20 Oktober 2025
14:16 WIB
Setahun Sektor Industri Prabowo; Tumbuh 4,94%-Unggul Di ASEAN
Kemenperin mengungkapkan kinerja sektor Industri Pengolahan Nonmigas (IPNM) selama setahun kepemimpinan Presiden Prabowo menunjukkan kinerja positif dan unggu di ASEAN.
Penulis: Erlinda Puspita
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita (kedua dari kanan) dalam agenda Konferensi Pers Satu Tahun Industrialisasi: Ekonomi Indonesia Tumbuh Tangguh di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (20/10). ValidNewsID/Erlinda PW
JAKARTA - Kemenperin melaporkan sektor Industri Pengolahan Nonmigas (IPNM) menunjukkan kinerja positif, dengan mengalami pertumbuhan 4,94% sepanjang periode kuartal IV/2024 hingga kuartal II/2025. Pertumbuhan tersebut berhasil berkontribusi 17,24% terhadap PDB Indonesia selama periode yang sama.
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, dari nilai ekspor sektor IPNM sepanjang periode itu berhasil membukukan nilai ekspor sebanyak US$202,9 miliar. Capaian ini sekitar 78,75% dari total nilai ekspor nasional yang mencapai US$297,6 miliar.
“(Sektor IPNM) ini mencerminkan kecenderungan sektor manufaktur yang tetap ekspansif dan mempertahankan peran strategisnya sebagai tulang punggung ekonomi nasional,” ucap Agus dalam Konferensi Pers Satu Tahun Industrialisasi: Ekonomi Indonesia Tumbuh Tangguh di Kantor Kemenperin, Jakarta, Senin (20/10).
Baca Juga: PMI Manufaktur Di Zona Ekspansif, Menperin: Daya Tahan Industri Terjaga
Sebagai tambahan, kinerja sektor industri ini merupakan capaian genap setahun ketika Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029 pada 20 Oktober 2024.
Berdasarkan data yang sama, dia juga menyorot nilai ekspor industri pengolahaan Indonesia sepanjang 2024 dan 2025 masih lebih rendah dibandingkan Malaysia, Vietnam, dan Thailand.
Meski demikian, Agus menegaskan, peringkat Indonesia berdasarkan data Manufacturing Value Added (MVA) dari World Bank menunjukkan, Indonesia berada di peringkat ke-13 untuk skala global, yakni dengan perolehan nilai US$265,07 miliar.
Baca Juga: PMI Manufaktur Dan IKI Turun, Menperin Optimis Manufaktur Tumbuh
Adapun untuk skala ASEAN, Indonesia menduduki peringkat pertama, disusul Thailand senilai US$128,04 miliar, Vietnam senilai US$116,38 miliar, Malaysia US$94,93 miliar, dan Singapura senilai US$88,40 miliar.
“Kenapa ini bisa terjadi? Karena output dari produk-produk manufaktur di Indonesia hanya 25% yang tujuannya ekspor, dan 75% domestik. Ini menunjukkan bahwa struktur dari industri manufaktur kita sangat kuat dan jauh lebih kuat dari negara-negara lain,” imbuh Agus.
Baca Juga: Terjalnya Jalan Mencapai Puncak Predikat Eksportir Pangan Halal Dunia
Berikutnya, Agus juga memaparkan mengenai kinerja positif Indonesia di bidang investasi sektor manufaktur yang masih terjaga dengan baik. Ia melaporkan realisasi investasi industri manufaktur periode Oktober 2024 hingga Juni 2025 mencapai Rp568,4 triliun atau 40,72% dari total investasi nasional.
“Sejalan dengan pertumbuhan positif investasi manufaktur, IPNM juga mencatat penyerapan 19,55 juta tenaga kerja atau 13,41% dari total penyerapan tenaga kerja nasional,” tutur Agus.