19 Mei 2025
12:59 WIB
Sepuluh Wirausaha Industri Fesyen dan Kriya Masuk Program CBI Kemenperin
Program Creative Business Incubator (CBI) yang digelar Kemenperin memberikan pendampingan bagi pelaku wirausaha di industri fesyen dan kriya untuk naik kelas.
Editor: Fin Harini
Ilustrasi. Pengunjung melihat produk fesyen yang di jual di Toko Pasar Kreatif di PVJ Mal di Bandung, Jawa Barat, Kamis (17/4/2025). AntaraFoto/Raisan Al Farisi
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggelar program pendampingan bagi pengusaha industri kecil menengah (IKM) sektor kriya dan fesyen melalui program Creative Business Incubator (CBI), agar naik kelas ke skala bisnis yang lebih besar dan menaikkan omzet penjualan produk.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menuturkan, program ini berupaya mencetak wirausaha baru, khususnya generasi muda di berbagai daerah untuk menjadi pengusaha industri yang adaptif.
Adapun 10 peserta terpilih dalam Coaching CBI 2025, yaitu Delova Wardro, Hanabira, CV. Amod Bali, Wira’s Silver Bali, PT Karya Rappo Indonesia, Kalasiris, JB Etnnic, Astraea Leather Craft, dan Ulur Wiji.
“Harapannya mereka dapat mengikuti jejak sukses para alumni CBI yang berhasil meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan omzet dan naik kelas dari skala mikro ke kecil atau dari skala kecil ke skala menengah,” papar Reni dikutip dari keterangannya di Jakarta, Senin (19/5).
Program CBI 2025 diadakan Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) melalui Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK), dengan menjalin kerja sama dengan praktisi dan akademisi di bidang kewirausahaan dan bisnis.
Program coaching ini merupakan tahap pendampingan kedua setelah pendampingan klasikal inkubator bisnis yang digelar tahun lalu.
Baca Juga: Ikut Bazar Bisa Bantu Naikkan Penjualan UMKM selama Ramadan
“Penelitian menunjukkan bahwa bisnis akan lebih bertahan dan berkembang jika mendapatkan pendampingan dari mentor. Melalui coaching CBI ini, sebanyak 10 IKM terpilih akan didampingi seorang mentor yang akan membantu menjawab permasalahan yang dialami dalam pengembangan bisnisnya sehingga mampu naik kelas,” katanya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Universitas Ciputra, sebanyak 74,03% bisnis akan bertahan dan berkembang setelah didampingi oleh mentor. Pendampingan yang tepat, menurut riset tersebut, akan mempercepat pertumbuhan, mengurangi risiko kegagalan, dan mendorong terciptanya bisnis yang lebih berkelanjutan.
Oleh sebab itu, menurut Reni, kerja sama pendampingan di bidang kewirausahaan ini menjadi program penting demi meningkatkan kemampuan dan daya saing pelaku bisnis. Apalagi, dari tahun ke tahun, Program Coaching CBI telah berhasil membantu para alumninya dalam mengatasi permasalahan dan mengembangkan bisnis.
Reni menambahkan, sinergi dan kolaborasi dalam pendampingan bisnis bagi pelaku industri atau wirausaha muda juga diharapkan memperkuat kontribusi industri manufaktur nasional.
Badan Pusat Statistik menyebutkan, sektor industri pengolahan nonmigas di Indonesia tumbuh sebesar 4,31% pada Kuartal I/2025. Sementara itu, kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap PDB juga mengalami peningkatan, yaitu mencapai 17,5% pada periode tersebut.
“Program coaching adalah implementasi dari rencana pengembangan bisnis yang disusun pada tahap kelas klasikal (tahun pertama program CBI). Program Coaching 2025 akan dilaksanakan selama kurang lebih lima bulan, dengan target pendampingan yang terstruktur,” jelas Reni.
Rasio Kewirausahaan
Laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2023 menyebutkan, rasio kewirausahaan Indonesia adalah 21,6% atau lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand (17,8%), Malaysia (13,4%) dan Vietnam (15,2%). Namun, laporan tersebut juga mencatatkan tingginya nilai ini tidak diikuti dengan nilai tambah dan produktivitas yang tinggi.
“Untuk itu, menjadi tantangan bagi kita semua, khususnya pemerintah, akademisi dan sektor swasta, untuk bersinergi guna menciptakan ekosistem kewirausahaan yang lebih baik agar bisa membawa para wirausaha muda naik kelas, sehingga produk lebih bernilai tambah, omset meningkat dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja,” tegas Dirjen IKMA.
Kepala Balai Pemberdayaan Industri Fesyen dan Kriya (BPIFK) Dickie Sulistya mengungkapkan, meskipun para peserta yang terpilih masih berusia muda, namun telah memiliki potensi bisnis yang sangat baik.
"Hal tersebut dapat dilihat dari capaian omset para peserta pada tahun 2024 yang berkisar pada angka ratusan juta hingga miliaran rupiah, dan pertumbuhan omset pada Kuartal I/2025 yang juga menunjukkan konsistensi bisnis," teranya.
Baca Juga: Menteri UMKM Akan Bentuk Holding Fesyen Dan Perluas Akses Pasar
BPIFK juga sudah mendata tentang target kenaikan omset serta ekspektasi para peserta dalam mengikuti coaching, agar materi yang disampaikan sesuai dengan kebutuhan para peserta. "Tentunya potensi tersebut menunjukkan adanya komitmen dan kemauan dari peserta untuk mau belajar, mengembangkan unit usahanya, serta semakin memberikan dampak positif bagi roda perekonomian masyarakat," imbuhnya.
Sejumlah IKM alumni Program Coaching CBI yang berhasil mencetak prestasi dalam event penghargaan dan berpartisipasi pada pameran internasional, antara lain Rubycraft, Smarbatik, dan Lumos. Jenama Rubycraft dari Yogyakarta berhasil terpilih dalam display Best Pitch di Home in Style Hongkong 2025, serta berkolaborasi dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam pengembangan produk berbahan baku sawit yang akan dipamerkan di Jepang pada tahun ini. Rubycraft juga telah menjadi salah satu supplier di toko retail terbesar Jepang, Tri Koins, untuk produk home décor.
Sementara itu, Smarbatik berhasil mengantongi Penghargaan Majalah Sawit Indonesia Bidang Pemasaran Produk Turunan Sawit dan berpartisiapasi pada Innovation Festival Suzhou China pada tahun 2024. Dan Lumos telah berpartisipasi dalam Trainer Color Theory dan Fashion Style untuk Sheisedo Group.