27 September 2025
15:03 WIB
Simak Lima Eksportir Produk Halal Terbesar, Indonesia Tak Termasuk
SGIE 2024/2025 menyebut Indonesia berada diurutan ke 8 dalam 10 besar negara eksportir produk halal, turun dari posisi sebelumnya di SGIE 2023/2024.
Editor: Fin Harini
Seorang pengunjung mengambil makanan di sebuah restoran di Jakarta yang sudah memasang label halal u ntuk produk yang dijajakannya. ValidNews.ID/ Faisal Rachman
JAKARTA - The State Global Islamic Economy Indicator (SGIE) 2024/2025 yang dipublikasikan beberapa waktu lalu menunjukkan Indonesia sudah tidak lagi masuk dalam jajaran lima besar eksportir produk halal ke negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) atau Organisation of Islamic Cooperation (OIC).
Dalam laporan yang dipublikasikan DinarStandard bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) dan Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC) beberapa waktu lalu, Indonesia menduduki peringkat ke 8 dengan nilai ekspor US$11,05 miliar.
Berdasarkan laporan ini, pada 2023, terdapat lima negara yang menjadi pengekspor makanan halal terbesar ke negara OKI, dengan nilai sebesar US$196,3 miliar. Kelima negara itu adalah Brazil sebesar US$26,53 miliar, India US$21,9 miliar, Rusia US$19,45 miliar, Amerika Serikat US$13,19 miliar dan Turki US$12,98 miliar.
Baca Juga: Kemenperin Ungkap Penyebab RI Peringkat Ke-8 Ekspor Produk Halal Ke Negara OKI
Di peringkat berikutnya Uni Emirat Arab dengan nilai US$12,64 miliar, China US$11,22 miliar, Indonesia US$11,05 miliar, Australia US$10,41 miliar dan Argentika US$9,02 miliar.
Pada laporan periode sebelumnya, yakni SGIE 2023/2004, Brazil menduduki peringkat pertama dari lima besar negara eksportir makanan halal ke OKI. Sementara Indonesia berada di peringkat kelima.
Lebih rinci, Brazil dengan total nilai ekspor US$27,9 miliar, lalu disusul India senilai US$24,3 miliar, Amerika Serikat US$15,4 miliar, Rusia US$14,4 miliar, dan Indonesia senilai US$13,1 miliar.
Di sisi impor, Indonesia justru masuk dalam lima besar negara OKI yang menjadi importir terbesar makanan halal. Laporan ini mencatat pada 2023, impor oleh lima negara OKI ini mencapai US$293,6 miliar.
Rinciannya, Arab Saudi sebesar US$27,41 miliar, Indonesia US$25,48 miliar, Turki US$22,55 miliar, Malaysia US$20,76 miliar dan Uni Emirat Arab US$20,68 miliar.
Nilai Pasar Makanan Halal Global
SGIE 2024/2025 menyebut pasar makanan halal global mencapai US$1,43 triliun pada 2023. Jumlah ini dibelanjakan oleh sekitar 2 miliar umat muslim di seluruh dunia.
Diperkirakan pasar makanan halal akan bertumbuh menjadi US$1,94 triliun pada 2028 (6,2% CAGR).
Indonesia jadi penyumbang utama dengan nilai US$159,6 miliar, diikuti Bangladesh US$138,5 miliar dan Mesir US$116,8 miliar. Lalu ada Turki US$102 miliar, Arab Saudi US$93,1 miliar, Nigeria US$97,7 miliar, Pakistan US$83,9 miliar, Iran US$82,2 miliar, India US$63,2 miliar, Algeria US$38,3 miliar dan sisanya US$468,8 dari berbagai negara lainnya.
Total ekspor produk makanan halal negara OKI mencapai US$196,3 miliar, dengan total impor mencapai US$293,58 miliar. Dengan demikian, terdapat defisit US$97,28 miliar.
Produk yang paling banyak diimpor oleh negara OKI adalah serealia dengan porsi 21,22%, lemak dan minyak hewani atau nabati 10,07%, gula dan kembang gula 7,07%, minyak dari biji dan buah-buahan berminyak 6,51%, produk susu dan hewan 6,25%, ampas dan pakan ternak 5,89%. Sisanya masuk kategori lain-lain sebesar 42,97%.
Baca Juga: Target Jadi Pusat Industri Halal Dunia 2045, Ini 3 Syarat Kemenperin
Industri makanan halal juga sudah menarik investasi senilai US$1,3 miliar dengan jumlah kesepakatan mencapai 29 kesepakatan. SGIE 2024/2025 melaporkan ada lima negara yang berhasil menarik investasi terbesar yakni Maroko US$610,1 juta, Uni Emirat Arab US$397,9 juta, Arab Saudi US$144,4 juta, Indonesia US$115,4 juta dan Nigeria US$16,3 juta.
Beberapa hal yang menjadi kunci perkembangan industri makanan halal adalah investasi JBS di Saudi senilai US$50 juta dan meningkatkan output hingga dua kali lipat. Berikutnya, Pakta pengakuan bersama halal baru Indonesia-UEA-Turki-Malaysia mengurangi duplikasi audit dan biaya.
Langkah Isla Delice membeli Gurka dan Takul telah mendorong ekspansi produk makanan halal di Eropa. Lalu, pertanian vertikal menggunakan tenaga surya oleh Pure Food di Uni Emirat Arab telah menghemat penggunaan air hingga 95%. Terakhir, aktivitas mendorong produk minuman kola lokal di beberapa negara telah mendorong penjualan produk tersebut.