c

Selamat

Kamis, 6 November 2025

EKONOMI

24 April 2025

20:06 WIB

Sebelum Garap Grafit Sintetis, ESDM Minta PTBA Laporkan Hasil Kajian DME

PT Bukit Asam Tbk diminta buktikan proyek DME tidak ekonomis sebelum menggarap hilirisasi batu bara menjadi grafit sintetis.

Penulis: Yoseph Krishna

Editor: Fin Harini

<p id="isPasted">Sebelum Garap Grafit Sintetis, ESDM Minta PTBA Laporkan Hasil Kajian DME</p>
<p id="isPasted">Sebelum Garap Grafit Sintetis, ESDM Minta PTBA Laporkan Hasil Kajian DME</p>

Aktivitas bongkar muat batu bara di pantai Desa Peunaga Cut Ujong, Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Selasa (20/2/2024). Sumber: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas/tom

JAKARTA - Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno meminta PT Bukit Asam Tbk agar menyerahkan hasil kajian keekonomian soal proyek gasifikasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME).

Ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Tri mengungkap kajian itu diperlukan sebelum emiten tambang pelat merah berkode saham PTBA tersebut menggarap proyek hilirisasi batu bara menjadi grafit sintetis.

"Dia (PTBA) itu kan dulunya proyek DME. Kalau misalnya nanti kamu gunakan teknologi China, kira-kira hitunganmu mana, apa, dan bagaimana gitu," tutur Tri, Kamis (24/4).

Baca Juga: Bukan Jadi DME, Legislator Dorong MIND ID Olah Batu Bara Jadi Grafit Sintetis

Artinya sebelum PTBA serius menggarap grafit sintetis, Anggota Holding BUMN Pertambangan MIND ID itu wajib membuktikan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME memang tidak ekonomis untuk digarap.

Pemerintah pun bakal mendukung opsi hilirisasi batu bara menjadi grafit sintetis jika memang PTBA bisa membuktikan proyek DME tidak ekonomis bagi perusahaan.

"Ya iyalah (didukung). Tapi untuk DME-nya, mana hitunganmu? Maksudnya kalau memang tidak positif, tidak bagus, ada dasarnya," jelas dia.

Permintaan itu dilayangkan oleh Tri mengingat ada sejumlah perusahaan dari Tiongkok yang justru menyatakan proyek gasifikasi batu bara menjadi DME tetap ekonomis untuk digarap.

Bahkan, ada perhitungan yang menyatakan tingkat Internal Rate of Return (IRR) proyek DME berada di kisaran 12%-16%.

"Sudah ada 4 perusahaan yang presentasi, mereka kita minta buat pre-FS dan ada poin yang positif. Kalau IRR-nya bagus sampai 16% berarti kan bisa dilaksanakan dong? Hasilnya beda-beda, tapi ada yang positif, ada yang 12%, ada yang sampai 16% IRR-nya," kata Tri Winarno.

Sebagaimana diketahui, PT Bukit Asam Tbk telah mengulik alternatif lain untuk menjalankan proyek hilirisasi batu bara pascamundurnya Air Products dari kerja sama gasifikasi coal to DME.

Salah satu alternatifnya, adalah artificial graphite atau grafit sintetis. Bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Universitas Gadjah Mada (UGM), PTBA telah melancarkan pilot project coal to artificial graphite.

Baca Juga: PGN Gandeng PTBA Sulap Batu Bara Jadi Gas Sintetis

Grafit sintetis itu bakal menjadi bahan baku pembuatan anoda, yakni komponen penting dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Selain anoda, komponen lain yang diperlukan untuk baterai EV ialah katoda.

Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk Arsal Ismail meyakini pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet merupakan terobosan yang penting dalam hilirisasi batu bara.

"Jadi, pengembangan batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet itu merupakan wujud komitmen Bukit Asam dalam mendukung kebijakan pemerintah yang mendorong hilirisasi batu bara," tegas Arsal dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (14/4).


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar