c

Selamat

Kamis, 25 April 2024

EKONOMI

18 Januari 2023

19:30 WIB

Sepanjang 2022, Daya Saing Industri Hulu Migas Masih Terjaga

Di tengah tingginya harga energi dan aktivitas operasional, SKK Migas masih mampu mengefisienkan penggunaan alokasi cost recovery.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Rheza Alfian

Sepanjang 2022, Daya Saing Industri Hulu Migas Masih Terjaga
Sepanjang 2022, Daya Saing Industri Hulu Migas Masih Terjaga
Ilustrasi. Pekerja PT PHR Regional Sumatera Zona 4 mengecek saluran pipa gas yang menuju Stasiun Kompresor Gas X Prabumulih Barat di Prabumulih, Sumatera Selatan, Sabtu (1/1/2022). Antara Foto/Nova W

JAKARTA – Deputi Keuangan dan Komersialisasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Kurnia Chairi menyebutkan efisiensi operasional di sektor hulu migas terus meningkat pada 2022 lalu.

Kurnia menerangkan tingginya aktivasi operasional hulu migas dapat terjaga seefisien mungkin. Hal itu terlihat dari alokasi cost recovery yang ditetapkan pada APBN 2022 sebesar US$8,65 miliar hanya terserap US$7,8 miliar.

"Alokasi cost recovery sebesar US$8,65 miliar dapat digunakan dengan efisien sehingga hanya terealisasi sebesar US$7,8 miliar atau hanya sebesar 90,1% dari pagu anggaran," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/1).

Tingginya harga energi dunia dan kemampuan menjaga biaya industri hulu migas agar tetap efisien, lanjut dia, menjadi cerminan nyata daya saing sektor tersebut masih terus meningkat.

"Hal itu juga sebagai bukti pengawasan SKK Migas dapat dijalankan secara efektif dan mendorong peningkatan penerimaan negara yang lebih optimal," kata dia.

Baca Juga: Di 2022, Lifting Minyak Sentuh 612 MBOPD dan Salur Gas 5.347 MMSCFD

Asal tahu saja, penerimaan negara dari sektor hulu migas sepanjang tahun 2022 mencapai US$18,19 miliar atau setara Rp269 triliun. 

Angka tersebut jauh melampaui dari target yang telah ditetapkan dalam APBN TA 2022 sebesar Rp9,95 miliar.

Selain itu, capaian penerimaan negara dari sektor hulu migas sepanjang 2022 menunjukkan peningkatan dibandingkan realisasi 2021 yang hanya sebesar US$13,8 miliar. 

Penerimaan negara dari hulu migas tahun lalu itu juga menjadi yang tertinggi sejak tahun 2016.

"Tahun 2022 penerimaan negara adalah yang paling besar sejak 2016. Untuk itu, tahun 2023 ini kita targetkan penerimaan mencapai US$15,88 miliar atau melonjak 159% dari target 2022," sebut Kurnia.

Sementara itu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto menerangkan untuk investasi sektor hulu migas sepanjang 2022 berhasil mencapai US$12,3 miliar atau 93% dari target yang telah ditetapkan sebesar US$13,2 miliar. 

Meski begitu, capaian investasi masih terbilang tumbuh 113% jika dibandingkan realisasi tahun 2021.

"Bahkan jika dibandingkan dengan global, Indonesia masih tumbuh 4%. Artinya, Indonesia masih menjadi negara yang sangat menarik untuk investor," tuturnya.

Khusus untuk investasi eksplorasi sepanjang tahun lalu, SKK Migas mencatat ada sekitar US$800 juta atau meningkat 33% dibandingkan realisasi tahun 2021. Selain itu, investasi eksplorasi 2022 sudah mengalami recover dengan baik setelah pandemi.

Pasalnya, nilai investasi eksplorasi minyak dan gas bumi sepanjang tahun lalu menjadi yang tertinggi sejak 2017 silam yang hanya berada di kisaran US%500 juta hingga US$600 juta.

Baca Juga: Pemerintah Setujui Pengembangan Lapangan Merakes dan Merakes East

"Nilai investasi total dari sektor hulu migas pada 2023 ini ditargetkan mencapai US$15,5 miliar atau meningkat 26% jika dibandingkan realisasi 2022 dan lebih tinggi 6,5% dibandingkan proyeksi investasi global tahun ini," ungkap Dwi Soetjipto.

Tak sekadar dari sisi penerimaan negara dan investasi, Deputi Bidang Dukungan Bisnis SKK Migas Rudi Satwiko memaparkan dukungan hulu migas juga tersalurkan pada peningkatan kapasitas kandungan dalam negeri.

Sepanjang tahun 2022, Rudi menyebut pencapaian Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) pada operasional sektor hulu migas mencapai 64,75% atau lebih besar dibandingkan target 57% dan realisasi tahun 2021 yang hanya 59%.

Capaian TKDN itu, jabar Rudi, terdiri atas pengadaan barang/jasa yang nilainya mencapai US$6,12 miliar dan berhasil dinikmati oleh pengusaha dalam negeri di kisaran US$3,7 miliar.

"Pengusaha dalam negeri bisa menikmati pengadaan barang/jasa sekitar Rp45,5 triliun sehingga industri ini juga berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian nasional dan daerah," ucap Rudi.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar