11 Desember 2023
08:00 WIB
Penulis: Khairul Kahfi
Editor: Fin Harini
BALI - Bank Indonesia (BI) dan Bank of Korea (BOK) mencapai kesepakatan untuk mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi keuangan dan ekonomi (local currency transaction/LCT) dengan target implementasi pada 2024. Sebagai langkah awal implementasi, BI dan BOK sepakat menyusun sebuah framework LCT dalam operational guidelines.
Inisiatif ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) kerja sama penggunaan mata uang lokal kedua bank sentral yang disepakati pada Mei 2023. Kesepakatan ini tecapai di sela High Level Meeting BI-BOK yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali.
“Kami dengan bangga mengumumkan inisiatif bersama antara kedua bank sentral untuk mendorong penggunaan mata uang lokal melalui LCT framework, yang diharapkan dapat diimplementasikan pada 2024,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam siaran pers, Jakarta, Minggu (10/12).
Baca Juga: Indonesia Dorong LCT Secara Masif Di ASEAN
Perry melanjutkan, melalui implementasi kerangka kerja sama LCT ini, perdagangan antarnegara dapat menggunakan kuotasi nilai tukar secara langsung yang disediakan oleh bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD). Hal ini memberikan opsi bagi dunia usaha dalam melakukan transaksi perdagangan dan meningkatkan efisiensi transaksi.
Dalam implementasinya, framework LCT akan memfasilitasi penyelesaian transaksi pembayaran lintas negara di area perdagangan. Dengan demikian, diharapkan dapat meminimalisasi eksposur risiko nilai tukar dan biaya bagi pelaku usaha dan pengguna lainnya.
“Penggunaan mata uang lokal yang luas akan memperkuat stabilitas makroekonomi. Kolaborasi ini akan memperkuat kerja sama keuangan bilateral antara Korea dan Indonesia,” jelasnya.
Perry menyebutkan bahwa kuotasi nilai tukar secara langsung membuat risiko nilai tukar dan biaya yang timbul dari transaksi tersebut dapat berkurang,
Di sisi lain, upaya ini juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi yang mampu mendorong transaksi perdagangan antara Indonesia dan Korea. Sekaligus dapat memperdalam pasar keuangan dalam mata uang lokal di kedua negara.
Perkuat Ekonomi
Sementara itu, Gubernur Bank of Korea Rhee Chang-yong mengatakan, Indonesia dengan wilayah dan populasi yang besar, memegang peranan penting dalam rantai pasok global sektor-sektor maju, seperti baterai dan kendaraan listrik. Terlebih, minat bisnis Korea di Indonesia juga terus menunjukkan peningkatan.
“Dengan latar belakang ini, penerapan kerangka LCT yang mendorong penggunaan mata uang lokal dalam transaksi perdagangan bilateral diharapkan dapat memberi dampak positif terhadap pembangunan ekonomi melalui peningkatan perdagangan bilateral dan pemanfaatan mata uang lokal kedua negara,” urai Gubernur Rhee.
Dirinya berharap, kerangka LCT antara Korea dan Indonesia akan berhasil dibentuk dan diimplementasikan, melihat pengalaman keberhasilan Indonesia dalam menerapkan kerangka LCT dengan sejumlah negara dalam beberapa tahun terakhir.
“Untuk mencapai tujuan tersebut, kedua bank sentral berkomitmen untuk memberikan upaya yang terbaik,” sebut Rhee.
Baca Juga: Indonesia Resmi Bentuk Satgas LCT, Dongkrak Transaksi Mata Uang Lokal
Bank Indonesia menggarisbawahi, bahwa kedua bank sentral juga berkomitmen untuk mengimplementasikan kerangka kerja sama LCT dalam rangka memperkuat fundamental ekonomi. Mencakup perdagangan lintas batas, meningkatkan stabilitas pasar keuangan regional, dan memperdalam pasar mata uang lokal di kedua negara.
Lebih lanjut, inisiatif kerja sama LCT juga sejalan dengan upaya integrasi keuangan sejumlah negara di kawasan untuk memfasilitasi penggunaan mata uang lokal secara lebih luas.
Sebagai ilustrasi, Kemendag mendata, selama 2022, total perdagangan Indonesia-Korea Selatan berhasil menyentuh US$24,5 miliar. Pada tahun tersebut, ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar US$12,8 miliar dan impor Indonesia dari Korea Selatan tercatat US$11,7 miliar sehingga Indonesia mengalami surplus US$1,1 miliar.
Pada tahun lalu, produk ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan di antaranya batu bara, gas alam, bijih tembaga, amonia, serta monitor dan proyektor. Sementara itu, produk impor utama Indonesia dari Korea Selatan di antaranya minyak pelumas, minyak petroleum, dan sirkuit elektronik terpadu.