18 November 2023
10:36 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, investor asing non-residen terpantau mulai mengakumulasi lagi instrumen investasi pasar keuangan domestik sebesar Rp7,33 triliun selama 13-17 November 2023.
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, aliran masuk portofolio tersebut didominasi oleh pembelian SRBI maupun SBN. Adapun capaian ini mulai memperbaiki kondisi pasar keuangan domestik setelah pekan lalu investor asing melakukan aksi jual neto Rp1,27 triliun.
“Non-residen di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp7,33 triliun; terdiri dari beli neto Rp2,49 triliun di pasar SBN, beli neto Rp0,87 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp3,97 triliun di SRBI,” jelasnya dalam keterangan resmi yang diterima, Jakarta, Jumat (17/11).
BI mencatat, sepanjang tahun berjalan mengacu data setelmen hingga 16 November 2023, perkembangan nonresiden terpantau positif dengan torehan beli neto Rp56,21 triliun di pasar SBN, jual neto Rp18,09 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp21,02 triliun di SRBI.
“(Sementara itu), premi credit default swap/CDS Indonesia lima tahun per 16 November 2023 sebesar 76,26 basis poin (bps), turun dibandingkan per 10 November 2023 sebesar 83,33 bps,” sebutnya.
Baca Juga: Sah! QRIS Sudah Bisa Dipakai di Singapura
Selain itu, dirinya melaporkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga terpantau menguat jelang akhir pekan ini. Rupiah pada level (bid) Rp15.540 per dolar AS pada akhir Kamis (16/11) dan dibuka level (bid) sebesar Rp15.510 per dolar AS pada jumat pagi (17/11).
Kemudian, yield SBN 10 tahun bergerak turun tipis 5 bps ke level 6,67% pada jumat pagi (17/11), atau melanjutkan penurunan sehari sebelumnya yang sudah turun ke level 6,72%. Adapun, yield SBN saat ini terhitung lebih kompetitif ketimbang Jumat pagi pekan lalu (10/11) yang bertengger di level 6,81%.
Per akhir Kamis (16/11), hasil pantauan BI, Indeks Dolar DXY melemah ke level 104,35 poin terhadap pergerakan enam mata uang negara utama lainnya yakni Euro Eropa, Yen Jepang, Poundsterling Britania Raya, Dolar Kanada, Krona Swedia, dan Franc Swiss.
Baca Juga: BI: Sepanjang 2023, Pelaksanaan Tugas Telah Berjalan Baik
Selanjutnya, Erwin juga menginformasikan, bahwa imbal hasil atau yield surat utang negara yang dikeluarkan pemerintah AS (US Treasury Note/UST) dengan tenor 10 tahun juga terpantau menurun pada Kamis (16/11). “Yield US Treasury Note 10 tahun naik ke level 4,436%,” paparnya.
Ke depan, bank sentral akan terus menjalin koordinasi dengan semua pemangku kepentingan untuk menjaga stabilitas makroekonomi Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses pemulihan ekonomi yang tengah berlangsung hingga kini.
“BI terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut,” katanya.