c

Selamat

Minggu, 16 November 2025

EKONOMI

28 Oktober 2023

17:23 WIB

Suku Bunga Acuan BI Diproyeksi Masih Tinggi di Tahun Politik 2024

Mendekati masa puncak tahun politik tahun 2024, pola konsumsi bakal meningkat. Padahal umumnya kenaikan suku bunga membatasi konsumsi.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

Suku Bunga Acuan BI Diproyeksi Masih Tinggi di Tahun Politik 2024
Suku Bunga Acuan BI Diproyeksi Masih Tinggi di Tahun Politik 2024
Pekerja menyelesaikan pembuatan bendera partai politik di usaha sablon rumahan Pak Sakun di Bukit Duri, Jakarta, Kamis (26/10/2023). ValidNewsID/Fikhri Fathoni

JAKARTA - Belakangan, Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6%. 

Dengan demikian, ini merupakan kenaikan BI rate pertama yang diputuskan Dewan Gubernur BI setelah beberapa bulan. Sebelumnya, terakhir kali kenaikan pada 19 Januari 2023 menjadi 5,75% dari level 5,50% pada 22 Desember 2023. 

Adapun, kenaikan suku bunga ini dilakukan dalam upaya memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dari dampak meningkat tingginya ketidakpastian global. Sekaligus, sebagai langkah pre-emptive dan forward looking untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor (imported inflation). 

Lantas, bagaimana dengan proyeksi tahun depan? Apakah suku bunga acuan BI akan tetap tinggi di tahun politik 2024? 

Baca Juga: Ini Sederet Pertimbangan BCA Naikkan Suku Bunga

Pengamat Perbankan dan Praktisi Sistem Pembayaran Arianto Muditomo turut menyoroti hal ini. Dia memproyeksikan bahwa suku bunga acuan BI diperkirakan masih tinggi di tahun 2024. 

Hal itu disampaikannya setelah mempertimbangkan berbagai hal. Salah satunya adalah perkiraan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed yang baru akan menurunkan suku bunga pada semester II/2024. 

"Dengan perkiraan The Fed baru akan menurunkan suku hunga pada semester II/2024, di mana puncak tahun politik Indonesia di semester I/2024 dan kondisi geopolitik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel yang belum menunjukkan arah penyelesaian yang pasti, maka suku bunga acuan BI diperkirakan masih tinggi di tahun 2024," terang lelaki yang akrab disapa Didiet kepada Validnews, Sabtu (28/10). 

Pengendalian nilai tukar Rupiah dan inflasi akan menjadi tujuan bank sentral melalui beberapa instrumen kebijakan yang diterapkan seperti suku bunga acuan, penerbitan surah berharga valas, DHE dan kolaborasi dengan kementerian terkait. 

Dampak Kenaikan Suku Bunga 
Terkait dengan konsumsi, Didiet menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan bank sentral menyebabkan biaya pinjaman konsumen meningkat, mengurangi daya beli mereka, dan mengakibatkan pengurangan pengeluaran konsumen untuk barang dan jasa lainnya. 

Namun, mendekati masa puncak tahun politik tahun 2024, dia memperkirakan bahwa pola konsumsi justru meningkat. Hanya saja kenaikan konsumsi pada barang dan jasa terkait kampanye, media dan hiburan, makanan, minuman, properti, serta pariwisata, terutama di wilayah yang menjadi pusat kampanye politik. 

"Kenaikan konsumsi ini tidak secara langsung terjadi karena perubahan suku bunga acuan," imbuhnya. 

Baca Juga: Suku Bunga Acuan BI Naik, Ini Respons Bank Mandiri

Senada, kepada Validnews, Sabtu (28/10), Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira mengatakan bahwa masih banyak ketidakpastian dari keputusan Fed bulan November. 

"Di satu sisi ada kebutuhan untuk mengendalikan inflasi akibat tren ekonomi AS yang mulai membaik," kata Bhima. 

Menurutnya, semakin baik indikator ekonomi AS, justru kenaikan suku bunga acuan probabilitasnya semakin tinggi. 

Tapi di sisi yang lain, terdapat tekanan Fed untuk lebih memperhatikan imbal hasil surat utang AS yang naik signifikan menjadi 4,9% untuk tenor 10 tahun. 

Bhima menuturkan, kenaikan imbal hasil surat utang AS yang tajam juga mengancam ekonomi negara berkembang mitra AS seperti Indonesia. 

"AS tidak mau ya Indonesia terlalu dalam melemah rupiahnya dan sebabkan investasi AS di Indonesia juga berisiko secara politik terutama jelang pemilu," pungkas Bhima. 

Sekadar informasi, The Fed saat ini masih menahan suku bunga acuannya di kisaran 5,25%-5,5% pada September 2023. The Fed terakhir kali menaikkan suku bunga pada Juli 2023, tepat setelah International Monetary Fund (IMF) merilis proyeksi ekonomi yang pesimistis untuk AS.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar