c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

24 April 2025

08:29 WIB

Gara-Gara Trump, Pertumbuhan Kredit Perbankan Diramal Tak Sesuai Target BI

Menurut Perry, ada beberapa faktor yang menyebabkan kredit perbankan sepanjang tahun 2025 ini akan lesu atau tidak sesuai dengan target yang ditetapkan Bank Indonesia.

Penulis: Fitriana Monica Sari

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Gara-Gara Trump, Pertumbuhan Kredit Perbankan Diramal Tak Sesuai Target BI</p>
<p id="isPasted">Gara-Gara Trump, Pertumbuhan Kredit Perbankan Diramal Tak Sesuai Target BI</p>

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan pers terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (20/3/2024). ValidNewsID/Darryl Ramadhan

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan bahwa pertumbuhan kredit perbankan akan menuju ke batas bawah kisaran 11-13% pada tahun 2025. Hal itu disebabkan dari faktor permintaan dan penawaran.

"Untuk pertumbuhan kredit, tentu saja 2025, kami tadi sampaikan bahwa kecenderungannya berbagai asesmen memberikan kecenderungan atau risiko bahwa pertumbuhan kredit tahun 2025 akan menuju ke batas bawah kisaran 11-13%," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers secara daring, Rabu (23/4).

Menurut Perry, ada beberapa faktor yang menyebabkan kredit perbankan sepanjang tahun 2025 ini akan lesu atau tidak sesuai dengan target yang ditetapkan Bank Indonesia.

Baca Juga: BI: Pertumbuhan Kredit Perbankan Maret 2025 Melambat

Salah satunya adalah akibat kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yaitu penetapan tarif resiprokal untuk sejumlah negara termasuk Indonesia, yang sebesar 32%.

Imbasnya, dari sisi permintaan, ada sejumlah sektor yang terdampak dari dinamika kebijakan tarif Trump. Di sisi lain, ada sejumlah sektor yang berpeluang meningkatkan ekspor.

"Ada sektor-sektor yang pertumbuhan kredit masih bagus, tapi juga sektor-sektor yang memang pertumbuhan kreditnya atau pangsa pertumbuhan kreditnya itu masih terbatas," jelas Perry.

Dari sisi penawaran dari perbankan, Bank Indonesia menyampaikan terima kasih kepada perbankan karena minat bank dalam menyalurkan kredit (lending appetite) masih bagus. Pun demikian dengan kondisi likuiditas yang masih bagus.

Akan tetapi, Perry mengakui bahwa masih ada sejumlah bank yang perlu terus didorong dalam meningkatkan pendanaan.

Oleh karena itu, Bank Indonesia akan memperkuat implementasi rasio pendanaan luar negeri (RPLN) untuk mendorong pendanaan perbankan bagi manajemen likuiditas dan penyaluran kredit ke sektor riil.

"Itu kenapa BI akan memperkuat implementasi RPLN (rasio pendanaan luar negeri), sehingga manajemen likuiditas semakin baik dan bisa mendorong penyaluran kredit," katanya.

Selain itu, Bank Indonesia juga akan terus memperkuat kebijakan makroprudensial yang akomodatif, termasuk mengoptimalkan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

"Bank Indonesia juga akan terus mempererat koordinasi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk mendorong pertumbuhan kredit dalam mendukung pembiayaan ekonomi,” tutur Perry.

Baca Juga: BI: Kredit Perbankan Tumbuh 10,37% Secara Tahunan

Perlu diketahui, kredit perbankan pada Maret 2025 tumbuh sebesar 9,16% secara tahunan (year on year/yoy), didorong oleh sisi penawaran dan permintaan. Meski terbilang besar, pertumbuhan kredit pada Maret 2025 lebih rendah jika dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 10,30% (yoy).

Adapun, likuiditas perbankan tercatat memadai, yang tercermin dari rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) pada Maret 2025 yang tinggi sebesar 26,22%.

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan pada Februari 2025 tercatat tinggi sebesar 26,95%.

Risiko kredit tetap terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) perbankan yang rendah, sebesar 2,22% (bruto) dan 0,81% (neto) pada Februari 2025.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar