c

Selamat

Jumat, 7 November 2025

EKONOMI

24 April 2025

10:51 WIB

Sri Mulyani: Stabilitas Keuangan Kuartal I Terjaga, Kuartal II Waspada

Kewaspadaan terhadap stabilitas sistem keuangan di kuartal kedua menyusul dampak lanjutan perang dagang dan ketidakpastian pasar keuangan global.

Penulis: Siti Nur Arifa

Editor: Khairul Kahfi

<p>Sri Mulyani: Stabilitas Keuangan Kuartal I Terjaga, Kuartal II Waspada</p>
<p>Sri Mulyani: Stabilitas Keuangan Kuartal I Terjaga, Kuartal II Waspada</p>

Menkeu Sri Mulyani mewaspadai ketidakpastian global yang dipicu kebijakan Pemerintah AS dapat mengganggu stabilitas sistem keuangan di kuartal II/2025, Jakarta, Kamis (24/4). Tangkapan layar

JAKARTA - Menteri Keuangan sekaligus anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani memastikan, stabilitas sistem keuangan nasional pada kuartal I/2025 tetap terjaga. Kondisi ini berhasil Indonesia capai di tengah ketidakpastian ekonomi global.

"Situasi sistem keuangan stabilitas sistem keuangan triwulan I-2025 tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global," ujar Menkeu Sri dalam konferensi pers KSSK, Kamis (24/4).

Meski demikian, Sri mengingatkan, masih terjadinya situasi ketidakpastian global yang tetap membayangi. Hal tersebut, menurutnya, dipicu oleh dinamika kebijakan tarif dagang  pemerintah Amerika Serikat (AS) yang memunculkan eskalasi perang dagang.

"Memasuki kuartal II/2025 downside risk (risiko penurunan ekonomi) terpantau masih tinggi, sehingga perlu terus dicermati dan diantisipasi ke depan," tambahnya.

Baca Juga: Gara-Gara Trump, Pertumbuhan Kredit Perbankan Diramal Tak Sesuai Target BI

Lebih jauh, Menkeu menjelaskan, kondisi ketidakpastian yang terjadi telah mendorong perilaku penghindaran risiko para pengusaha dan pemilik modal, serta meningkatkan penurunan imbal hasil obligasi AS atau yield US treasury dan pelemahan indeks mata uang dolar AS (DXY).

Adapun kondisi tersebut terjadi di tengah peningkatan ekspektasi penurunan suku bunga acuan bank sentral AS Federal Reserve.

Jadi, menurut dia, aliran modal dunia mengalami pergeseran dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman, atau safe haven asset, terutama aset keuangan di Eropa dan Jepang serta ke komoditas emas.

"Sementara itu, aliran keluar terjadi dari modal dari negara-negara berkembang yang berlanjut, sehingga menimbulkan tekanan terhadap pelemahan mata uang di berbagai negara berkembang, termasuk rupiah," beber Menkeu Sri.

Memperhitungkan kondisi tersebut, Menkeu Sri mengungkap bahwa KSSK sepakat untuk meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi dan kebijakan dari lembaga-lembaga anggota KSSK.

"Rapat KSSK menyepakati untuk terus meningkatkan kewaspadaan serta memperkuat koordinasi dan kebijakan dari lembaga-lembaga anggota KSSK dalam upaya memitigasi potensi dampak rambatan faktor risiko global, sekaligus meningkatkan upaya memperkuat perekonomian dan sektor keuangan dalam negeri," jelas Sri.

IMF Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2025 Ambles
Sebelumnya, Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas menyampaikan, pihaknya menurunkan proyeksi pertumbuhan global menjadi 2,8% di tahun ini. Penurunan ini disebabkan ketidakpastian perdagangan dan tarif serta risiko terhadap pasar keuangan dunia. 

“Lonjakan ketidakpastian kebijakan merupakan pendorong utama prospek ekonomi. Jika terus berlanjut, peningkatan ketegangan perdagangan dan ketidakpastian akan memperlambat pertumbuhan global secara signifikan, yang mencerminkan kompleksitas ini," tegas Gourinchas, Selasa (22/4). 

Baca Juga: Airlangga Yakin Ekonomi RI Kokoh Dan Tangguh Hadapi Ketidakpastian Global

Lebih lanjut, laporannya juga juga telah memasukkan 'sentimen' pengumuman kebijakan hingga 4 April 2025 oleh AS dan mitra dagang. Berdasarkan prakiraan acuan ini, pertumbuhan global akan mencapai 2,8% tahun ini dan 3% tahun depan. 

"Penurunan kumulatif sekitar 0,8 poin persentase dibandingkan dengan Januari 2025,” sebutnya.

Namun dengan konflik geopolitik, meningkatnya ketegangan perdagangan, dan pemilu yang mengancam serta perubahan kepemimpinan di negara-negara ekonomi utama di seluruh dunia, muncul ketidakpastian yang cukup besar.

Dengan kondisi tersebut, Dana Moneter Internasional menyerukan agar semua negara menciptakan lingkungan perdagangan yang jelas, stabil, dan dapat diprediksi. Sehingga dapat mengatasi beberapa kesenjangan yang sudah lama ada dalam aturan perdagangan internasional.

Gourinchas juga mengingatkan, kebijakan moneter harus tetap gesit dan merespons dengan memperketat kebijakan jika tekanan inflasi kembali muncul, sementara melonggarkan kebijakan bila permintaan yang lemah mendominasi. 

"Kredibilitas kebijakan moneter akan menjadi kunci, terutama jika ekspektasi inflasi memenuhi jangkar dan independensi bank sentral tetap menjadi landasan,” kata Gourinchas.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar