c

Selamat

Kamis, 9 Mei 2024

EKONOMI

25 Januari 2024

11:42 WIB

SCI: Hilirisasi Perlu Dukungan Logistik Terintegrasi

Program hilirisasi harus didukung sistem logistik terintegrasi berbasis komoditas/produk untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional logistik.

Editor: Rheza Alfian

SCI: Hilirisasi Perlu Dukungan Logistik Terintegrasi
SCI: Hilirisasi Perlu Dukungan Logistik Terintegrasi
Ilustrasi kontainer di pelabuhan bongkar muat. Antara Foto/Bayu Pratama S

JAKARTA - CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan program hilirisasi harus didukung sistem logistik terintegrasi berbasis komoditas/produk untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional logistik. Ini disebut berguna dalam proses hilirisasi yang berpotensi meningkatkan nilai tambah dan daya saing komoditas/produk itu.

Efisiensi sangat diperlukan karena biaya logistik Indonesia yang tinggi. Berdasarkan data Kementerian PPN/Kepala Bappenas, biaya logistik nasional (domestik) Indonesia sebesar 14,1% terhadap harga barang.

"Penyiapan sistem logistik secara terintegrasi untuk mendukung hilirisasi berdasarkan pemetaan pasokan dan permintaannya, baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Di samping terintegrasi secara end-to-end, sistem logistik itu juga harus mengintegrasikan jasa-jasa logistik dari para penyedia jasa logistik," katanya dalam keterangan resmi, Kamis (25/1).

Ia menuturkan, penyiapan sistem logistik itu harus memperhatikan wilayah asal komoditas, lokasi industri pengolahan awal, lokasi industri pengolahan akhir, dan wilayah tujuan akhir, berikut jalur-jalur distribusinya.

Baca Juga: Masih Perlu Perbaikan, Investasi Hilirisasi 2023 Capai Rp375,4 T

Menurutnya, lokasi industri pengolahan awal dalam proses hilirisasi terutama di wilayah-wilayah asal komoditas yang sering kali masih terkendala masalah konektivitas logistik maupun ketersediaan infrastruktur dasarnya, seperti listrik dan air bersih.

"Masalah konektivitas logistik mencakup jumlah, kualitas, dan kapasitas termasuk pemerataannya di berbagai wilayah yang membutuhkan peranan pemerintah maupun pelaku usaha," ucap Setijadi.

Setijadi mengatakan, penentuan lokasi itu juga bisa diarahkan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian wilayah, terutama untuk wilayah dengan tingkat pertumbuhan dan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) rendah. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal III/2023 wilayah Jawa berkontribusi tertinggi sebesar 57,12%, diikuti Sumatra (22,16%), Kalimantan (8,08%), dan Sulawesi (7,25%). Dua wilayah dengan kontribusi terendah adalah Bali & Nusra (2,80%) serta Maluku & Papua (2,59%).

Baca Juga: Bahlil Sebut Akan Perketat Izin Usaha Hilirisasi

Namun demikian, tingkat pertumbuhan tertinggi pada kuartal itu adalah Maluku & Papua (9,25%) serta Sulawesi (6,44%). 

"Berdasarkan analisis SCI, pertumbuhan ekonomi yang tinggi di kedua wilayah tersebut terjadi dalam beberapa tahun terakhir didorong oleh kinerja sektor pertambangan," ucapnya.

Setijadi menjelaskan integrasi sistem logistik membutuhkan peningkatan kolaborasi antara industri manufaktur dan penyedia jasa logistik, tidak hanya secara transaksional, namun juga secara transformasional secara jangka panjang. 

"Kolaborasi dan sinergi juga harus dilakukan antar penyedia jasa logistik maupun antara penyedia jasa logistik dan operator fasilitas logistik seperti di pelabuhan," imbuhnya.


KOMENTAR

Silahkan login untuk memberikan komentarLoginatauDaftar