24 April 2024
21:00 WIB
Studi VIDA: Bahaya Deepfake dan Imbasnya Terhadap Ekonomi dan Bisnis
Deepfake menggunakan AI untuk membuat video dan audio palsu yang realistis, sehingga mengancam keamanan bisnis dan integritas identitas.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Fin Harini
Ilustrasi deepfake atau kebohongan menggunakan wajah orang lain. Shutterstock/MDV Edwards
JAKARTA - VIDA mengumumkan peluncuran whitepaper “WHAT THE FAKE?: Siapkah Bisnis di Indonesia Melawan Penipuan Deepfake yang Dihasilkan AI?”. Laporan ini mengungkapkan kesenjangan kesadaran terkait ancaman deepfake. Tercatat, hanya 58% profesional di Indonesia yang mengetahui tentang deepfake, dan 90% tidak yakin bagaimana cara melawan penipuan deepfake secara efektif.
Lebih lanjut, tercatat 72% profesional menganggap ancaman terhadap keamanan data pribadi. Serta 7 dari 10 profesional mengenal penipuan deepfake, utamanya tentang penipuan uang (24%) dan pencurian identitas (21%).
Founder and Group CEO of VIDA, Niki Luhur menekankan gawatnya situasi ini. Menurutnya, kebutuhan akan solusi keamanan siber yang tangguh menjadi semakin mendesak. Sebelumnya, Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan 361 juta serangan siber pada Januari hingga Oktober 2023 yang mengakibatkan kerugian finansial sebesar Rp14,5 triliun.
"Ketika bahaya penipuan digital semakin meningkat, penipuan AI generatif seperti deepfake, adalah salah satu ancaman paling berbahaya bagi identitas individu dan perusahaan," kata dia dikutip, Rabu (24/4).
Niki menjelaskan, teknologi deepfake memperkenalkan era baru ancaman dunia maya yang mampu menghancurkan kepercayaan dan keamanan dalam interaksi bisnis digital dalam sekejap.
"Hal ini mengkhawatirkan karena sebagian besar profesional melakukan aktivitas dalam ketidaktahuan, rentan terhadap jenis penipuan digital yang dapat langsung mengurangi kepercayaan dan keamanan. Kita dipanggil untuk mengambil tindakan untuk mempersenjatai diri kita melawan ancaman dunia maya yang canggih ini," jelas dia.
Sebagai informasi, deepfake menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat video dan audio palsu yang realistis, sehingga mengancam keamanan bisnis dan integritas identitas. Deepfake meningkatkan risiko reputasi negatif dan keamanan komunikasi.
"Meski risiko ancaman deepfake disadari, banyak pelaku bisnis yang belum sepenuhnya memahami cara mengatasi penipuan berbasis AI ini, menunjukan perlunya strategi keamanan yang lebih canggih di era digital," tambahnya lagi.
Baca Juga: Mengenal Deepfake Dan Tetap Aman Dari Kepalsuan
Dampak Ekonomi & Operasional dari Deepfake
Masih dalam studi yang sama, disebutkan bahwa deepfake akan sangat berpengaruh pada dampak ekonomi dan operasional suatu bisnis. Pertama, bisnis akan mengalami kerugian finansial. Ini lantaran deepfake dapat menyebabkan penipuan transaksi, di samping akibat hukum yang mahal dan potensi denda untuk pelanggaran data.
Kedua, kerugian reputasi. Penipuan berbasis Al seperti deepfake dapat berakibat buruk bagi reputasi perusahaan, yang menyebabkan hilangnya kepercayaan pelanggan dan potensi penurunan bisnis.
Ketiga, peningkatan biaya operasional. Perusahaan sering mengalami kenaikan biaya operasional setelah insiden penipuan deepfake, termasuk investasi dalam teknologi keamanan lebih canggih.
Keempat, penyesuaian kebijakan dan strategi. Perusahaan perlu menyesuaikan strategi keamanan, meningkatkan pengawasan komunikasi media, dan memverifikasi sumber dengan lebih ketat untuk mencegah insiden deepfake di masa depan.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Samuel Abrijani Pangerapan menyoroti pentingnya dukungan edukasi serta kesadaran untuk memperbaharui teknologi keamanan digital yang digunakan. Ia menilai, masyarakat perlu memahami dan mengantisipasi ancaman digital ini.
"Perlu penerapan best practice dan juga kebijakan tata kelola yang memadai. Bentuk kejahatan siber terus berkembang, maka pelaku industri juga harus adaptif. Saya mengapresiasi VIDA sebagai salah satu Penyelenggara Sertifikasi Elektronik (PSrE) Indonesia yang merancang solusi pertahanan berlapis untuk mendeteksi dan menetralisir penipuan siber secara efektif," kata dia.
Baca Juga: Mengenal Cara Kerja Deepfake
VIDA Deepfake Shield
Untuk mengatasi tantangan besar ini, VIDA dengan memperkenalkan VIDA Deepfake Shield, solusi pertahanan berlapis yang dirancang untuk memberdayakan bisnis digital dalam mendeteksi dan menetralisir penipuan deepfake secara efisien.
Chief Operating Officer VIDA, Victor Indajang menjelaskan, solusi ini dirancang berdasarkan tiga prinsip utama berupa verifikasi identitas real-time untuk mengautentikasi semua pengguna, integrasi tanpa batas di seluruh platform digital, dan mekanisme pertahanan eksklusif yang inovatif untuk melindungi dari serangan virus ancaman digital yang canggih.
"Dengan memverifikasi identitas secara instan, kami memastikan bahwa transaksi tetap cepat dan aman, secara langsung mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh deepfake," ucap dia.
Selanjutnya integrasi yang mulus di seluruh platform, ini dirancang dengan mempertimbangkan kemampuan beradaptasi, mudah terintegrasi ke dalam infrastruktur yang ada, meningkatkan keamanan tanpa mengganggu pengalaman pengguna.
Terakhir pertahanan tingkat lanjut menggunakan teknologi mutakhir seperti Passive Liveness Detection dan Biometric Attack Prevention, VIDA Deepfake Shield menawarkan perlindungan terhadap teknik penipuan digital, termasuk deepfakes, presentation attacks, dan injection attacks.
"Seiring dengan terus berkembangnya lanskap ancaman digital, komitmen VIDA untuk memerangi penipuan deepfake melalui solusi keamanan siber yang inovatif memastikan pelaku usaha dan konsumen dapat berinteraksi dengan percaya diri dan aman di dunia digital. Kejahatan deepfake di mana-mana, lindungi dengan VIDA Deepfake Shield," tandasnya.