20 November 2024
18:50 WIB
Sentuh ATH Terbaru, Akankah Bitcoin Capai Reli Jangka Panjang?
Kredibilitas dan legitimasi semakin membuktikan posisi Bitcoin sebagai instrumen investasi strategis di tengah tren pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini.
Penulis: Nuzulia Nur Rahma
Editor: Khairul Kahfi
Ilustrasi Bitcoin. Dok Shutterstock
JAKARTA - Bitcoin kembali menyentuh All-Time-High (ATH) baru di angka US$94.000 pada pukul 02:00 dini hari (20/11). Saat ini, Bitcoin masih terkonsolidasi di area US$92.000 dengan dominasi kapitalisasi pasar di angka 59,35%, mengacu data Coinmarketcap.
Selain mencetak ATH baru, Bitcoin juga mencatatkan peningkatan kapitalisasi pasar Bitcoin yang signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Bahkan, Bitcoin menggeser Meta (Facebook), perak, dan baru-baru ini Saudi Aramco, yang merupakan perusahaan terbesar di Asia.
Analyst Reku Fahmi Almuttaqin mengatakan, peningkatan tersebut selain meningkatkan kredibilitas dan legitimasi Bitcoin juga semakin membuktikan posisi Bitcoin sebagai instrumen investasi strategis di tengah tren pertumbuhan ekonomi yang terjadi saat ini.
"Di mana inovasi teknologi menjadi faktor pendorong utama meningkatnya nilai," kata Fahmi dalam pernyataan resmi, Jakarta, Rabu (20/11).
Selain itu, ia juga menyebutkan, CEO perusahaan keuangan ternama AS Jan van Eck yang juga menjadi penerbit ETF Bitcoin dan Ethereum spot, telah mengajukan aplikasi untuk ETF Solana spot, VanEck dan turut memaparkan pandangannya terkait proyeksi kapitalisasi pasar Bitcoin.
"Berdasarkan analisis komparatifnya, Jan memproyeksikan kapitalisasi pasar Bitcoin pada akhirnya akan mencapai setengah dari total kapitalisasi pasar emas," terangnya.
Baca Juga: Transisi Pengawasan Kripto Dari Bappebti Ke OJK Masih Terganjal Regulasi
Jika melihat data saat ini, kapitalisasi Bitcoin berada di angka US$1,8 triliun dan emas di angka US$17,6 triliun, dia memproyeksikan serta menargetkan angka setidaknya US$8,8 triliun atau hampir 5 kali lipat dari kapitalisasi pasar Bitcoin saat ini.
Selain VanEck, sambungnya, beberapa pelaku industri lain juga turut memaparkan pandangan optimisme terkait potensi kenaikan harga Bitcoin. Misalnya, CEO MicroStrategy Michael Saylor yang memproyeksi harga Bitcoin akan menyentuh US$100 ribu sebelum akhir tahun ini.
"Sentimen positif terkait outlook regulasi kripto AS turut menjadi katalis berkembangnya optimisme tersebut,” jelasnya.
Lainnya, komitmen pemimpin The Fed Jerome Powell untuk terus mengawal tren kebijakan suku bunga yang telah cukup berhasil menekan inflasi, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi juga menjadi faktor yang membuat investor kripto cukup optimis.
"Dengan akan adanya penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember nanti, meskipun hal itu sepertinya akan semakin menghadapi ketidakpastian," sebutnya.
Terlepas dari itu, Fahmi melanjutkan, optimisme yang berkembang dalam beberapa hari terakhir ini menunjukkan potensi pertumbuhan yang besar bagi Bitcoin. Saat ini, dia juga menilai, Bitcoin sedang berada dalam fase price discovery pasca terciptanya level harga tertinggi baru.
“Bitcoin kemungkinan masih akan mencetak beberapa level harga tertinggi baru lagi dari titik ini mengingat area konsolidasi yang berada pada level lebih tinggi dari sebelumnya," katanya.
Namun, Fahmi menggarisbawahi, kekuatan reli Bitcoin akan bergantung pada di mana level harga yang akan membuat long term holder kemudian mulai memutuskan untuk menjual, dan short term holder mulai akan berpikir dua kali untuk mengakuisisi Bitcoin.
"Saat ini keduanya belum terlihat mengalami perubahan signifikan, meskipun sebagian long term holder sudah terlihat mulai melakukan aksi profit taking," ucapnya.
Komposisi Investor Jangka Panjang
Mengacu data UTXO Age platform analitik data IntoTheBlock, komposisi long term holders versus short term holders Bitcoin masih belum terlalu banyak berubah.
"Kelompok short term holders yang sebelumnya telah menyimpan Bitcoin selama 3-6 bulan terlihat banyak yang masih mempertahankan kepemilikan Bitcoinnya di bulan ini terlepas dari kenaikan harga yang terjadi. Meskipun beberapa long term holder dalam kelompok 12-18 bulan telah terlihat melakukan aksi profit taking ” imbuhnya.
Secara keseluruhan, dia melihat data usia UTXO IntoTheBlock mengindikasikan situasi saat ini yang masih belum mendekati periode peak bagi harga Bitcoin dengan komposisi short term holder, yakni mereka yang memiliki dan menyimpan Bitcoin selama kurang dari 12 bulan, masih berada di angka 36,12%.
“Angka tersebut masih relatif cukup jauh jika dibandingkan dengan situasi yang terjadi pada periode puncak siklus bullish sebelumnya pada 8 November 2021 di mana komposisi holder Bitcoin di bawah 12 bulan berada di angka 45,53%,” ungkapnya.
Baca Juga: Efek Trump dan Proyeksi Dovish The Fed Kerek Bitcoin Capai ATH US$93.200
Berbeda dengan indikator UTXO IntoTheBlock, indikator Euforia Bitcoin CryptoQuant mengindikasikan dua potensi kemungkinan yang saling bertolak belakang.
“Indikator yang mengukur euforia pasar melalui komposisi pemilik Bitcoin yang berada pada situasi profit tersebut memvalidasi sedang terjadinya situasi price discovery," sebut dia.
Di samping itu, CEO CryptoQuant melalui cuitannya di media sosial turut menyatakan, situasi yang dipaparkan oleh indikator tersebut dapat diartikan sebagai peak dari reli yang sedang terjadi atau justru bottom dari reli parabolik yang mungkin akan terjadi.
Oleh karena itu, Fahmi menjelaskan di tengah potensi positif dan koreksi tersebut, investor perlu memantau kondisi pasar secara lebih saksama.
Dia menegaskan, penting bagi investor untuk melakukan riset dan analisis yang baik guna memilih aset dengan potensi pertumbuhan dan tingkat risiko yang sesuai dengan profil investasi masing-masing.
"Bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset kripto yang memiliki kapitalisasi pasar dan likuiditas yang besar," tandasnya.