, AS menjadi negara penyumbang surplus neraca dagang kumulatif sejauh ini dengan RI, dari US$10,37 miliar pada Januari-September 2024 menjadi US$13,48 miliar saat ini.
Berikutnya, India juga ikut menjadi 'donatur' neraca dagang RI sejauh ini senilai US$10,45 miliar, walaupun capaian ini menciut dari periode sama di tahun lalu yang senilai US$11,10 miliar.
Surplus dagang berikutnya datang dari perdagangan dengan Filipina yang mencatat surplus US$6,54 miliar, walau lagi-lagi nilai ini turun tipis dari periode sama di tahun lalu yang sekitar US$6,70 miliar.
Lalu, surplus dagang juga ditopang oleh kegiatan perdagangan dengan kawasan ASEAN senilai US$5,68 miliar, capaian ini naik drastis dari tahun lalu yang senilai US$1,94 miliar.
Kemudian, perdagangan dengan Uni Eropa juga ikut surplus US$5,61 miliar, naik dari tahun lalu yang hanya sekitar US$3,43 miliar. Serta surplus dagang dengan negara lainnya senilai US$13,48 miliar atau naik dari tahun sebelumnya senilai yang sekitar US$9,20 miliar.
Di sisi lain, tercatat pula negara atau kawasan penyumbang defisit neraca dagang dengan RI di periode yang sama.
“Negara penyumbang defisit terdalam adalah Tiongkok sebesar minus US$14,32 miliar, kemudian Australia minus US$4,01 miliar, kemudian Singapura minus US$3,43 miliar,” imbuh Pudji.
Penting diketahui, defisit neraca dagang dengan Tiongkok periode tahun ini jauh lebih dalam dari tahun lalu yang mencatatkan minus US$8,72 miliar.